83
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel
independen. Hasil uji koefisien determinasi terlihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.16 menunjukkan nilai R sebesar 0,671 atau 67,1. Hal ini
berarti bahwa hubungan atau korelasi antara kepuasan kerja auditor dengan komitmen organisasi, motivasi kerja, gaya kepemimpinan dan
locus of control adalah kuat karena berada dikisaran 0,60-0,799 Riduwan dan Ahmad, 2007:62. Nilai Adjusted R Square sebesar
0,422 atau 42,2, ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja auditor yang dapat dijelaskan oleh variabel komitmen organisasi, motivasi
kerja, gaya kepemimpinan dan locus of control adalah sebesar 42,2, sedangkan sisanya sebesar 0,578 atau 57,8 1-0,422 dijelaskan oleh
faktor-faktor yang tidak disertakan dalam model penelitian ini seperti kompleksitas tugas, prestasi kerja auditor dan role stress.
Model Summary
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.671
a
.451 .422
1.292 a. Predictors: Constant, TLOC, TKO, TMK, TGK
84
b. Hasil Uji Statistik t Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.17, jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka H
a
diterima dan menolak H ,
sedangkan jika nilai probability lebih besar dari 0,05 maka H diterima
dan menolak H
a
.
Tabel 4.17 Hasil Uji Statistik t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error
Beta 1
Constant -3.954 3.220
-1.228 .223
TKO .120
.045 .271 2.677
.009 TMK
.145 .068
.224 2.147 .035
TGK .192
.059 .353 3.289
.002 TLOC
-.009 .050
-.018 -.173
.863 a. Dependent Variable: TKKA
Sumber: Data primer yang diolah
Hipotesis 1: Pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja auditor
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.17 yang menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasi mempunyai tingkat signifikansi
0,009 0,05. Hal ini berarti menerima H
a
1 sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan kerja auditor. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amilin dan Dewi 2008,
85
Trisnaningsih 2003 yang menyatakan bahwa komitmen organisasi menjadi hal penting bagi sebuah organisasi dalam menciptakan
kelangsungan hidup sebuah organisasi apapun bentuk organisasinya. Teori yang dikemukakan oleh Sopiah 2008:164 yang menyatakan
bahwa komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Komitmen
karyawan pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasional yaitu faktor
personal, faktor organisasional dan faktor yang bukan dari dalam organisasi, sehingga hubungan antara komitmen organisasi dan
kepuasan kerja auditor bersifat positif. Dengan demikian, semakin tinggi komitmen organisasi yang dimiliki auditor, maka semakin tinggi
pula kepuasan kerja yang dialami auditor, karena semakin sering seseorang terlibat dan loyal dalam suatu organisasi maka semakin
tinggi komitmennya terhadap organisasi dan dengan penelitian ini menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai pertanda awal terhadap
komitmen organisasi dalam sebuah model pergantian akuntan yang bekerja.
Hipotesis 2: Pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja auditor
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.17 yang menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,035 0,05. Hal ini berarti menerima H
a
2 sehingga dapat dikatakan
86
bahwa motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja auditor.hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sarita dan Agustia 2009 yang menyatakan bahwa motivasi dapat membangkitkan semangat kerja
auditor untuk bekerja lebih baik sehingga seorang auditor yang memiliki motivasi yang tinggi akan mempengaruhi kepuasan kerja
auditor. Sopiah 2008:169-170 mengemukakan motivasi dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana usaha dan kemauan keras
seseorang diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil atau tujuan tertentu. Hasil-hasil dimaksud bisa berupa produktivitas, kehadiran atau
perilaku kerja relative lainnya, sehingga hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja auditor bersifat positif. Dengan demikian,
semakin tinggi motivasi kerja auditor maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja seorang auditor, karena motivasi dapat membangkitkan
semangat kerja auditor untuk bekerja lebih baik sehingga seorang auditor yang memiliki motivasi yang tinggi akan mempengaruhi
kepuasan kerja menjadi lebih tinggi. Penelitian ini terbukti kebenarannya bahwa motivasi kerja yang terdiri dari kebutuhan
fisiologis, keamanan, social, penghargaan, aktualisasi diri memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kepuasan kerja karyawan Citra,
2006 dalam Sarita dan Agustia 2009:15.
