Psychological Well-Being Lanjut Usia

kebanyakan mereka bersosialisasi. Berdasarkan penilaian sendiri maupun teman, mereka mendapat nilai tertinggi dalam berinteraksi Seligman, 2002. 6. Keberagamaan Seseorang yang religius lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat penyalahgunaan obet-obatan, malakukan kejahatan, bercerai, dan bunuh diri. Mereka juga secara fisik lebih sehat dan berumur lebih panjang. Ibu religius yang memiliki anak cacat, melawan depresi dengan lebih baik. Lebih sedikit orang relius yang takut terhadap perceraian, penganggguran, penyakit, dan kematian. Relevansi yang paling langsung tampak pada fakta bahwa data survei secara konsisten menunjukan bahwa orang- orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupannya daripada orang yang tidak religius Seligman, 2002.

2.2.4 Psychological Well-Being Lanjut Usia

Melihat masalah-masalah yang potensial terjadi pada lansia maka perlu diperoleh suatu cara untuk mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para lansia adalah dengan berusaha mencapai kesejahteraan psikologis psychological well-being. Hurlock 1980 menyebutkan bahwa psychological well-being atau kebahagiaan pada lansia tergantung dipenuhi atau tidaknya “tiga A” kebahagiaan, yaitu acceptance penerimaan, affection kasih sayang, dan achievement pencapaian. Apabila seorang lansia tidak dapat memenuhi “tiga A” tersebut maka akan sulit baginya untuk dapat mencapai kebahagiaan. Misalnya, ia merasa diabaikan oleh anggota keluarga atau petugas panti wreda, merasa bahwa prestasi pada masa lalu tidak memenuhi harapan dan keinginan, atau apabila mereka mengembangkan perasaan bahwa tidak ada satu orang pun yang mencintainya, maka lansia akan merasa tidak bahagia. Studi tentang kebahagiaan dan ketidakbahagiaan pada lansia melahirkan pendapat bahwa keduanya itu biasanya merupakan sikap bawaan yang dibentuk pada tahapan sebelumnya, sebagai akibat dari keberhasilan dan kegagalan menyesuaikan diri pada tahapan sebelumnya. Hurlock 1980 menambahkan bahwa ada beberapa kondisi penting yang dapat membantu pencapaian psychological well-being lansia, beberapa diantaranya adalah: 1. Mengembangkan kenangan yang mengembirakan sejak masa anak-anak sampai masa dewasanya. 2. Sikap yang realistis dan mau menerima kenyataan tentang perubahan fisik dan psikis yang sedang dialami. 3. Terus berpartisipasi dengan kegiatan yang berarti dan menarik. 4. Perasaan puas dengan status yang ada sekarang dari prestasi masa lalu. 5. Menikmati kegiatan rekrasional yang direncanakan khusus bagi lansia 6. Menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman- teman. 7. Melakukan kegiatan produktif, baik kegiatan di rumah maupun kegiatan yang secara sukarela dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu cara untuk membantu para lansia untuk keluar dari masalah-masalah yang berpotensi muncul pada tahap perkembangan lansia adalah dengan berusaha mencapai psychological well-being.

2.3 Lanjut usia