Berat Fetus, jumlah fetus, dan panjang fetus

4.2. Pembahasan

4.2.1. Berat Fetus, jumlah fetus, dan panjang fetus

Sebelumnya disebutkan bahwa analisa statistik dengan kruskall wallis diperoleh nilai p = 0.00 p0.05, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap berat fetus pasca pemberian kafein pada masing masing kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis kafein yang diberikan akan menyebabkan penurunan berat fetus yang merupakan indikasi adanya gangguan pertumbuhan. Menurut Wilson 1973 beberapa zat kimia selain dapat mengakibatkan kematian juga dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan dan tergantung dosis serta lama pemberian. Caan dan Golhaber 1989 mengemukakan bahwa penurunan berat badan fetus juga berkaitan erat dengan konsumsi kafein pada induk, penurunan ukuran fetus ini pada manusia baru muncul apabila mengkonsumsi kafein dalam dosis tinggi diatas 300 mghr. Hasil penelitian dengan dosis 120 mgkgbbhr sudah dapat mengakibatkan penurunan berat fetus, yang apabila kita lakukan analisis pada masing masing kelompok : dosis kontrol, dosis 40 mgkgbbhr, dan dosis 80 mgkgbbhr terhadap kelompok dengan dosis 120 mgkgbbhr terdapat perbedaan yang signifikan. Sakamato dkk 1993 menyatakan bahwa efek negatif kafein terhadap fetus terjadi karena kafein dalam sirkulasi fetus tidak memiliki enzim detoksifikasi yang memetabolisme kafein. Menurut asumsi peneliti semakin tinggi dosis kafein yang diberikan akan mempengaruhi perkembangan fetus ketika masa organogenesis, selain kefein juga dapat memasuki plasenta yang kemudian mempengaruhi sirkulasi darah ke janin. Perubahan sirkulasi darah ke janin akan berdampak menurunkan nutrisi, oksigen dan kompunen lain yang diperuntukkan dalam pertumbuhan sel sel selama masa kehamilan. Jumlah fetus yang dilahirkan juga dipengaruhi oleh kafein yang dikonsumsi mencit selama masa organogenesis, sedangkan konsumsi kafein dalam jangka panjang dapat menyebabkan prematuritas pada cerebrum Tanaka, Universitas Sumatera Utara 1990. Berdasarkan teori tersebut, menurut peneliti adanya hubungan konsumsi kafein yang berlebihan dapat mempengaruhi perkembangan fetus didalam masa organogenesis. Mori 1993 juga menyebutkan pengaruh pemberian konsumsi kafein 2 mg100 g berat badan pada tikus hamil terhadap perkembangan otak neonatus secara signifikan meningkatkan protein di otak, dan juga meningkatkan His-Pro cyclo. Konsentrasi TRH Tiroid Releasing Hormone dan Cyclo His-Pro akan mengganggu LPD Lipid Protein Diet selain menyebabkan kehilangan berat badan, menurut peneliti juga akan sangat berpengaruh terhadap jumlah embrio yang akan dihasilkan yang nantinya akan menjadi fetus. Panjang fetus merupakan bentuk dari suatu perkembangan embrio selama masa kehamilan. Sinly dkk mengemukakan bahwa kafein dapat berdampak secara tidak langsung, seperti menstimulasi pernafasan, jantung, serta dapat memberikan efek samping berupa neurosis, insomnia, denyut jantung tidak teratur yang pada akhirnya menurut asumsi peneliti akan mempengaruhi pekembangan embrio selama masa kehamilan dan menyebabkan BBLR. Penelitian sebelemnya menyebutkan bahwa terdapatnya korelasi antara berat bayi lahir dengan panjang bayi lahir, semakin rendah berat badan lahir bayi berbanding lurus dengan penurunan panjang badan waktu bayi lahir. Pada hasil penelitian, hampir semua yang diberi perlakuan dosis 40, 80, 120 mgkgbbhr mempunyai nilai p 0.05, hal ini menerangkan adanya pengaruh kafein terhadap penurunan panjang fetus, Daniel 2006, menyatakan penggunaan kafein terutama dalam jangka waktu lama akan menyebabkan malformasi dari fetus yang akan dilahirkan. Menurut asumsi peneliti malformasi fetus yang terjadi merupakan gangguan perkembangan embrio yang tidak hanya berdampak terhadap kelainan bentuk, namun dapat juga mempengaruhi panjang fetus saat kelahiran. Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Berat Plasenta.