87
Hipotesis 3: Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja auditor
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.17 yang menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,002 0,05. Hal ini berarti menerima H
a
3 sehingga dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan kerja auditor. Hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja auditor bersifat positif. Dengan demikian,
semakin baik gaya kepemimpinan dalam organisasi maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja seorang auditor. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarita dan Agustia 2009 yang mengemukakan bahwa seorang pemimpin dapat
melakukan berbagai cara dalam kegiatan mempengaruhi dan memotivasi bawahan atau orang lain agar melakukan tindakan-
tindakan yang selalu terarah terhadap pencapaian tujuan tujuan organisasi. Cara ini mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin
terhadap orang yang dipimpinnya dan merupakan gambaran dari gaya kepemimpinan. Dalam lingkungan kerja audit, pemimpin tim audit
dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dari auditor. Perilaku auditor yunior akan berubah, sesuai dengan perubahan yang ingin diterapkan
oleh para pemimpin serta bagaiman auditor senior mampu memotivasi bawahannya. Jalannya perubahan tersebut akan bisa sangat cepat,
lambat atau statis semua bergantung pada individu auditor dan bantuan
88
dari para auditor senior untuk memotivasi dan memberi contoh nyata kepada auditor yunior.
Hipotesis 4: Pengaruh locus of control terhadap kepuasan kerja
auditor
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel locus of control mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,863 0,05. Hal ini
berarti menolak H
a
4 sehingga dapat dikatakan bahwa locus of control tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja auditor.
Hasil penelitian ini konsisten dengan Sarita dan Agustia 2009. Hal yang sama juga dilakukan oleh Indriantoro dalam Sarita dan agustia
2009 yang mengemukakan pengaruh locus of control terhadap kepuasan kerja tidak signifikan. Artinya auditor yang tidak memiliki
kepuasan kerja apabila karyawan tersebut tidak memiliki perilaku yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya sebagai pengaruh
dalam dirinya internal maupun lingkungan luar dirinya eksternal.
Berdasarkan tabel 4.17, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.
Keterangan: Y = Kepuasan Kerja Auditor
X
1
= Komitmen Organisasi
Y = - 3,954 + 0,120X
1
+ 0,145X
2
+ 0,192X
3
– 0,009
89
X
2
= Motivasi Kerja X
3
= Gaya Kepemimpinan X
4
= Locus of Control e = Error
c. Hasil Uji Statistik F Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H
a
diterima dan menolak H ,
sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H diterima dan menolak H
1
.
Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik F
ANOVA
b
Model Sum of
Squares Df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
104.063 4
26.016 15.578 .000
a
Residual 126.925
76 1.670
Total 230.988
80 a. Predictors: Constant, TLOC, TKO, TMK, TGK
b. Dependent Variable: TKKA Sumber: Data primer yang diolah
Hasil uji statistik F dilihat pada tabel 4.18 nilai F diperoleh sebesar 15.578 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H
a
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen organisasi, motivasi kerja, gaya kepemimpinan dan locus of control berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap kepuasan kerja auditor.
90
C. Interpretasi
Berdasarkan pengujian hipotesis diatas, maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa variabel Komitmen Organisasi berpengaruh secara signifikan dan memiliki hubungan yang positif
terhadap Kepuasan Kerja Auditor. Dengan demikian, semakin tinggi komitmen organisasi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula tingkat
kepuasan kerja yang dialami auditor, karena semakin sering seseorang terlibat dan loyal dalam suatu organisasi maka semakin tinggi komitmennya terhadap
organisasi dan dengan penelitian ini menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai pertanda awal terhadap komitmen organisasi dalam sebuah model
pergantian akuntan yang bekerja. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amilin dan Dewi 2008 dan
Trisnaningsih 2003. Variabel Motivasi Kerja memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh
secara signifikan terhadap Kepuasan Kerja Auditor. Dengan demikian, semakin tinggi motivasi kerja auditor maka semakin tinggi pula tingkat
kepuasan kerja seorang auditor, karena motivasi dapat membangkitkan semangat kerja auditor untuk bekerja lebih baik sehingga seorang auditor yang
memiliki motivasi yang tinggi akan mempengaruhi kepuasan kerja menjadi
Y = - 3,954 + 0,120X
1
+ 0,145X
2
+ 0,192X
3
– 0,009 + e