BAB III UPAYA KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA
DALAM PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG TRAFFICKING
A. Eksistensi Kasus Trafficking di Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia yang merupakan gerbang penting bagi lalu lintas perdagangan orang dan sangat strategis. Bagian
Utara provinsi ini berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan Negara Malaysia yang merupakan bagian dari segi tiga pertumbuhan Indonesia, Malaysia dan
Thailand. Dengan letaknya yang sedemikian strategis dalam kaitannya dengan lintas orang dan barang membuat Provinsi Sumatera Utara sebagai provinsi yang dianggap
strategis untuk dijadikan sebagai daerah supliersending area atau pengirim, daerah transitpenampungan dan tujuan atau penerima oleh para pelaku sindikat trafiking.
Provinsi Sumatera Utara saat ini berpenduduk lebih kurang 12 juta jiwa dengan berbagai permasalahan sosialnya.
83
Perdagangan orang manusia bukan kejahatan biasa extra ordinary, terorganisir organized, dan lintas negara transnational sehingga dapat
dikategorikan sebagai transnational organized Crime TOC. Demikian canggihnya cara kerja perdagangan orang yang harus diikuti dengan perangkat hukum yang dapat
83
Biro Pemberdayaan Perempuan dan KB, Upaya Pencegahan dan penanggulangan perdagangan Orang di Sumatera Utara, Jakarta,2005, hal 3
Universitas Sumatera Utara
menjerat pelaku. Diperlukan instrumen hukum secara khusus yang meliputi aspek pencegahan, perlindungan, rehabilitasi, repratriasi, dan reintegrasi sosial.
84
Kemiskinan dan tingginya angka pengangguran merupakan faktor penting yang dapat secara signifikan mendorong terjadinya tindak kejahatan trafficking,
khususnya terhadap perempuan dan anak. Menurut data BPS adanya kecenderungan jumlah penduduk miskin terus meningkat terutama sejak terjadinya krisis
multidimensi pada pertengahan tahun 1998. Pada tahun 2002 jumlah angka penduduk miskin di Indonesia mencapai 17, 6 . Sedangkan di Sumatera Utara menurut data
BPS pada tahun yang sama jumlah penduduk miskin berjumlah 1.883.89. jiwa atau setara dengan 15,84 dari totol jumlah penduduk Sumatera Utara.
85
Sementara itu dari aspek ketenagakerjaan, persoalan trafficking cukup memiliki persinggungan yang besar. Artinya bahwa tingginya angka pengangguran
dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan merupakan faktor yang dapat menstimulasi terjadinya tindak pidana trafiking. Kualitas tenaga kerja di Sumatera Utara sebagian
besar tamatan SD atau tidak tamat SD sebesar 43,41 . Sementara itu jumlah angkatan kerja pada tahun 2005 tercatat 5,5 juta orang. Dari jumlah itu tercatat 4,76
juta adalah pekerja, sedangkan sisinya sebesar758 ribu orang adalah pencari kerja atau mereka merupakan pengangguran terbuka.
86
84
Perdagangan Orang.www.profsuhaidi.web.id tanggal 10 Agustus 2010, pukul 20.00 Wib
85
Biro Pemberdayaan Perempuan dan KB, Op Cit hal 6
86
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Persoalan yang tidak dapat dipisahkan dari terjadinya praktek trafficking adalah lemahnya struktur kehidupan keluarga dan kehidupan sosial masyarakat.
Kehidupan keluarga, kondisi sosial masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan, sulitnya lapangan kerja, ketidaktahuan akan hak dan informasi, gaya hidup
konsumsitif, ketidakadilan gender, meningkatnya permintaan tenaga kerja perempuan dan anak merupakan titik lemah yang harus diperhatikan dan selayaknya merupakan
gerbang besar terbukanya praktek trafficking. Kasus trafficking dengan segala permasalahannya merupakan problemtika
gunung es, yang kecil terlihat dari permukaan. Artinya kasus terjadinya kejahatan trafiking ini sesungguhnya terjadi dalam skala yang cukup besar dengan jumlah
korban yang dari waktu ke waktu menunjukkan trend terjadinya peningkatan. Banyak faktor yang menyebabkan korban-korban kejahatan trafficking utamanya yang
menimpa perempuan dan anak akhirnya tidak dapat ditangani karena korban tidak melapor. Ketidaktahuan prosedur hukum, takut aib keluar diketahui khlayak luas
adalah merupakan sebab utama tidak tertanganinya korban-korban trafficking.
