BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A. ANALISIS DESKRIPTIF
Metode analisis deskriftif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara
objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Hasil estimasi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Deskripsi Harga Saham Industri Rokok yang terdaftar di BEI periode
tahun 2001-2008 Tabel 4.1
Harga Saham Pada Industri Rokok yang Terdaftar di BEI
Periode Tahun 2001-2008 dalam rupiah
EMITEN TAHUN
BATI GGRM
HMSP RMBA
2001
9,217
12,391 3,204
156
2002
9,129
10,062 4,210
200
2003
9,504
10,541 3,997
107
2004
8,500
13,662 5,566
112
2005
7,991
13,045 9,103
125
2006 5,795
10,037 8,254
187
2007
5,008 9,279
14,091 370
2008 4,758
7,166 11,892
587
RATA-RATA 7,477.75
10,772.875 7,539.625
230.5
Pada Tabel 4.1 menunjukkan nilai variabel terikat Y yaitu harga saham pada masing-masing perusahaan yang termasuk dalam industri rokok yang
terdaftar di BEI selama periode tahun 2001-2008. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa harga saham berfluktuasi setiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
PT. BAT Indonesia Tbk BATI memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp. 9.504 dan memiliki harga saham terendah pada
tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 4.758. Sementara PT. Gudang Garam Tbk GGRM memperoleh harga saham tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 13.662 dan
memperoleh harga saham terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 7.166. PT. H.M Sampoerna Tbk HMSP memperoleh harga saham tertinggi
pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 14.091 dan memproleh harga saham terendah pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp 3.204. PT. Bentoel International Inv Tbk
RMBA meperoleh harga sham tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 587 dan memperoleh harga saham terendah pada tahun 2004 yaitu hanya berkisar Rp
112.
2. Deskripsi Nilai Tukar pada Industri Rokok yang terdaftar di BEI
periode tahun 2001-2008 Tabel 4.2
Nilai Tukar Pada Industri Rokok yang Terdaftar di BEI
Periode Tahun 2001-2008 dalam jutaan rupiah
EMITEN TAHUN
BATI GGRM
HMSP RMBA
2001 22.4530
493.2070 492.4753
26.9286
2002 41.9342
44.6929 490.4848
52.5337
2003 34.7473
522.1295 522.2039
41.2844
2004 29.1233
541.3990 650.3066
50.4262
2005 25.8792
529.6891 743.7394
43.9530
2006
21.1896 455.7220
922.4897 76.5055
2007 25.2626
555.9913 958.2545
109.9100
2008 22.0124
549.8116 1,064.6753
119.0608
RATA-RATA 27.8252
461.5803 730.5787
65.0727
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 menggambarkan nilai variabel nilai tukar yang telah dikaitkan atau dihubungkan dengan gross profit pada masing-masing perusahan yang termasuk
dalam industri rokok yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2001-2008 dan dapat dilihat bahwa nilai tukar berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai variabel nilai
tukar tersebut diukur dengan perbandingan pendapatan dengan kewajiban masing- masing perusahaan yang termuat di laporan keuangan masing-masing selama
tahun 2001-2008 dengan rata-rata nilai tukar tahunan Indonesia terhadap dolar US US.
Nilai rata-rata nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. H.M Sampoerna Tbk HMSP yaitu sebesar Rp 730,5787 juta sedangkan nilai rata-rata terendah
dimiliki oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp 27,8252 juta. Pada tahun 2001, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk GGRM
yaitu sebesar Rp 493,2070 juta sedangkan nilai rata-rata terendah diperoleh oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp 22,4530 juta.
Pada tahun 2002, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. H.M Samperna Tbk HMSP yaitu sebesar Rp 490,4848 juta sedangkan nilai rata-rata terendah
diperoleh oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp 41,9342 juta. Pada tahun 2003, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk
GGRM yaitu sebesar Rp 522,1295 juta sedangkan nilai rata-rata terendah diperoleh oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp 34,7473 juta.
Pada tahun 2004, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. H.M Sampoerna Tbk HMSP yaitu sebesar Rp 650,3066 juta sedangkan nilai rata-rata terendah
diperoleh oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp 29,1233 juta. Pada tahun 2005, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. H.M Sampoerna Tbk
Universitas Sumatera Utara
HMSP yaitu sebesar Rp 743,7394 juta sedangkan nilai rata-rata terendah diperoleh oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp 25,8792 juta.
Pada tahun 2006, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. H.M Sampoerna Tbk HMSP yaitu sebesar Rp 922,4897 juta sedangkan nilai rata-rata terendah
diperoleh oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp 21,1896 juta. Pada tahun 2007, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. H.M Sampoerna Tbk
HMSP yaitu sebesar Rp 958,2545 juta sedangkan nilai rata-rata terendah diperoleh oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp 25,2626 juta.
