51 tersebut, lalu kemudian atas desakan pedagang melalui Kumpulan Pedagang
KOPAH, dari hasil musyawarah antar pedagang, akhirnya ketiga pasar tersebut kembai dibangun dan dielaborasikan menjadi satu nama, yaitu pasar
ciputat. Memasuki periode 90-an pasar Ciputat dibangun menjadi tiga lantai
dengan luas sekitar 500 meter membentang panjang sepanjang Jalan Aria Putera. Wilayah pasar ciputat meliputi Masjid Agung al Jihad, kantor Ranting Veteran,
Niagara Teater, Alfa Midi dan ruko-ruko. Pasar Ciputat kini terus berkembang seiring dengan semakin banyak perubahan yang dialami oleh kotanya sendiri.
Contohnya dengan kehadiran fly-over yang dibuat pada tahun 2007, memberikan respon positif terhadap pengguna jalan yang selalu melintasi
Ciputat.. Pasar Ciputat sudah banyak mengalami kemajuan seiring dengan
terbentuknya Kota Tangerang Selatan. Hal lain yang tidak lepas dari permasalahan pasar Ciputat yang menyebabkan kemacetan adalah pedagang
kaki lima yang berada di sepanjang jalan Pasar Ciputat. Sebelum Pasar Ciputat menjadi Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini menikmati
jualan mereka karena tidak ada yang mengusik, namun setelah pembentukan Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini selalu mengalami
penggusuran lahan pada pagi hari pukul 06.00-09-00 WIB dan sore hari pada
52 pukul 15.00-18.00 WIB. Pengawasan Satpol PP setiap hari menjadi momok
menakutkan bagi mereka sebagai pedagang kaki lima karena akan berpangaruh terhadap penghasilan mereka.
57
2. Profil Umum
Pasar Ciputat berdiri dengan tiga lantai yaitu lantai basement, lantai dasar, dan lantai atas. Tersebar atas dua bagian yaitu pasar barat dan pasar timur.
Mayoritas pedagangnya dipadati oleh orang-orang ciputat dan sekitarnya. Selain itu terdapat juga pedagang yang berasal dari luar daerah seperti Banten,
Padang, Madura, dan lain-lain. Lantai basement Pasar Ciputat banyak diisi oleh pedagang sembako, sayur
mayur, dan perhiasan, lantai dasar diisi oleh pedagang baju, sepatu, dan toko lain. Selanjutnya untuk lantai satu sendiri diisi oleh pedagang-pedagang baju,
perlengkapan sekolah, dan toko kain. Sedangkan pada lantai atas tidak jauh berbeda dengan lantai dasar yang kebanyakan pedagangnya penjual baju, sepatu,
pakaian dalam, kain, dan kerudung. Namun, dilantai atas tidak terlalu ramai oleh
57
Ahmad Reza Safitri, “Dampak Retail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang,
” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010, h.34.
53 pedagang karena terdapat beberapa kios belum terisi dan masih banyak kios-
kios yang kosong. Ada dua kubu di Pasar Ciputat, yaitu kubu pasar sebelah barat dan sebelah
timur. Antara dua kubu ini dipisahkan oleh Pedagang Kaki Lima PKL sampai sepanjang jalan H.Usman. Beraneka ragam barang jualan pun didagangkan
antara lain, ikan basah, ayam, daging, sembako, dan komoditi non-pangan seperti pakaian, sandal, mainan anak dan lainnya.
Ada sebuah lorong yang merupakan sebuah jalan pemisah antara pasar barat dan pasar timur yang atapnya merupakan sambungan dari kedua kubunya.
Lorongan ini merupakan sebuah sarana jalan lalu lintas umum dan bahu- bahunya telah digunakan sebagai sarana berjalan oleh Pedagang Kaki Lima.
Ada pula tempat lain yang disebut ruang polycarbonet, merupakan ruang dagang yang berbentuk los-los. Begitu pula kavling sebagai ruang dagang bagi
para PKL. Adapun beberapa ruko dan plaza adalah ruang dagang komersil yang dikelola oleh perusahaan PT. Batavia Multi Sarana yang bekerjasama dengan
pemda Tangerang Selatan. Adapun mengenai jumlah pedagang pasar tradisional ciputat tampaknya
belum bisa diperkirakan secara pasti. Hal ini berdasarkan kepada banyaknya para pedagang kaki lima di area pasar dan disamping itu banyak kios-kios yang