Kesimpulan Diskusi Avicenna, HSc. Psy NIP: 197709062001122004

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan yang signifikan antara psychological well-being dengan integrity lansia di Panti Sosial Trisna Wredha Melania dan hasil dari uji regresi, kedua indikator integrity memberikan sumbangsih sebesar 24,7 bagi perubahan antara psychological well-being. Hal ini berarti semakin tinggi psychological well-being lansia di Panti Sosial Trisna Wredha Melania maka integrity yang dimiliki lansia tersebut cenderung semakin baik.

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis akan melakukan beberapa pembahasan lebih lanjut mengenai hubungan integrity dengan psychological well-being lansia di Panti Sosial Trisna Wredha Melania. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa tingkat integrity lansia di Panti Sosial Trisna Wredha Melania sebanyak 25 lansia 71,4 dalam kategori skor tinggi. Dengan demikian hal ini menunjukan bahwa lansia di Panti Sosial Trisna Wredha Melania memiliki pengalaman hidup yang memuaskan yang dapat terlihat dari tingkat integrity yang tinggi. 62 Pada variabel psychological well-being diketahui bahwa lansia yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat psychological well-being yang tinggi sebanyak 19 lansia 54,3 , ini berarti lansia memiliki kecendrungan untuk memperoleh kebahagiaan yang tinggi selama tinggal di Panti Sosial Trisna Wredha Melania. Ryff dan Keyes 1995, psychological well-being adalah saat dimana seseorang dapat hidup dengan bahagia berdasarkan pengalaman hidupnya, bagaimana mereka memandang pengalaman tersebut berdasarkan potensi yang mereka miliki dan didasari oleh enam dimensi yatu: kemandirian, menguasai lingkungan, menjadi pribadi yang berkembang, memiliki hubungan positif dengan orang lain, memiliki tujuan hidup, dan penerimaan diri yang baik. Jika melihat skor keenam dimensi dari psychological well-being adalah tinggi, hal ini berarti lansia memiliki penilaian yang cukup baik terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya selama ini. Menurut Santrock 2002, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh para lansia untuk membantu mereka mencapai psychological well-being, yaitu mencakup memiliki pendapatan, kesehatan yang baik, gaya hidup aktif, dan mempunyai jaringan teman dan keluarga yang baik. Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, korelasi antara psychological well-being dengan integrity lansia di Panti Sosial Trisna Wredha Melania sebesar 0,496 atau lebih besar dari taraf signifikan 1. Dengan demikian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara psychological well-being dengan integrity lansia di Panti Sosial Trisna Wredha Melania. Penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara psychological well-being dengan integrity lansia di Panti Sosial Trisna Wredha Melania. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Bardburn 1969 Dalam sebuah contoh dimana seseorang yang memiliki psychological well-being tinggi akan memiliki emosi positif lebih banyak daripada emosi negatif. Dengan demikian, dalam banyak hal ini di dominasi oleh rasa bahagia well-being melebihi rasa sakit dalam pengalaman hidupnya. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yang Yang dalam Oz, 2008 pada 28.000 orang Amerika dengan rentang usia 18 sampai 88 tahun yang menyatakan bahwa orang yang paling bahagia adalah yang paling tua dan hidup bertambah baik dalam persepsi seseorang saat bertambahnya usia. Menurutnya, orang yang berusia lanjut menghadapi sejumlah tertentu kesukaran yang tak terelakkan, termasuk rasa sakit dan nyeri serta kematian teman dan orang yang dicintai. Namun orang yang lebih tua biasanya telah belajar untuk lebih puas dengan apa yang mereka miliki di bandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda. Linda George juga mengatakan hal itu terjadi karena orang yang lebih tua telah belajar untuk menurunkan harapannya dan menerima baik apa yang telah mereka capai. Hasil tambahan dalam penelitian ini menghasilkan bahwa untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan signifikan psychological well-being pada lansia dengan hasil t-test 0,951. Dalam Bardburn 1969 hal ini sesuai dengan beberapa studi sebelumnya yang dilakukan oleh Gurin bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan kebahagiaan. Salah satu yang menyebabkan tidak adanya perbedaan pada jenis kelamin karena perempuan sekarang hidup di masa yang lebih modern dimana tingkat pendidikannya lebih tinggi. Usia dalam penelitian ini menghasilkan tidak ada perbedaan signifikan psychological well-being pada lansia dengan nilai one-way 0,954. Dalam Feist 2006, Folkman dan kawan-kawan menyatakan lansia lebih baik dalam melakukan coping ketika sedang emosi. Karena menurut Blanchard dan kawan-kawan lansia memiliki strategi dalam mengatur emosi lebih banyak daripada dewasa muda. Hal itu sejalan dengan pernyataan Braun dalam Diener, 1984 bahwa responden yang lebih tua secara keseluruhan melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih besar. Pada status pernikahan juga tidak ada perbedaan yang signifikan psychological well-being pada lansia dengan nilai one-way 0,882. Menurut Dykstra dalam Feist, 2006, lansia yang tidak pernah menikah kurang lebih sama keadaannya dengan janda dan yang ditinggal oleh pasangannya yang lebih menyukai hidup sendiri. Mereka memiliki sedikit ketegangan akibat emosi yang berhubungan pasangan hidup. Menurut Pudrovska dan kawan-kawan, mungkin alasan mereka untuk hidup sendiri adalah karena keterampilan dan sumber daya seperti autonomy kemandirian dapat membantu mereka dalam mengatasi kesendiriannya dikarenakan lamanya waktu untuk hidup sendiri Dan, terakhir pada status sosial ekonomi terdapat perbedaan signifikansi psychological well-being pada lansia dengan nilai one-way 0,0. Menurut Hurlock 1980, lansia yang tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sering menghentikan banyak kegiatan yang penting bagi mereka, kemudian memusatkan perhatiannya pada satu kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu, tanpa memperhatikan apakah hal itu penting bagi mereka atau memenuhi kebutuhannya. Sehingga kebahagiaan yang mereka dapatkan menjadi lebih terbatas ketika dilihat dari keadaan ekomnomi yang sedang dialami. Namun dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan, diantaranya adalah menurunnya fungsi penglihatan pada lansia sehingga angket harus dibacakan, jawaban yang diberikan oleh para lansia langsung mencakup beberapa pernyataan yang diajukan, adanya perbedaan persepsi antara peneliti dengan lansia pada pemberian skor alternatif jawaban angket, dan keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak panti werdha jadi dalam pelaksanaannya dibantu oleh beberapa teman dalam membacakan angket.

5.3 Saran