Pada tahun 2008, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. H.M Sampoerna Tbk HMSP yaitu sebesar Rp 1,064.6753 juta sedangkan nilai rata-rata terendah
diperoleh oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp 22,0124 juta.
3. Deskripsi Suku Bunga pada Industri Rokok yang terdaftar di BEI
periode tahun 2001-2008 Tabel 4.3
Suku Bunga Pada Industri Rokok yang Terdaftar di BEI
Periode Tahun 2001-2008 dalam jutaan rupiah
EMITEN TAHUN
BATI GGRM
HMSP RMBA
2001
52,993.62
859,412.89 831,565.55
164,327.95
2002
37,112.20
742,569.12 571,764.73
126,301.79
2003
22,330.31
632,981.98 417,264.99
92,906.30
2004
17,275.84
499,407.82 379,354.42
53,702.59
2005
22,619.63
775,005.86 611,704.15
62,629.07
2006
31,005.85
1,016,741.25 816,524.16
137,441.38
2007
29,202.68
841,891.41 646,211.31
199,317.12
2008
46,013.78
755,355.51 700,240.93
236,013.66
RATA-RATA 32,319.24
765,420.73 621,828.78
134,079.99
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 menggambarkan variabel suku bunga yang dikaitkan dengan hutang masing-masing perusahaan yang termasuk dalam industri rokok yang
terdaftar di BEI kepada pihak ketiga liabilities. Sehingga akan didapat perubahan tingkat suku bunga yang berbeda dari masing-masing perusahaan pada
periode tahun 2001-2008. suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu suku bunga yang dipublikasikan Bank Indonesia. Rata-rata nilai variabel suku
bunga tertinggi dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk GGRM yaitu sebesar Rp 765,420 juta sedangkan suku bunga terendah dimuliki oleh PT. BAT Indonesia
BATI yaitu sebesar Rp 32,319.24 juta. Sejak tahun 2001 hingga 2008, PT. Gudang Garam Tbk memiliki rata-rata
nilai variabel suku bunga tertinggi, sedangkan PT. BAT Indonesia Tbk BATI memperoleh suku bunga terendah mulai periode tahun 2001 hingga tahun 2008.
4. Deskripsi Inflasi pada Industri Rokok yang terdaftar di BEI periode
tahun 2001-2008 Tabel 4.4
Inflasi Pada Industri Rokok yang Terdaftar di BEI
Periode Tahun 2001-2008 dalam jutaa rupiah
EMITEN TAHUN
BATI GGRM
HMSP RMBA
2001
42.12 3,583.97
3,252.72 253.50
2002
451.21 36,008.17
31,165.91 4,705.08
2003
298.39 22,357.10
22,285.56 2,471.37
2004
83.31 19,917.08
21,583.74 1,484.00
2005
60.32 54,18.92
31,217.68 3,591.64
2006
161.11 85,353.42
32,127.07 6,6196.26
2007
535.94 21,453.44
11,449.15 5,830.69
2008
57,021.83 15,389.32
18,224.98
RATA-RATA 204.05
30,711.88 21,058.90
12,844.69
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 menggambarkan nilai vriabel inflasi yang dikaitkan dengan beban bunga interest expense masing-masing perusahaan yang termasuk dalam
industri rokok yang terdaftar di BEI. Beban bunga interest expense dapat dilihat pada laporan keuangan setiap perusahaan yang dijadikan sampel. Rata-rata nilai
variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk GGRM yaitu sebesar Rp. 30.711,88 juta sedangkan nilai rata-rata inflasi terendah dimiliki oleh
PT. BAT Indonesia Tbk BATI yaitu sebesar Rp. 204,05 juta. Pada tahun 2001 hingga tahun 2003, nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki
oleh PT. Gudang Garam Tbk GGRM secara berturut-turut yaitu sebesar Rp. 3.583,97 juta, Rp. 36.008,17 juta dan Rp. 22.357,10 juta. Pada tahun 2004 hingga
tahun 2005, PT. H.M Sampoerna Tbk HMSP memiliki nilai variabel inflasi tertinggi secara berturut-turut yaitu Rp. 21.583,74 jta dan Rp. 31.217,68 juta. Nilai
variabel inflasi tertinggi kembali dimiliki PT. Gudang Garam Tbk GGRM pada tahun 2006 hingga tahun 2008 secara berturut-turut yaitu sebesar Rp. 850335,42
juta, Rp. 21.453,53 juta dan Rp. 57.021,83 juta. Sedangkan nilai variabel inflasi dimiliki oleh PT. BAT Indonesia Tbk BATI sejak tahun 2001 hingga tahun 2008
secara berturut-turut.
Universitas Sumatera Utara
B. ANALISIS STATISTIK