Dimensi Psychological Well-Being Psychological Well-Being

Ryff 1989 mengajukan konsep psychological well-being yang mengacu pada teori positive psychological functioning, teori kesehatan mental, dan teori psikologi perkembangan. Seseorang dapat dikatakan memiliki psychological well-being apabila ia mampu menerima dirinya, mampu menjalin hubungan dengan individu lain, memiliki kemandirian, mampu menguasai lingkungan kehidupannya, memiliki tujuan hidup, dan berupaya menjadi individu yang terus berkembang. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa psychological well-being adalah saat dimana seseorang dapat hidup dengan bahagia berdasarkan pengalaman hidupnya dengan mengembangkan potensi positif yang ada pada dirinya, yang terwujud dalam keenam dimensi yaitu kemandirian, menguasai lingkungan, menjadi pribadi yang berkembang, memiliki hubungan positif dengan orang lain, memiliki tujuan hidup, dan penerimaan diri yang baik.

2.2.2 Dimensi Psychological Well-Being

Dimensi-dimensi psychological well-being yang dikemukakan oleh Ryff 1989 mengacu pada teori positive psychological functioning Maslow, Rogers, Jung, dan Allport, teori perkembangan Erikson, Buhler, dan Neugerten, dan teori kesehatan mental Jahoda. Adapun keenam dimensi psychological well-being yang dikemukakan Ryff adalah: 1. Autonomy kemandirian Individu mampu mengarahkan dirinya self determination, mampu meregulasi perilakunya berdasarkan tuntunan dari dalam dirinya, mampu melakukan evaluasi berdasarkan standar pribadi tanpa menunggu persetujuan dari orang lain, dan merasa bebas untuk melakukan keinginannya tanpa takut menentang norma-norma yang berkembang. 2. Environment Mastery penguasaan lingkungan Individu mampu memiliki atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi dirinya, berpartisipasi secara aktif dalam aktivitas lingkungan, mampu memanipulasi dan mengontrol lingkungan, mengubah lingkungan secara kreatif melalui aktivitas fisik dan mental, dan mampu mengambil peluang dan kesempatan- kesempatan yang disediakan oleh lingkungan. 3. Personal Growth pengembangan pribadi Individu senantiasa mengembangkan potensi dirinya, secara terbuka terhadap pengalaman baru, terus tumbuh dan menghadapi tantangan-tantangan atau tugas- tugas perkembangan dalam berbagai tahapan kehidupannya. Individu yang memiliki pribadi yang berkembang berarti menyadari potensinya, memiliki kemampuan untuk berkembang secara berkelanjutan, melihat kemajuan diri dan tingkah laku dari waktu ke waktu, berubah dengan cara yang efektif untuk menjadi lebih baik, dan terbuka pada pengalaman–pengalaman baru. 4. Positive relation with others menjalin hubungan baik dengan orang lain Individu mampu merasakan kehangatan dan rasa percaya pada antar individu. Dalam perspektif perkembangan, selain mampu menjalin hubungan hangat dengan orang lain intimacy, juga mampu membimbing dan mengarahkan individu yang lain generativity. Individu dengan kemampuan menjalin hubungan dengan individu lain berarti memiliki kemampuan untuk mencintai dan membina hubungan interpersonal yang dibangun atas dasar saling percaya, memiliki perasaan empati terhadap sesama, memiliki persahabatan yang dalam, dan identifikasi yang baik dengan orang lain. 5. Purpose in life tujuan hidup Individu yakin dan memahami akan adanya makna dan tujuan yang jelas dari kehidupan yang dijalaninya, baik pada masa kini maupun masa lampau. Tujuan dapat diperoleh melalui pengikatan diri pada nilai–nilai tertentu. 6. Self acceptance penerimaan diri Merupakan gambaran sentral dan kesehatan mental, dan sebagai karakteristik dari aktualisasi diri dan kematangan. Individu dengan penerimaan diri berarti memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, memahami dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan menilai positif kehidupan yang sedang dan telah dijalaninya. Pada penelitian ini penulis mengambil keenam dimensi psychological well-being yang dikemukakan oleh Ryff yaitu: kemandirian, menguasai lingkungan, menjadi pribadi yang berkembang, memiliki hubungan positif dengan orang lain, memiliki tujuan hidup, dan penerimaan diri yang baik, sebagai skala dalam menentukan psychological well-being lansia di panti wreda. Karena pada keenam dimensi tersebut dapat menggambarkan secara keseluruhan psychological well-being lansia di panti wreda.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being