40 Akan tetapi, jumhur ulama fiqh tidak menerima keabsahan
khiyar ta’yin yang dikemukakan ulama Hanafiyah ini. Alasan mereka, dalam akad jual beli
ada ketentuan bahwa barang yang diperdagangkan al- sil’ah harus jelas, baik
kualitasnya, maupun kuantitasnya. Dalam persoal an khiyar ta’yin, menurut
mereka, kelihatannya bahwa identitas barang yang akan dibeli belum jelas. Oleh karena itu, ia termasuk ke dalam jual beli al-
ma’dum tidak jelas identitasnya yang dilarang
syara’. Ulama Hanafiyah yang membolehkan
khiyar ta’yin mengemukakan tiga syarat untuk sahnya khiyar ini, yaitu:
a. Pilihan dilakukan terhadap barang sejenis yang berbeda kualitas dan
sifatnya. b.Barang itu berbeda sifat dan nilainya.
c. Tenggang waktu untuk khiyar ta’yin itu harus ditentukan yaitu menurut
Imam Hanifah tidak boleh lebih dari tiga hari. Khiyar ta’yin, menurut ulama Hanafiyah, hanya berlaku dalam transaksi
yang bersifat pemindahan hak milik yang berupa materi dan mengikat bagi kedua belah pihak, seperti jual beli.
41
4. Hikmah Khiyar
Diantara hikmah khiyar sebagai berikut: a.
Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip prinsip islam, yaitu suka sama suka antara penjual dan pembeli.
b. Mendidik masyarakat agar hati-hati dalam melakukan akad jual beli,
sehinga pembeli mendapatkan barang dagangan yang baik atau benar-benar disukainya.
c. Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli dan
mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan keadaan barang. d.
Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun pembeli, karena ada kehati-hatian dalam proses jual beli.
e. Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antar
sesama. Adapun ketidak jujuran atau kecurangan pada akhirnya akan berakibat dengan penyesalan, dan penyesalan di salah satu pihak dapa
mengarah kepada kemarahan, kedengkian, dendam, dan akibat buruk lainnya.
51
51
Abdul Rahman Ghazali dkk, Fiqih Muamalat Jakarta : Kencana Media Group, 2010, Cet. Pertama, h.104.
42
F. Review Studi Terdahulu
Dalam rangka mendukung penelaahan yang lebih komprehensif, penyusun berusaha untuk melakukan kajian awal pustaka atau karya-karya yang memiliki
relevansi terhadap obyek yang akan diteiti. Sejauh pengamatan penulis, kajian terhadap penerapan khiyar di Pasar Tradisional Ciputat belum ada yang meneliti,
namun ada beberapa karya yang terkait dengan permasalahan prinsip khiyar sebagai berikut :
Tabel 2.1. Review Studi Terdahulu Peneliti dan
Judul Jenis
Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Persamaan
Sri Sumaryanih, 2003: Fakultas
Syariah dan HukumPerbankan
Syariah UIN Jakarta; “Khiyar
dalam Jual Beli Menurut Hukum
Islam dan Hukum Perdata
” Penelitian
kualitatif dengan
metode library
research dan comparative
research khiyar dalam hokum islam
dengan hokum perdata mempunyai tujuan yang
sama yaitu mewujudkan ketertiban dan keamanan dan
melindungi Hak Asasi Manusia.
Membahas perbandingan konsep
khiyar antara hokum islam dengan hokum
perdata
Tidak ada penelitian terhadap penerapan
khiyar di lapangan Memberikan
penjelasan mengenai
konsep khiyar dan
menggunaka n metode
penelitian lapangan
Hafiz Juliansyah
, 2011: Fakultas
Syariah dan HukumPerbankan
Syariah UIN Penelitian
kuantitatif, yang terdiri
dari variable tauhid,
Dari kelima variable tersebut hanya variable tauhid dan
keseimbangan yang mempengaruhi etika bisnis
Islam. Orientasinya kepada
prinsip umum jual beli islam
Membahas etika bisnis
islam dan lokasi
penelitan