penegakan hukum Ketiga masalah kultur budaya antara lain kurangnya
kesediaan korban untuk memberikan informasi yang lengkap dikarenakan merasa malu aib, tabu untuk menceritakan kejadiannya kepada orang lain,
atau korban masih merasa trauma dengan kejadian yang dialaminya, kemudian masih ada anggapan kasus tindak pidana perdagangan orang yang
mengakibatkan eksploitasi seksual prostitusi adalah masalah kasus asusila yang ringan, padahal TPPO termasuk kualifikasi kasus serious crime, serta
adanya anggapan bahwa perempuan itu kaum yang lemah, mudah ditakut- takuti, tidak perlu pintar, akibatnya banyak kaum perempuan itu menjadi budak
kaum laki-laki, dan itu sudah membudaya bagi korban TPPO yang berasal dari pedesaan atau pinggiran kota, sehingga mengakibatkan banyak korban TPPO
menolak kasusnya untuk diproses oleh Kepolisian.
B. Saran
1. Agar ada keseragaman pelaksanaan pemberkasan perkara TPPO disamping
penanganan pemberkasan bukti-bukti untuk pengajuan Restitusi, disarankan agar dibuat mekanisme petunjuk pelaksanaanpetunjuk teknis dari internal
Kepolisian untuk digunakan sebagai pedoman bagi Penyidik di seluruh Indonesia dalam hal pemberian Restitusi bagi korban TPPO dan bagi institusi
Kejaksaan juga diperlukan mekanismetatacara pengajuan Restitusi pada saat pengajuan tuntutan, juga mengenai pedoman yang jelas tentang kerugian
Universitas Sumatera Utara
immateriil agar ada kesamaan pemahaman antar penegak hukum, solusi dari semua permasalahan ini adalah adanya Peraturan Pemerintah untuk
implementasi UU PTPPO dengan juga harus dapat mengakomodir perdagangan anak yang belum diakomodir.
2. Agar koordinasi dan kerja sama antar penegak hukum lebih ditingkatkan lagi, karena sangat menentukan keberhasilan tugas, terutama dalam menegakkan
hukum dan keadilan serta melindungi sekaligus menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh korban TPPO sehingga pelaku mendapat hukuman yang setimpal
dengan perbuatannya. 3.
Kepolisian Daerah Sumatera Utara diharapkan untuk lebih mengedepankan upaya preventif di dalam masyarakat terhadap kejahatan TPPO, sehingga akan
membantu meminimalisir terjadinya kejahatan TPPO, antara lain dengan meningkatkan Operasi Penyakit Masyarakat PEKAT, memberikan
penyuluhan-penyuluhan hukumsosialisasi tentang TPPO bersama-sama dengan Biro Pemberdayaan Perempuan dan Anak serta Keluarga Berencana
Setdaprovsu, Dinas Tenaga Kerja Propinsi Sumut dan instansi lainnya, sehingga diharapkan kesadaran masyarakat meningkat dan selalu waspada
terhadap pelaku-pelaku TPPO yang gencar mencari korban-korban yang tidakkurang memiliki informasi tentang bahayaakibat dari perdagangan
orang.
Universitas Sumatera Utara
4. Dalam meningkatkan profesionalisme Penyidik Polri, perlu dilakukan Pelatihan
dan Pendidikan dalam bidang Penyelidikan dan Penyidikan disamping dukungan anggaran yang cukup untuk mengoperasionalisasikan penyelidikan
dan penyidikan tersebut, serta peningkatan Kesejahteraan Penyidik untuk menghindari praktek KKN dengan pelaku perdagangan orang trafficer
terutama cukongpemilik modal ataupun mafia. 5. Dalam proses penegakan hukum perlu juga dibangun hubungan yang harmonis
dengan instansi sektor antar pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk mengungkap perkara TPPO, antara lain tersedianya Ruang
Pelayanan Khusus disetiap Polres Polsek, dan juga tersedianya fasilitas Rumah Aman bagi korban TPPO yang sangat berguna untuk korban
mendapatkan rehabilitasi berupa bantuan pemulihan, sehingga diharapkan korban dapat pulih secara penuh untuk kebaikan diri sendiri dan masyarakat
serta dengan adanya Rumah aman tersebut korban juga dapat memperoleh pembekalan berupa keahliankursus dibidang kecantikan atau menjahit dll
reintegrasi yang dapat menunjang kehidupannya kelak apabila kembali ketengah-tengah masyarakat, sehingga korban tidak mudah kembali menerima
bujuk rayu dari traffickerpelaku untuk menjadi korban dari perdagangan orang kembali.
6. Kerja sama Internasional perlu juga dikembangkan mengingat tindak pidana
perdagangan orang merupakan kejahatan tidak saja dalam wilayah negara RI,
Universitas Sumatera Utara
tetapi juga merupakan kejahatan transnasional, melewati lintas batas negara antar negara, baik yang bersifat bilateral, regional maupun multilateral,
dimana kasus perdagangan orang ini modusnya semakin canggih dikaitkan dengan perdagangan tenaga kerja ilegal dan pasar perdagangan seks
internasional, maka diperlukan adanya pertemuan tingkat tinggi antar negara- negara misalnya ASEAN dengan tujuan meningkatkan kesadaran maupun
dalam rangka membangun kesepahaman dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPO, misalnya seperti Deklarasi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku-buku