Tingkat pengembalian profitabilitas Ukuran perusahaan firm size

Cash assets terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain dan aktiva likuid dalam valuta asing. Sedangkan total deposit terdiri dari giro, tabungan dan deposito berjangka Kasmir, 2003 ; 268.

3. Tingkat pengembalian profitabilitas

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relative untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham. Tingkat pengembalian atas asset ROA menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlin, 2003 ; 389. Rasio laba bersih terhadap total aktiva merupakan bagian dari rasio profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Dalam hal ini, rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva ROA setengah bunga dan pajak. Rumus untuk mencari rasio laba bersih terhadap total aktiva adalah : ROA a Totalaktiv Lababersih = x 100

4. Ukuran perusahaan firm size

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas, akan memiliki akses yang mudah ke pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga Universitas Sumatera Utara perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh total assest. Sutrisno, 2001. Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Universitas Sumatera Utara