D. M a n f a a t P e n e l i t i a n
Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.
Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam melatih diri dan mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir melalui
penulisan karya ilmiah serta menambah khasanah pengetahuan, wawasan khususnya yang berkaitan dengan penelitian dibidang hukum dengan
menerapkan pengetahuan dan pengalaman praktis yang diperoleh selama ini. 2.
Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan referensi bagi Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan masyarakat dalam
melakukan evaluasi terhadap berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara untuk Penanganan Tindak Pidana
Perdagangan Orang Trafficking.
E. K e a s l i a n P e n e l i t i a n
Berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan dan secara khusus di
lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai “Penanganan Tindak Pidana perdagangan Trafficking oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara“ belum
pernah dilakukan dalam pendekatan terhadap permasalahan yang sama, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang perdagangan orang namun pendekatan
permasalahan yang diteliti berbeda. Obyek penelitian yang dilakukan merupakan
Universitas Sumatera Utara
suatu kajian ilmiah dan belum pernah dianalisis secara komprehensif dalam suatu penelitian ilmiah.
Dengan demikian penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang pertama kali dilakukan, sehingga keaslian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Dalam pembahasan mengenai Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang trafficking oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara, teori utama yang digunakan
adalah teori Lawrence M.Friedman, dalam bukunya yang berjudul “The Legal System A Social Science Perspective”, menyebutkan bahwa sistem hukum terdiri atas
perangkat struktur hukum, substansi hukum perundang-undangan dan kultur hukum atau budaya hukum. Ketiga komponen ini mendukung berjalannya sistem hukum
disuatu negara. Secara realitas sosial, keberadaan sistem hukum yang terdapat dalam masyarakat mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat pengaruh, apa yang
disebut dengan modernisasi atau globalisasi baik itu secara evolusi maupun revolusi.
17
Analisis yuridis terhadap perdagangan orang, dapat juga dilakukan melalui pendekatan legal system sistem hukum yang dikemukakan oleh Lawrence M.
Friedman. Sistem Hukum Harus Memuat Substantive Law, Legal Structure, dan
17
Saifullah, Refleksi Sosiologi Hukum, Bandung : Refika Aditama,2007, hal 26
Universitas Sumatera Utara
Legal Culture. Secara substansi hukum masalah perdagangan manusia diatur dalam kerangka hukum Internasional dan hukum nasional.
Ketiga komponen ini mendukung berjalannya sistem hukum disuatu negara. Secara realitas sosial, keberadaan sistem hukum yang terdapat dalam masyarakat
mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat pengaruh, apa yang disebut dengan modernisasi atau globalisasi baik itu secara evolusi maupun revolusi.
18
Menurut Lawrence M.Friedman, tegaknya hukum tergantung kepada budaya hukum masyarakatnya, sementara itu budaya hukum masyarakat tergantung kepada
budaya hukum anggota-anggotanya yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, lingkungan, budaya, posisi atau kedudukan dan kepentingan-kepentingan.
19
Menurut Mahmud Mulyadi dalam bukunya “Kepolisian dalam sistem Peradilan Pidana” bahwa pihak Kepolisian merupakan salah satu komponen
sistem peradilan pidana yang menjadi ujung tombak dalam penanggulangan kejahatan dan Peranan Kepolisian kelihatannya lebih besar bila dibandingkan dengan
komponen lainnya, sehingga Kepolisian disebut sebagai the gate keeper of Criminal Justice.
20
karena Kepolisian merupakan subsistem yang secara langsung berhubungan dengan pelaku kejahatan dan masyarakat.
18
Saifullah, Refleksi Sosiologi Hukum, Bandung : Refika Aditama,2007, hal 26
19
Bismar Nasution, Ekonomi Mengkaji Ulang Hukum sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, disampaikan pada “Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hukum Ekonomi
Universitas Sumatera Utara”, Medan : Dosen Pascasarjana Ilmu Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 17 April 2004, hal 21.
20
Mahmud Mulyadi, Peranan Kepolisian dalam Penegakan hukum pidana, Medan 2009, hal 12
Universitas Sumatera Utara
Fungsi Kepolisian Pasal 2 UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang :
1. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
2. Penegakan hukum,
3. Perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Tujuan Kepolisian RI Pasal 4 UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI adalah mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi :
1. terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
2. tertib dan tegaknya hukum,
3. terselenggaranya perlindungan, pengayoman,
4. dan pelayanan kepada masyarakat,
5. serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Pasal 5 Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, menyebutkan : 1
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2 Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang
merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
Pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Repulik Indonesia adalah :
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum;
c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 14 Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyebutkan :
1 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia brtugas :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan; d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban
dan menjamin keamanan umum; f. melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khususnya penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidna sesuai hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian,kedokteran
kepolisian,laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan
hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk membrikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi danatau pihak yang berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian, serta melaksanakan tugas lain sesuai
peraturan perundang-undangan.
21
Khusus mengenai penyidikan menurut Pasal 6 ayat 1 UU No.8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP bahwa penyidik
adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan pejabat Pegawai Negeri Sipil PPNS yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang.
