Problematika Yang Terjadi Seputar Khiyar

64 Ini menjadi fatal karena bisa memicu perselisihan jika si pembeli bertekad untuk menuntut pengembalian barangnya. Adapun kebiasaan lainnya yang menjadi pemandangan sehari-hari dan sering dilakukan. Dimana seringkali penjual mencantumkan pernyataan di kuitansi jual beli bahwa “Barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan”. Dengan pernyataan seperti ini, maka pihak penjual menolak atau tidak menerima adanya khiyar. Hal ini banyak dilakukan oleh para penjual di toko-toko. Dengan melakukan hal ini maka penjual menutup pintu khiyar bagi pembeli. Padahal khiyar itu disyariatkan atau dibolehkan dalam islam karena bisa jadi ada syarat yang tidak terpenuhi atau cacat yang tidak diketahui oleh pembeli sehingga ada pihak yang tidak ridha atau merasa dirugikan. Selain diatas, ada juga permasalahan khiyar lainnya seperti pembeli meminta tambahan harga atau jumlah barang ketika akad transaksi ijab kabul sudah dilakukan kedua belah pihak sebelumnya. Hal ini memang sering terjadi di pasar-pasar. Biasanya pembeli dengan seenaknya meminta potongan harga atau penambahan jumlah barang, padahal barangnya tidak ada masalah cacat yang disebabkan penjual, apalagi ditambah dengan ancaman kalau tidak dikabulkan permintaannya, dia akan membatalkan jual beli. Hal ini mengotori akad transaksi yang seharusnya dilakukan dengan saling ridho dan taat terhadap perjanjian yang berlaku. 65 Seandainya pun si penjual menerima permintaan pembeli tersebut maka bisa dalam keadaan terpaksa dan hal ini bisa menimbulkan ketidakridhaan atau keterpaksaan dari pihak penjual. Maka ketika salah satu pihak tidak ridha maka Allah Swt mencabut keberkahaan dari akad tersebut.

D. Kesesuaian Pelaksanaan Khiyar Dalam Hukum Islam

Islam telah merumuskan perkara saling rela dalam proses jual beli sebagai landasan utama. Transaksi dianggap sah menurut islam apabila proses jual beli tersebut memenuhi unsur saling rela antar kedua belah pihak. Kerelaan antara kedua belah pihak dalam bertransaksi syarat mutlak keabsahannya. Berdasarkan firman Allah swt dalam QS. An-nisa 4:29, dan hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah : “Jual beli haruslah atas dasar kerelaan suka sama suka”. 64 Islam mengajarkan kita sikap menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan dalam jual beli. Demikian itu akan terwujud dengan membangun rasa kepuasan pada masing-masing pihak. Penjual akan melepas barang dagangannya dengan ikhlas dan menerima uang, sedangkan pembeli memberikan uang dan menerima barang dagangan dengan puas pula. Dengan 64 Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah Jakarta: Kencana, 2012, h. 105. 66 demikian jual beli juga dapat mendorong adanya saling bantu dalam kehidupan sehari-hari. Maka hak khiyar ditetapkan dalam Islam untuk mengatur kerelaan dan kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual beli. Dari satu segi memang khiyar opsi ini tidak praktis karena mengandung arti ketidakpastian suatu transaksi, namun dari segi kepuasan pihak yang melakukan transaksi, khiyar ini yaitu jalan terbaik. 65 Dalam persoalan khiyar, islam telah mengatur secara rinci. Adapun praktiknya di dunia pasar berbeda-beda karena tidak sepenuhnya berpedoman kepada ketentuan syariah islam. Berikut beberapa ulasan yang kami simpulkan bedasarkan penelitian lapangan: Tabel 4.1. Ulasan Kesesuaian Praktik Khiyar Jenis Khiyar Dasar Pensyari’atan Ketentuan Islam Praktik di Pasar Khiyar Majlis Rasulullah Saw bersabda: “Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama belum berpisah. Jika keduanya Diterapkan pada transaksi yang bertujuan mencari keuntungan akad al- mu’awadhah. Berlaku dimulai setelah ada ijab dan Praktek khiyar ini masih jarang ditemui dalam kasus jual beli di pasar. Biasanya boleh dilakukan sebelum pembeli keluar dari toko atau mengakhiri jual beli dengan berkata sepakat membeli. 65 Lihat Amir Syarifuddin, Fiqih Muamalah, Jakarta: Pranada Media, 2003, h. 213.