Pengintegrasian Perspektif Jender Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Trafficking) Oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara

Forms of Discrimination Against Woman Konvensi tentang Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi terhadap sebelumnya pada tanggal 10 Desember 1948 Perserikatan Bangsa-Bangsa MU PBB mengeluarkan Universal Declaration of Human Rights Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia DUHAM. 57 DUHAM memuat pokok-pokok hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia. Selanjutnya pada tanggal 15 November 2000 melalui Resolusi MU PBB No. 5525 dikeluarkan Konvensi tentang Kejahatan Terorganisir The United Nation Convention Against Transnational Organized Crime 2000 beserta Protocol Agains the Smuggling of Migrants by Land and Sea dan Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children. Konvensi beserta protocol ini mengatur tentang pembentukan struktur inernasional guna memberantas kejahatan lintas batas di sektor produksi dan pergerakan obat-obat terlarang, perdagangan orang dan pengiriman imigran secara tidak sah. 58 .

3. Pengintegrasian Perspektif Jender

Praktek Perdagangan Orang sangat besar pengaruhnya terhadap korban perempuan dan anak, fenomena ini tidaklah netral jender. Pengaruhnya terhadap perempuan berbeda dibandingkan dengan laki-laki, khususnya berkenaan dengan bidang-bidang pekerjaan yang memungkinkan perempuan diperdagangkan pembantu rumah tangga dan eksploitasi pelacuran, penyalahgunaan yang ditujukan terhadap 57 Ibid 58 Perdagangan Orang, www.profsuhaidi.web.id tanggal 10 Agustus 2010. Universitas Sumatera Utara mereka dan konsukuensi dari itu. Untuk memahami bagaimana perdagangan orang secara khusus berdampak terhadap perempuan, maka perdagangan orang harus dipahami dalam konteks ketidaksetaraan jender, peran tradisional perempuan, pasar kerja yang bias jender serta feminisasi kemiskinan dan migrasi pekerja di seantero dunia. Juga dalam banyak aspek lainnya, perdagangan orang bukanlah fenomena “netral”, namun terkait erat dengan praktik-praktik diskriminatif dan hubungan kekuasaan yang tidak setara, termasuk yang beranjak dari perbedaan ras,agama,etnik, status sosial, kelas, atau latar belakang budaya. Oleh karena itu, pengintegrasian perspektif jender dan skema diskriminasi lainnya tersebut menjadi sesuatu yang tak terhindarkan demi kepentingan analisis fenomena perdagangan orang pengembangan kebijakan-kebijakan pencegahan dan pemberantasannya, serta penyediaan perlindungan dan pendampingan. 59 Haruslah dipastikan bahwa segala upaya pencegahan dan pemberantasan perdagangan orang baik langsung maupun tidak langsung, tidak akan digunakan untuk mendiskriminasi kelompok tertentu, seperti misalnya pendatang perempuan atau pekerja seks ataupun melanggar hak asasi dari perseorangan sebagaimana diatur dan dilindungi di dalam instrumen-instrumen utama internasional, seperti hak dasar manusia untuk meninggalkan negaranya, bermigrasi secara legal, dan mencari penghidupan. Juga harus dijamin bahwa orang yang diperdagangkan tidak mendapat perlakuan diskriminatif baik dalam praktik hukum maupun dalam menerima 59 Kementrian Koordinator Bidang kesejahteraan Rakyat, Op. Cit hal 35 Universitas Sumatera Utara perlindungan, khususnya berkenaan dengan jender, etnis, status keimigrasian, danatau berkaitan dengan fakta bahwa orang yang diperdagangkan sebelumnya telah diperdagangkan atau terlibat didalam industri seks. 60 B. Tindak Pidana dalam Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak pidana Perdagangan Orang UU PTPPO

1. Perbuatan Pidana