Pengertian Pasar Tradisional Pasar

49 Bangunan di pasar tradisional berbentuk toko dan los. Toko biasanya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang pecah belah. Adapun losnya digunakan untuk berjualan sayuran, buah-buahan, ikan, dan daging. Ruangan untuk berjualan di pasar tradisional tidak luas, penerangan secukupnya, dan tanpa pendingin udara. Kebersihan juga sering kurang terjaga. Sampah banyak berserakan sehingga menimbulkan bau. Akibatnya jika hujan, pasar tradisional terlihat becek dan kotor. Namun, saat ini pengelolaan pasar tradisional mulai ditingkatkan. Genangan air, lingkungan kumuh, dan suasana berdesak-desakan jarang terlihat di pasar tradisional. Kini pasar tradisional semakin bersih dan nyaman untuk dikunjungi. Kegiatan jual beli di pasar tradisional terjadi karena ada dua pihak yang mau menjual dan membeli. Kedua pihak ini melakukan tawar menawar harga. Penjual berusaha menawarkan barang dengan harga setinggi-tingginya. Sebaliknya, pembeli berupaya mendapatkan harga serendah-rendahnya. Kegiatan jual beli pun terjadi setelah ada kesepakatan harga di antara keduanya. 50

B. Pasar Tradisional Ciputat

1. Sejarah Singkat

Tidaklah banyak orang yang tahu bahwa pasar tersebut dulunya adalah sebuah panti asuhan yang bernama Panti Asuhan Aria Putera. Nama Aria Putera sendiri lahir karena letak panti asuhan itu berada di Jalan Aria Putera. Bukan hanya Panti Asuhan Aria Putera saja yang hilang berganti menjadi Pasar Ciputat, namun banyak pula hal-hal yang telah hilang dari Ciputat kini. Ketika Panti Asuhan Aria Putera masih ada, Ciputat memiliki terminal bus. Pada tahun 1988 PEMDA Kabupaten Tangerang mengalihfungsikan panti asuhan tersebut menjadi pasar, karena pada saat itu Ciputat telah menjadi pusat lalu lintas utama menuju kota Jakarta dan dinilai butuh sebuah pasar yang mapan dan efektif untuk menjadi sebuah pasar tradisional. Pada awal berdirinya, pasar ini hanya beroperasi dua minggu sekali, kemudian berkembang menjadi seminggu sekali, hingga kini menjadi 24 jam, dengan luas sekitar 70 meter. 56 Menurut Dani Ardani, S.E. selaku kepala pasar, awal mulanya ada tiga pasar tradisional yaitu : pasar ciputat, pasar desa cipayung, dan pasar Pemda Pemerintah Daerah. Ketiga lokasi tersebut berada pada kawasan desa. Kemudian, pada tahun 1992 terjadi musibah kebakaran pada ketiga pasar 56 Dwi Anggraini Puspa Ningrum, “Rona Pasar Ciputat”, artikel diakses pada 10 oktober 2014 dari http:akumassa.orgprogramciputat-tangerang-selatanserba-serbi-pasar- ciputat 51 tersebut, lalu kemudian atas desakan pedagang melalui Kumpulan Pedagang KOPAH, dari hasil musyawarah antar pedagang, akhirnya ketiga pasar tersebut kembai dibangun dan dielaborasikan menjadi satu nama, yaitu pasar ciputat. Memasuki periode 90-an pasar Ciputat dibangun menjadi tiga lantai dengan luas sekitar 500 meter membentang panjang sepanjang Jalan Aria Putera. Wilayah pasar ciputat meliputi Masjid Agung al Jihad, kantor Ranting Veteran, Niagara Teater, Alfa Midi dan ruko-ruko. Pasar Ciputat kini terus berkembang seiring dengan semakin banyak perubahan yang dialami oleh kotanya sendiri. Contohnya dengan kehadiran fly-over yang dibuat pada tahun 2007, memberikan respon positif terhadap pengguna jalan yang selalu melintasi Ciputat.. Pasar Ciputat sudah banyak mengalami kemajuan seiring dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan. Hal lain yang tidak lepas dari permasalahan pasar Ciputat yang menyebabkan kemacetan adalah pedagang kaki lima yang berada di sepanjang jalan Pasar Ciputat. Sebelum Pasar Ciputat menjadi Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini menikmati jualan mereka karena tidak ada yang mengusik, namun setelah pembentukan Kota Tangerang Selatan para pedagang kaki lima di pasar ini selalu mengalami penggusuran lahan pada pagi hari pukul 06.00-09-00 WIB dan sore hari pada