yang menjadi sumber rujukan dan kriteria keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari keseluruhan ruang
lingkup mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Kedua, bahwa substansi dan jiwa Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia
ditempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis-pedagogis
pembangunan warganegara Indonesia yang berkarakter Pancasila Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum SMP.
Selain itu, melalui penyempurnaan PKn menjadi PPKn tersebut terkandung gagasan dan harapan untuk menjadikan PPKn sebagai
salah satu mata pelajaran yang mampu memberikan kontribusi dalam solusi atas berbagai krisis yang melanda Indonesia, terutama krisis
multidimensional. PPKn sebagai mata pelajaran yang memiliki misi mengembangkan
keadaban Pancasila,
diharapkan mampu
membudayakan dan memberdayakan siswa agar menjadi warga negara yang cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa dan negara
Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggungjawab Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum SMP.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadikan
warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan
esensi Pendidikan Kewarganegaraan yang di amanatkan dalam kurikulum 2006. Dengan Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara
dibakali dan dibina dalam menjalankan peranannya agar sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 serta menjadikan warga negara
yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Cholisin 2004: 12 mengemukakan secara sederhana tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang
baik a good citizen dan mempersiapkannya untuk masa depan. Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi,
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar siswa memiliki empat kemampuan. Pertama, kemampuan berpikir secara
kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Kedua, kemampuan berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,
dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, serta anti-korupsi. Ketiga, yaitu berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. Kempat, berinteraksi dengan bangsa-bangsa
lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Sementara, menurut Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMP menjelaskan bahwa secara khusus tujuan
PPKn adalah agar siswa memiliki empat kemampuan. Pertama, menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman,
dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial. Kedua, memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap
positif dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 194. Ketiga, yaitu berpikir secara kritis,
rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keempat, berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial Budaya.
Dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia akan senantiasa diupayakan untuk membentuk manusia
Indonesia yang
seutuhnya, sebagaimana
yang diamanatkan
Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai manusia Indonesia yang religius,
berkemanusiaan, dan
berkeadaban, yang
memiliki nasionalisme, yang cerdas, yang berkerakyatan dan yang adil terhadap
lingkungan sosialnya Muhamad Erwin, 2013: 6. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini, warga negara diharapkan akan mampu
memahami, menganalisis serta menjawab masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara secara tepat, rasional, konsisten,
berkelanjutan dan bertanggungjawab dalam rangka mencapai tujuan nasional.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan meliputi delapan
aspek. Pertama, persatuan dan kesatuan bangsa yang meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara kesatuan republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan. Kedua, norma, hukum dan peraturan. Dalam hal ini meliputi
tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
Ketiga, Hak Asasi Manusia yang didalamnya meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen
nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. Keempat, mengenai kebutuhan warga Negara
yaitu meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. Kelima, konstitusi negara yang meliputi
proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi- konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, dan hubungan dasar
negara dengan konstitusi. Keenam, berkaitan dengan kekuasan dan politik. Hal ini
meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya
politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem