Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2 sangsi berupa kemunduran, penderitaan, kemelaratan, dan malapetaka dalam
hidup ini.
2
Diantara sekian banyak aspek kerjasama dan perhubungan manusia, maka ekonomi perdagangan termasuk salah satu di antaranya. Bahkan aspek ini amat
penting peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Setiap orang akan mengalami kesulitan dalam memenuhi hajat hidupnya jika tidak
bekerjasama dengan orang lain. Dimana Orang-orang kota membutuhkan hasil pertanian orang desa dan sebaliknya orang-orang desa membutuhkan barang-
barang produksi industri orang-orang kota. Para nelayan perlu menukar ikannya dengan beras dan kaum petani perlu menukar pangannya dengan sandang.
Namun sayangnya, jual beli dan perdagangan akan mendatangkan permasalahan dan liku-liku yang jika dilaksanakan tanpa aturan dan norma-norma yang tepat
akan menimbulkan bencana dan kerusakan dalam masyarakat.
3
Sebagaimana pandangan Hamzah Ya’qub, manusia adalah makhluk kerja yang ada persamaanya dengan hewan yang juga bekerja dengan gayanya sendiri.
Tetapi, tentu lain dalam caranya. Hewan bekerja semata berdasarkan naluriyah, tidak ada etos, kode etik atau permainan akal. Tetapi manusia memlikinya.
2
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam Bandung: Diponegoro, 1984, Cet.Pertama, h.13
3
Ibid., h.14
3 Harus punya etos dan pendayagunaan akal untuk meringankan beban tenaga
yang terbatas namun maupun meraih prestasi sehebat mungkin.
4
Maka, untuk menjalin keselarasan dan keharmonisan dalam dunia dagang, dibutuhkanlah suatu kaidah, patokan atau norma yang mengatur perhubungan
manusia dalam perniagaan, yakni hokum dan moralitas perdagangan. Dalam tulisan ini, penyusun akan lebih menyoroti bidang moralitas dalam kegiatan jual
beli sesuai syari’at islam, terutama kegiatan khiyar dalam praktik jual beli tersebut.
Mendengar istilah perdagangan atau jual beli, tentu tidak dapat dipisahkan dari kata pasar. Berdagang adalah aktifitas paling umum yang dilakukan dipasar.
Pengertian pasar adalah alat yang memungkinkan individu berinteraksi untuk membeli dan menjual barang atau jasa tertentu.
5
Menurut kajian Ilmu Ekonomi, pasar itu adalah pertemuan antara pembeli-pembeli dan penjual-penjual
konsumen dan produsen untuk suatu keinginan menentukan kondisi bagi pertukaran sumber daya barang dan jasa atau dengan kata lain merupakan
4
Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islami Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992, Cet. Pertama, h.1.
5
William A. McEachren, Pengantar Ekonomi Mikro Jakarta:PT.Salemba Empat, 2001, h.50.
4 pertemuan antara permintaan dan penawaran yang tidak dibatasi oleh ruang
waktu dan tempat.
6
Berdasarkan pembahasan diatas, perlu kita cermati beberapa hal tentang jual beli yang patut diperhatikan oleh para penjual dan pembeli atau seorang
yang tiap harinya tidak lepas dari kegiatan jual beli. Hal tersebut dirangkum dalam hukum jual beli islam, aturan
kemasyarakatan dikenal dengan istilah fiqih muamalah. Muamalah merupakan perbuatan manusia dalam menjalin hubungan atau pergaulan antar sesama
manusia sedangkan ibadah merupakan hubungan atau “pergaulan manusia dengan Tuhan”. Fiqih Muamalah adalah fiqih
7
yang mengatur hubungan antar individu dalam sebuah masyarakat.
8
Dengan adanya ilmu Fiqih Muamalat, dapat menjadi sandaran umat muslim dalam praktik jual belinya.
Berikut adalah beberapa unsur secara umum dalam fiqih muamalah yang menyebabkan suatu perbuatan atau aktivitas bisnis dapat dikategorikan haram.
6
Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian Jakarta : Salemba Empat, 1995, h.14.
7
Fiqih secara bahasa artinya ‘pengetahuan’, ‘pemahaman’, dan ‘kecakapan’ tentang sesuatu. Secara istilah fiqih berarti “pengetahuan tentang hokum-hukum al-ahkam syara’ yang
berkenaan dengan amal perbuatan manusia beserta dalil-dalilnya. Lihat Musthafa Ahmad Zarqa’, al-Madkhal fi al-Fiqhi al-‘Am Dâr al-Fikr, 1967, juz 1, h.54.
8
Ghufron A.Mas’adi, Fiqih Muamalat Kontekstual Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002, h.1
5 1.
Zalim, syariah melarang terjadinya interaksi bisnis yang merugikan atau membahayakan salah satu pihak. Karena, bila hal itu terjadi, maka unsur
kezaliman telah terpenuhi. Dijelaskan dalam Al- Qur’an bahwa “Kalian
tidak boleh menzalimi orang lain dan tidak pula boleh dizalimi orang lain.