21
Mahmud Mulyadi, Op Cit , hal 10
Universitas Sumatera Utara
Fungsi Kepolisian sebagai Penyelidik dalam Pasal 1 KUHAP ayat 1 dan 4, menyatakan bahwa kedudukan Polri dalam sistem peradilan pidana adalah sebagai
penyelidik dan penyidik. Pada Pasal 1 ayat 4 KUHAP dinyatakan bahwa penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk melakukan penyelidikan. Yang dimaksud dengan penyelidikan dalam pasal ini adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.
22
Penyelidikan bukanlah fungsi tersendiri yang terpisah dari penyidikan, tetapi hanya merupakan salah satu cara atau metode dari fungsi penyidikan yang
mendahului tindakan lain yaitu penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan,
penyelesaian dan penyerahan berkas perkara kepada Penuntut Umum.
23
Latar belakang dibuatnya fungsi penyelidikan antara lain adanya perlindungan dan jaminan terhada hak asasi manusia, adanya persyaratan dan pembatasan yang
ketat dalam penggunaan upaya paksa, ketatnya pengawasan dan adanya lembaga ganti kerugian dan rehabilitasi. Tidak semua peristiwa yang terjadi dapat diduga
adalah tindak pidana, maka sebelum melangkah lebih lanjut dengan melakukan penyidikan dengan konsekuensinya digunakan upaya paksa, dengan berdasarkan data
22
Mahmud Mulyadi, Op Cit , hal 10
23
Ibid
Universitas Sumatera Utara
atau keterangan yang didapat dari hasil penyelidikan ditentukan terlebih dahulu bahwa peristiwa yang terjadi dan diduga sebagai tindak pidana itu benar-benar
merupakan tindak pidana sehingga dapat dilanjutkan dengan penyidikan.
24
Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 KUHAP memberikan peran utama kepada Kepolisian Negara republik Indonesia untuk melaksanakan tugas
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana secara umum tanpa batasan lingkungan kuasa soal-soal sepanjang masih termasuk dalam lingkup hukum publik, sehingga
pada dasarnya Polri oleh KUHAP diberikan kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana.
25
Istilah penyelidikan dan penyidikan dipisahkan artinya oleh KUHAP walaupun menurut bahasa Indonesia kedua kata itu berasal dari kata dasar sidik, yang
artinya memeriksa, meneliti. Menurut Pasal 1 UU No.8 tahun 1981 KUHAP yang dikutip oleh Andi Hamzah bahwa definisi sebagai berikut :
“ Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidikan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur menurut undang-undang ini.”
Apakah maksudnya ini sama dengan reserse ? Di dalam organisasi kepolisian justru
istilah reserse ini dipakai. Tugasnya terutama tentang penerimaan laporan dan pengaturan serta menyetop orang yang dicurigai untuk diperiksa. Jadi penyelidikan
ini tindakan untuk mendahului penyidikan. Kalau dihubungkan dengan teori hukum
24
Ibid, hal 10-11
25
Ibid
Universitas Sumatera Utara
acara pidana seperti dikemukakan oleh Van Bemmelen maka penyelidikan ini maksudnya ialah tahap pertama dalam tujuh tahap hukum acara pidana, yang berarti
mencari kebenaran.
26
Penyidikan suatu istilah yang dimaksudkan sejajar dengan pengertian opsporing Belanda dan investigation Inggris atau penyiasatan atau siasat
Malaysia. KUHAP Pasal 1 UU No.8 tahun 1981 memberikan definisi sebagai berikut :
“ Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya.”
27
Pengetahuan dan pengertian penyidikan perlu dinyatakan dengan pasti dan
jelas, karena hal itu langsung menyinggung dan membatasi hak-hak asasi manusia. Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut penyidikan adalah sebagai
berikut : 1. Ketentuan
tentang alat-alat penyidik.
2. Ketentuan tentang
diketahui terjadinya delik. 3.
Pemeriksaan ditempat kejadian. 4.
Pemanggilan tersangka dan terdakwa. 5. Penahanan
sementara. 6. Penggeledahan.
7. Pemeriksaan atau interogasi.
8. Berita acara penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat
9. Penyitaan. 10. Penyampingan
perkara.
26
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta 2009 hal 119.
27
Andi Hamzah, Op Cit hal 120.
Universitas Sumatera Utara
11. Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembaliannya kepada
penyidik untuk disempurnakan.
28
Kewenangan yang di miliki oleh Polri ini semata-mata digunakan hanya untuk kepentingan mencari kebenaran dari suatu peristiwa pidana. Dengan keluarnya
hasil dari penyelidikan tentang tindak pidana perdagangan orang, harus diadakan penyidikan maka tindakan pertama yang diambil adalah pengumpulan bukti-bukti
untuk membuat terang suatu tindak pidana perdagangan orang dan mencari serta menemukan pelaku tindak pidana tersebut. Penyidikan terhadap suatu tindak pidana
perdagangan orang adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian tindakan yang dilakukan penyidik untuk membuat jelas suatu tindak pidana tersebut dan
menemukan pelaku tindak pidana guna diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
29
2. Kerangka Konsepsi