menentukan pilihan calon istri atau suami, bukan aqad nikah, dan belum merubah status keduanya menjadi hubungan halal. Maka dalam proses khitbah
tetap haram berdua-duaan tanpa ditemani mahramnya, saling berpandangan dan bermesraan.
64
Dari keempat artikel di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa pancaroba sehingga remaja masih belum stabil dalam
melakukan suatu hal. Banyak sekali kejadian-kejadian negatif yang telah dialami para remaja, apalagi pada zaman sekarang mayoritas sebagian remaja
telah banyak melakukan pacaran, pada saat berpacaran remaja telah banyak melakukan kemaksiatan, bahkan. Hal ini terbukti dari isi artikel tentang
“Berzina boleh asal Tuhan tidak tahu”. Terjadinya hal negatif di kalangan remaja dalam pergaulan antara laki-laki
dan perempuan disebabkan karena kurang tertanamnya ajaran agama pada diri remaja, kurang tertanamnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dalam
kehidupan sehari-hari, tidak adanya perhatian lebih dari orang tua sehingga anak terlalu bebas dalam pergaulan, dan kurang berlakunya hukum Islam dalam
lingkungan masyarakat sehingga remaja tidak takut untuk melakukan kemaksiatan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Islam tidak mengenal istilah pacaran, sebagaimana terungkap dalam artikel-artikel
yang dianalisis di atas.
C. Analisis Data Tentang Pacaran Menurut Ustadz Jefri al-Bukhari
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan tekhnik di antaranya tekhnik
kesimpulan dari artikel yang terdapat pada buku “Sekuntum Mawar Untuk
Remaja”, mengorganisasikan
data, mengklasifikasi
atau mengkategorikan data, dan eksplanasi alternatif data. Keempat tekhnik ini
dilakukan untuk mempermudah penulis dalam menganalisis data yang ada. Setelah penulis memperoleh data mengenai pacaran dari buku yang ditulis
oleh Ustadz Jefri al- Bukhari “Sekuntum Mawar Untuk Remaja” dan buku-buku
64
Abu Al-Ghifari, Pacaran yang Islami Adakah? ,…, h. 72
yang lainnya, istilah pacaran ternyata tidak di kenal dalam Islam, untuk hubungan percintaan antar laki-laki dan perempuan di kenal dengan istilah
khitbah. Pacaran tidak berkaitan dengan pernikahan, sedangkan khitbah tahap untuk menuju pada pernikahan.
Istilah pacaran tidak terlepas dari dunia remaja, banyak sekali remaja yang melakukan pacaran. Banyak sekali remaja dalam berpacaran melakukan hal-hal
negatf seperti, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, bahkan melakukan seks bebas di luar nikah. Hal ini yang dapat merusak bangsa dan agama.
1. Perbandingan buku Ustadz Jefri al-Bukhari “Sekuntum Mawar Untuk
Remaja” dengan buku Abdurrahman al-Mukaffi “Pacaran Dalam Kacamata Islam”
Buku Ustadz Jefri “Sekuntum Mawar Untuk Remaja” ini telah
banyak membahas tentang perkembangan remaja pada masa pubertas, pergaulan remaja yang bertentangan dengan agama, cara berpacaran
remaja jaman sekarang, dan hal-hal negatif yang dilakukan remaja dalam pergaulan antar jenis, dampak negatif melakukan pacaran, dan batasan-
batasan dalam peragaulan antar jenis. Dalam buku Ustadz Jefri ini lebih banyak membahas mengenai
moral di kalangan remaja. Karena menurutnya persoalan moral adalah persoalan yang komplek karena persoalannya tidak hanya ditimbulkan oleh
satu faktor ekstern saja, melainkan gabungan dari faktor ekstern dan intern. Ustadz Jefri lebih menyoroti pergaulan remaja zaman sekarang yang telah
terbawa oleh budaya Barat, sehingga dapat merusak bangsa dan agama. Berbeda dengan buku Abdurrahman al-
Muakffi “Pacaran Menurut Kacamata Islam” buku ini lebih banyak membahas tentang pacaran yang
sesuai dengan syariat atau ajaran Islam. Buku yang di tulis oleh Abdurrahman al-Mukaffi juga telah banyak menjelaskan masalah
hubungan antar lawan jenis dari segi hukum fiqh yaitu hukum pernikahan dan batasan-batasan pergaulan antar lawan jenis sebelum menikah.
2. Komentar Terhadap Buku Jefri al-Bukhari “Sekuntum Mawar Untuk
Remaja” Setelah penulis menganalisis kedua buku di atas, penulis ingin
memberikan sedikit komentar untuk buku yang di tulis Ustadz Jefri al- Bukhari baik dari segi kekurangan maupun kelebihan buku tersebut. Dari
segi kelebihannya, buku tersebut telah banyak menjelaskan tentang pergaulan remaja yang bertentangan dengan norma agama, prilaku remaja
yang dapat merusak bangsa dan agama, dampak-dampak negatif dan positif dalam pergaulan antar lawan jenis. Ketika penulis membaca buku tersebut,
penulis dapat memahami baik buruknya pergaulan remaja zaman sekarang. Sehingga penulis sebagai calon guru agama terinspirasi ingin meningkatkan
pendidikan moral yang ada di Negara kita ini, agar remaja tidak terjerumus kedalam hal-hal negatif. Dari segi kekurangannya, buku tersebut kurang
menjelaskan dari segi hukum fiqh, pacaran yang bagaimana yang di bolehkan ajarakan Islam.
Selain i tu buku “Sekuntum Mawar Untuk Remaja” yang di tulis oleh
Jefri al-Bukhari tidak memberikan uraian tentang bagaimana menangani masalah remaja yang terlibat dalam pacaran, tindakan atau strategi preventif
bagi remaja awal agar tidak mudah melakukan pacaran yang melanggar norma agama.
Sebagai solusi untuk melengkapi buku “Sekuntum mawar Uhtuk remaja” yang di tulis oleh Jefri al-Bukhari, penulis menyampaikan beberapa
tipe pergaulan anatar lawan jenis, di antaranya : 1.
jangan melihat pasangan dari luarnya saja, tetapi harus melihat dari dalam hati juga, apakah dia baik atau tidak, dan apakah dia setia atau
tidak. Karena seseorang tidak bisa di lihat dari luarnya saja. 2.
Sebelum remaja menjalin hubungan “pacaran” sebaiknya remaja menjadi teman atau sahabat terlebih dahulu, agar remaja bisa lebih kenal
pasangannya. 3.
Mengenal identitas pasangan, apakah dia masih single belum punya pacar atau bahkan dia sudah berumah tangga.