87
Dengan letak Provinsi Sumatera Utara yang demikian strategis dalam masalah trafiking, provinsi ini memiliki peran ganda, yakni dapat merupakan daerah asal atau
daerah pengirim sending area sekaligus sebagai daerah transit bahkan dapat pula berperan sebagai daerah tujuan. Aksesbilitas yang tinggi ke jalur-jalur perhubungan
baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri serta dengan kondisi Sumatera Utara
87
Biro Pemberdayaan Perempuan dan KB, Op Cit hal 8
Universitas Sumatera Utara
yang semakin berkembang pesat, Provinsi Sumatera Utara dihadapkan dengan berbagai persoalan yang berhubungan dengan kejahatan perdagangan orang ini.
88
Bentuk trafficking yang berkembang dan yang ditangani sebagian besar korban dijadikan sebagai pekerja portitusi, pelacuran perempuan dan anak. Modus
operandi sebagian besar dilakukan melalui bujukan, iming-iming gaji besar. Modus yang paling berkembang adalah pelaku menebar perangkat kedalam zona-zona
publik, seperti stasiun kereta api, terminal bus, pusat-pusat perbelanjaan, pelabuhan dan lain sebagainya, bahkan ke Desa Kelurahan dan pinggiran kota. Tentang daerah
sumber, transit dan tujuan perdagangan trafficking perempuan dan anak di Sumatera Utara dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1 : Daerah Sumber, Translit Dan Tujuan Perdagangan Trafficking Perempuan dan Anak di Sumatera Utara.
Daerah Sumber Daerah Transit
Daerah Penerima Tujuan
Prov. Sumatera Utara, Medan, Deli Serdang, Serdang
Bedagai, Simalungun, Binjai, Pematang Siantar, Asahan,
Batu Bara, Tanjung Balai, Langkat, Tebing Tinggi,
Labuhan Batu. Belawan, Medan, Deli
Serdang, Serdang Bedagai, Asahan, Batu
Bara, Tanjung Balai, Labuhan Batu.
Medan, Belawan, Deli Serdang, Serdang
Bedagai, Tebing Tinggi, Simalungun.
Sumber : Biro Pemberdayaan Perempuan Setdapropsu. Posisi Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah pengirim, para pelaku
menjadikan beberapa negara tetangga sebagai daerah tujuan seperti Malaysia, Singapore, Thailand, Hongkong, dan lain sebagainya. Biasanya jalur-jalur ke luar
88
Ibid
Universitas Sumatera Utara
negeri ini sulit untuk dideteksi karena berhimpitan masalahnya dengan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia TKI khususnya Tenaga Kerja Wanita TKW ke luar
negeri.
89
Dalam berbagai kasus penanganan trafficking dapat terungkap dengan menggunakan penegakan dan penindakan hukum yang dilakukan oleh aparat
Kepolisian. Dalam hal ini Kepolisian Daerah Sumatera Utara telah beberapa kali mengungkap kasus kejahatan trafficking ini dengan melibatkan berbagai pihak
sebagai penampung dan perantara di luar negeri khususnya di Malaysia. Berikut ini dijelaskan pengungkapan kasus kejahatan trafficking yang menjadikan perempuan
dan anak yang berasal dari Sumatera Utara sebagai korban pekerja sex komersial di Malaysia.
90
Daerah asal korban tidak saja berasal dari Sumatera Utara tetapi korban juga dapat berasal dari Pulau Jawa yang direkrut dan dikumpulkan di Sumatera Utara
untuk selanjutnya di kirim ke Malaysia melalui Perusahaan Jasa Ketenaga kerjaan Indonesia PJTKI baik yang legal maupun ilegal. Daerah asal lain Medan, Binjai,
Langkat, Tebing Tinggi, Deli Serdang, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, Rantau Prapat, Tapanuli Selatan dan Nias.
91
89
Biro Pemberdayaan Perempuan dan KB, Op Cit hal 16
90
Ibid, hal 17
91
Ibid
Universitas Sumatera Utara
B. Faktor- faktor penyebab terjadinya Trafficking di Sumatera Utara