” QS Al-Baqarah 2:279 2.
Riba, Secara tegas syariah mengharamkan segala bentuk riba. Dijelaskan dalam Al-
Qur’an bahwa Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum
dipungut jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah bahwa Allah
dan Rasul-Nya akan memerangimu. QS Al-Baqarah 2: 278-279. 3.
Maysir perjudian, Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi
nasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka,jauhilah perbuatan-perbuatan itu, agar kamu mendapat
keberuntungan. QS Al-Maidah [5]: 90. 4.
Gharar penipuan, jual beli gharar adalah semua jual beli yang mengandung ketidak jelasan atau pertaruhan atau perjudian.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Sesungguhnya Rasulullah saw melarang jual beli secara gharar,
” sedangkan Utsman menambahkan, “dan hashah transaksi jual beli belumjelas, kemudian untuk
6 menentukannya dilempar dengan hashat kerikil, maka barang yang
terkena kerikil itulah yang dijual. HR. Abu Daud
9
5. Maksiat, apa pun bentuk maksiat yang terdapat dalam proses transaksi
muamalat merupakan hal yang diharamkan. Abu Masud al-Anshari menuturkan:
Nabi saw. melarang penggunaan uang dari penjualan anjing, uang hasil pelacuran, dan uang yang diberikan kepada dukun.
Muttafaq alaih.
10
Salah satu dari prinsip jual beli diatas adalah menghindarkan unsur zalim atau transaksi saling merelakan antar penjual dan pembeli. Salah satunya dengan
cara memberikan kelonggaran dalam hal transaksi, yakni kedua belah pihak bisa membatalkan transaksi jual beli jikalau terdapat ketidak sesuaian pada barang
yang diperdagangkan seperti adanya cacat pada barang tersebut atau ‘aib yang isinya dapat dikategorikan termasuk unsur penipuan. Hak tersebut dinamakan
“khiyar”. . Menurut Sohari Sahrani, adanya khiyar agar kedua orang yang berjual beli
dapat memikirkan dampak positif dan negative masing-masing dengan pandangan kedepan, supaya tidak terjadi penyesalan dikemudian hari yang
9
Abu Daud, Sunan Abî Dâud Beirût: Dâr al-Kutub al-Arabî, Jûz 3, h.262.
10
Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim Abu ‘Awanah, Mustakhraj Abî ‘Awânah Beirût: Dâr al-Kutub al-Arabî, Juz.6, h.36
7 disebabkan merasa tertipu tidak adanya kecocokkan dalam membeli barang
yang telah terpilih
11
. Prinsip khiyar merupakan hak kedua belah pihak yang melakukan
transaksi dalam meneruskan atau membatalkan transaksi. Dalam dunia ekonomi islam makna khiyar itu dirangkum dalam pertanyaan apakah akan meneruskan
atau mau mengurungkannya membatalkannya.
12
Sejatinya khiyar bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi pihak- pihak yang melakukan transaksi itu sendiri. Sebab pada dasarnya Islam
melarang adanya paksaan dalam jual beli, Islam pun melarang akan adanya pembohongan dan penipuan dalam bermu’amalah. Maka, adanya khiyar
merupakan sebuah tindakan untuk meminimalisir tindakan tercela tersebut. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengangkat khiyar sebagai pembahasan
utama dalam skripsi ini. Penyusun memilih Pasar Tradisional Ciputat sebagai objek penelitian
dalam skripsi ini karena pasar ini bertempat strategis yang berdekatan dengan beberapa kampus islam, diantaranya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Universtas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Ibnu Khaldun, Institute Ilmu
11
Sohari Sahrani dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah Bogor : penerbit Ghalia Indonesia, 2011, h.76
12
A.Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam Jakarta : Rineka Cipta, 2001, h.219.
8 Al-
Qur’an. Dengan mayoritas konsumen dari mahasiswa kampus islam tersebut kita dapat memperkirakan transaksi yang belangsung di pasar itu berjalan sesuai
syari’ah. Inilah salah satu yang menjadi daya tarik penulis. Adapun Pasar ciputat adalah salah satu ikon pasar tradisional di Jakarta Selatan. Dimana barang yang
dijual belikan bermacam-macam dan bukan hanya barang baru melainkan juga terdapat barang bekas.
Di Pasar Ciputat, ada penjual yang mempersilahkan khiyar namun ada juga yang tidak melakukan khiyar. Oleh karena itu penulis juga bermaksud mencari
tahu mengapa praktik khiyar tidak dipraktikkan oleh semuanya dan apa permasalahan-permasalahan yang terjadi seputar itu. Berdasarkan uraian diatas
penyusun tertarik untuk mengulas dan melakukan penelitian yang berhubungan tentang pelaksanaan jual beli islam
dengan judul “Telaah Pelaksanaan Prinsip Khiyar Dalam Transaksi Jual Beli D
i Pasar Tradisional Ciputat”.