1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan suatu agama bagi umat manusia yang mengatur hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Islam mengajarkan sunnatullah
manusia harus bermasyarakat, tunjang-menunjang, topang-menopang dan tolong-menolong antara satu dengan yang lainnya.
1
Sebagai makhluk sosial, manusia menerima dan memberikan andilnya kepada orang lain. Saling
bermu’amalah untuk memenuhi hajat hidup dan mencapai kemajuan dalam hidupnya. Untuk mencapai kemajuan dan tujuan hidup manusia, diperlukan
kerjasama dan kegotongroyongan sebagaimana ditandaskan dalam al- Qur’an
surat al- Ma’idah ayat 2.
Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, yang lebih jauh diterangkan dalam pengetahuan sosiologi. Tidak ada alternative lain bagi manusia normal, kecuali
menyesuaikan diri dengan peraturan Allah sunnatullah tersebut dan bagi siapa yang menentangnya dengan jalan memencilkan diri, niscaya akan terkena
1
Abdullah Siddik al-Haji, Inti Dasar Hukum Dagang Islam Jakarta: Balai Pustaka, 1993, h.1
2 sangsi berupa kemunduran, penderitaan, kemelaratan, dan malapetaka dalam
hidup ini.
2
Diantara sekian banyak aspek kerjasama dan perhubungan manusia, maka ekonomi perdagangan termasuk salah satu di antaranya. Bahkan aspek ini amat
penting peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Setiap orang akan mengalami kesulitan dalam memenuhi hajat hidupnya jika tidak
bekerjasama dengan orang lain. Dimana Orang-orang kota membutuhkan hasil pertanian orang desa dan sebaliknya orang-orang desa membutuhkan barang-
barang produksi industri orang-orang kota. Para nelayan perlu menukar ikannya dengan beras dan kaum petani perlu menukar pangannya dengan sandang.
Namun sayangnya, jual beli dan perdagangan akan mendatangkan permasalahan dan liku-liku yang jika dilaksanakan tanpa aturan dan norma-norma yang tepat
akan menimbulkan bencana dan kerusakan dalam masyarakat.
3
Sebagaimana pandangan Hamzah Ya’qub, manusia adalah makhluk kerja yang ada persamaanya dengan hewan yang juga bekerja dengan gayanya sendiri.
Tetapi, tentu lain dalam caranya. Hewan bekerja semata berdasarkan naluriyah, tidak ada etos, kode etik atau permainan akal. Tetapi manusia memlikinya.
2
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam Bandung: Diponegoro, 1984, Cet.Pertama, h.13
3
Ibid., h.14