Penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa Martubung

memberikan ijin layak huni setelah diadakan pemeriksaan dan apabila pelaksanaan pembangunan rumah susun dari segi arsitektur, konstruksi, instalasi dan perlengkapan bangunan lainnya telah benar-benar sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ditentukan dalam Ijin Mendirikan Bangunan.

D. Penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa Martubung

Menurut UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, pembangunan rumah susun ditujukan untuk masyarakat golongan ekonomi lemah dan sebagai tempat tinggal, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1. Pembangunan rumah susun sederhana sewa ini ditujukan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah serta buruhkaryawan. Untuk menentukan bisa tidaknya seseorang menyewa di rusunawa Martubung ini, dilihat dari jumlah penghasilangajinya perbulan. Dalam hal ini digunakan ketentuan bahwa mampu membayar minimal 13 bagian dari pendapatan per bulan, sehigga 23 bagian dari penghasilannya dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya pendapatannya Rp. 300.000 per bulan. Uang sewanya Rp. 100.000 sebulan. 13 dari Rp. 300.000 = Rp. 100.000, dan sisanya Rp. 200.000 dapat digunakan untuk biaya hidupnya. Sehingga orang tersebut dapat menyewa di rusunawa Martubung. Rumah susun berbeda dengan rumah-rumah yang dikenal atau dihuni selama ini dimana rumah susun dimiliki hanyalah berupa ruang yaitu batas dinding sebelah dalam di atas bangunan milik bersama, di atas benda dan tanah milik bersama. 108 108 Affan Mukti, Pokok-Pokok Bahasan Hukum Agraria, Medan: USU Press, 2006, hal. 117 Adlin Budhiawan : Analisis Yuridis Mengenai PengadaanPembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pasar VII Martubung Kecamatan Medan Labuhan. USU e-Repository © 2008. Penghuni satuan rumah susun tidak dapat menghindarkan diri atau melepaskan kebutuhannya untuk menggunakan bagian-bagian, benda bersama, dan tanah bersama karena kesemuanya merupakan kebutuhan fungsional yang saling melengkapi. Satuan rumah susun yang merupakan milik perseorangan dikelola sendiri oleh pemiliknya, sedangkan yang merupakan hak bersama harus digunakan dan dikelola secara bersama karena menyangkut kepentingan dan kehidupan orang banyak. Penggunaan dan pengelolaannya harus diatur dan dilakukan oleh suatu perhimpunan penghuni yang diberi wewenang dan tanggung jawab. Oleh karena itu penghuni rumah susun wajib membentuk perhimpunan penghuni, yang mempunyai tugas dan wewenang mengelola dan memelihara rumah susun beserta lingkungannya, dan menetapkan peratuan- peraturan mengenai tertib penghunian. Terjadinya booming apartemen di penghujung tahun 1990-an menyebabkan timbulnya tuntutan dibukanya kemungkinan kepada orang asing untuk memiliki rumah di Indonesia. Jika semula menurut UUPA, kepada orang asing dan itupun hanya kepada perwakilan asing dapat mempunyai bangunan di Indonesia di atas tanah Hak Pakai. Di samping itu tuntutan dari orang asing yang melakukan aktifitas kerja dan bisnis di Indonesia, dengan dalih globalisasi menuntut Indonesia memberi kesempatan kepada orang asing untuk memiliki rumah di Indonesia. 109 Untuk menentukan apakah orang asing dapat diperbolehkan memiliki rumah tempat tinggal atau hunian di Indonesia, hal ini diatur dalam Pasal 1 ayat 1 dan 2 109 Hermayulis, “Pengadaan Rumah untuk Masyarakat di Perkotaan dan Keberadaan Rumah Susun di Indonesia”, http:www.alunand.com, diakses 1 Oktober 2007 Adlin Budhiawan : Analisis Yuridis Mengenai PengadaanPembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pasar VII Martubung Kecamatan Medan Labuhan. USU e-Repository © 2008. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia, bahwa: Orang asing yang berkedudukan di Indonesia dapat memiliki sebuah rumah untuk tempat tinggal atau hunian dengan hak atas tanah tertentu. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia adalah orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberikan manfaat bagi pembangunan nasional. Dalam kaitannya dengan ketentuan Pasal 1 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996, dalam penjelasan umumnya dikatakan bahwa: Orang asing harus berkedudukan di Indonesia dewasa ini dan untuk masa- masa akan datang perlu diperjelas dan dijabarkan lebih lanjut. Secara konkret, tidak perlu harus diartikan sama dengan kediaman atau domisili menurut pengertian hukum. Dalam Penjelasan atas Pasal 1 PP No. 41 Tahun 1996, disebutkan bahwa yang dimaskud dengan orang dalam PP tersebut adalah orang perorangan. Pemilikan tersebut tetap dibatasi pada satu buah rumah. Tujuan pembatasan ini adalah untuk menjaga agar kesempatan pemilikan tersebut tidak menyimpang dari tujuannya, yaitu sekedar memberikan dukungan yang wajar bagi penyelenggaraan usaha orang asing tersebut di Indonesia. Sedangkan ketentuan orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberikan manfaat bagi pembangunan nasional dimaksudkan pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian bagi orang asing tersebut tidak boleh dilihat semata-mata dari kepentingan orang asing yang bersangkutan, tetapi lebih dari itu kehadirannya di Indonesia harus memberikan manfaat atau kontribusi terhadap pembangunan nasional. Adlin Budhiawan : Analisis Yuridis Mengenai PengadaanPembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pasar VII Martubung Kecamatan Medan Labuhan. USU e-Repository © 2008. Sejalan dengan ketentuan Pasal 1 PP No. 41 Tahun 1996, Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional mengeluarkan kebijakan dan menindaklanjuti tersebut dengan mengeluarkan Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No. 7 Tahun 1996 tentang Persyaratan Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing. Dalam Pasal 1 Permen AgrariaKepala BPN No. 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa: Orang asing yang kehadirannya di Indonesia memberi manfaat bagi pembangunan nasional dapat memiliki sebuah rumah tempat tinggal atau hunian dalam bentuk rumah dengan hak atas tanah tertentu atau satuan rumah susun yang dibangun di atas tanah Hak Pakai atas tanah negara. Orang asing adalah orang asing yang memiliki kepentingan ekonomi Indonesia dengan melaksanakan investasi untuk memiliki rumah tempat tinggal atau hunian di Indonesia. Ketentuan Peraturan Menteri AgrariaKepala badan Pertanahan Nasional tersebut disusul oleh Surat Edaran Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 110-2871 tanggal 8 Oktober 1996 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing. Dalam poin 2 surat edaran tersebut ditentukan orang asing yang dapat mempunyai rumah di Indonesia sebagai berikut: Orang asing yang dapat memiliki rumah di Indonesia adalah orang asing yang kehadirannya memberi manfaat bagi pembangunan nasional, yaitu memiliki dan memelihara kepentingan ekonomi di Indonesia dengan investasinya untuk memiliki rumah tenpat tinggal atau hunian di Indonesia. Orang asing ini dari segi kehadirannya di Indonesia dibagi dalam 2 golongan, yaitu a orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia secara menetap penduduk Indonesia, dan b orang Adlin Budhiawan : Analisis Yuridis Mengenai PengadaanPembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pasar VII Martubung Kecamatan Medan Labuhan. USU e-Repository © 2008. asing yang tidak tinggal di Indonesia secara menetap melainkan hanya sewaktu- waktu berada di Indonesia. Untuk memiliki rumah tempat tinggal oleh warga negara asing di Indonesia, maka terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari pemerintah. Hal ini diatur dalam Pasal 2 PP No. 41 Tahun 1996 yang menyatakan: “Rumah tempat tinggal atau hunian yang dapat dimiliki oleh orang asing adalah a Hak Pakai atas tanah negara; b yang dikuasai berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah. Satuan rumah susun yang dibangun di atas bidang tanah Hak Pakai atas tanah negara”. Sejalan dengan ketentuan Pasal 2 PP No. 41 Tahun 1996, maka dalam Pasal 2 Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional dinyatakan bahwa: Pemilikan rumah dan cara perolehan hak atas tanah oleh orang asing dapat dilakukan dengan: a membeli atau membangun rumah di atas tanah dengan Hak Pakai atas tanah negara atau Hak Pakai atas tanah milik; b membeli satuan rumah susun yang dibangun di atas tanah Hak Pakai atastanah negara; c membeli atau membangun rumah di atas tanah hak Milik atau Hak Sewa untuk bangunan atas dasar perjanjian tertulis dengan pemilik hak atas tanah yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat 1 PP No. 41 Tahun 1996 di atas, walaupun orang asing dapat memiliki rumah tempat tinggal, tetapi tidak termasuk rumah sederhana. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 2 ayat 2 Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional, bahwa: Rumah yang dapat dibangun atau dibeli dan satuan rumah susun yang dapat dibeli oleh orang asing dengan hak atas tanah, adalah rumah atau satuan rumah susun yang tidak termasuk klasifikasi rumah sederhana atau rumah sangat sederhana. Oleh karena itu, perolehan hak atas tanah danatau rumah atau Hak Milik atas satuan rumah susun, pemberian Hak Pakai atas tanah Hak Milik, dan pemberian Hak Sewa untuk bangunan dilakukan menurut tata Adlin Budhiawan : Analisis Yuridis Mengenai PengadaanPembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pasar VII Martubung Kecamatan Medan Labuhan. USU e-Repository © 2008. cara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan hukum yang bersangkutan. Di rusunawa Martubung ini, boleh saja warga negara asing menyewa, asalkan orang asing tersebut mau mentaati peraturan-peraturan di rusunawa Martubung sebagaimana ditentukan oleh pihak pengelola. Hanya saja tidak ada orang asing yang mau menyewa di rusunawa karena rusunawa identik dengan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Umumnya orang asing tinggal di apartemen atau flat.

E. Ketentuan-Ketentuan di Rumah Susun Sederhana Sewa Martubung