Masa Khiyar Majlis Khiyar Majlis

32 majlisnya telah berakhir, kendati keduanya belum berpisah tafarrruq dari majlis akad. 37 2. Tafarruq Tafarruq ialah terjadinya perpisahan kedua belah pihak pelaku transaksi dari majlis akad. Batasan tafarruq merujuk kepada makna ‘urfi, karena tidak ada batasan secara syar’i maupun lughawi. Tafarruq bisa terjadi. Dalam arti masa hak khiyar kedua pelaku transaksi berakhir, meskipun hanya salah satu pihak yang keluar dari majlis akad, sebab peristiwa tafarruq tidak bisa dipilah-pilah layaknya takhayur diatas. 38

2. Khiyar Aib

Yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada objek yang diperjualbelikan, dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika akad berlangsung.. 39 37 Zakariya Anshori, Atsnâ al-Ma âlib fi Syarhi Raudhi al- alib Beirût: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 2000, juz 3, hal 90 38 Ibid., hal 91 39 Nasroen Haroen, Fiqih Muamalah, cet.II, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, h.130. 33 Jadi, dalam khiyar aib itu apabila terdapat bukti cacat pada barang yang dibelinya, pembeli dapat mengembalikan barang tersebut dengan meminta ganti barang yang baik, atau kembali barang dan uang. Dasar hukum khiyar aib, diantaranya sabda Rasulullah saw.: ْنَع َةَبْقُع ِنْب مرِ ََ ، َلاَق : ُتْعِمَس َلوُسَر ِها ى َص ها ِهْيلَع َملَسو ُلوُقَي : ُمِلْسُم ْ ا وُخ َ أ ِمِلْسُم ْ ا ، َو ََ لِ ََ ممِلْسُمِ َعاَب ْنِم ِهيِخ َ أ ااعْيَب ِهيِف لبْيَع َِإ ُهَنيَب َ َ هجام نبا هاور . “Sesama muslim itu bersaudara; tidak halal bagi seorang muslim menjual barangnya kepa da muslim lain, padahal pada barang itu terdapat ‘aibcacat”. HR.Ibnu Majah 40 Khiyar ‘aib ini menurut kesepakatan ulama fiqh, berlaku sejak diketahuinya cacat pada barang yang diperjualbelikan dan dapat diwarisi oleh ahli waris pemilik hak khiyar. Adapun cacat yang menyebabkan munculnya hak khiyar, menurut ulama hanafiyah dan hanabilah adalah seluruh unsur yang merusak obyek jual beli itu dan mengurangi nilainya menurut tradisi para pedagang. Tetapi menurut ulama Malikiyah dan Syafi’iyah seluruh cacat yang menyebabkan nilai barang itu berkurang atau hilang unsur yang diinginkan dari padanya. 40 Ibnu Majah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Mâjah Maktabah Abî al- Ma’âṯî, Juz 3, h.355.