Hubungan berat plasenta dengan berat fetus pasca pemberian kafein Hubungan diameter pembuluh darah maternal dengan fetal pada dosis 0 Hubungan diameter pembuluh darah maternal dengan fetal pada dosis 40 mg Hubungan diameter pembuluh darah mate

e. Hubungan berat plasenta dengan berat fetus pasca pemberian kafein

Gambar 4.3.Korelasi menunjukkan hubungan berat plasenta dengan berat fetus sebesar 0.885 hal ini memperlihatkan adanya hubungan berat plasenta dengan berat fetus. Pada uji Probabilitas nilai α = 0.05 sig 1-tailed sebesar 0.00, maka hubungan berat plasenta dengan berat fetus sangat nyata. y = -0.141 + 0.281 R 2 = 0.784 Universitas Sumatera Utara

f. Hubungan berat plasenta dengan panjang fetus pasca pemberian kafein

Gambar 4.4. Korelasi menunjukkan hubungan langsung antara berat plasenta dengan panjang fetus sebesar 0.721 hal ini memperlihatkan adanya hubungan berat plasenta dengan berat fetus. Pada uji p robabilitas nilai α = 0.05 sig 1-tailed sebesar 0.00, maka hubungan berat plasenta dengan panjang fetus sangat nyata. y = -0.610 + 0.42x R 2 = 0.521 Universitas Sumatera Utara 4.1.3. Rata rata diameter pembuluh darah fetal pasca pemberian kafein Hasil pengamatan terhadap diameter pembuluh darah fetal pada kelompok kontrol dengan diameter pembuluh darah fetal terkecil rata rata 96.83 µm, kelompok perlakuan 2 dosis 40 mgkgbbhr dengan diameter pembuluh darah fetal terkecil rata rata 91 µm, kelompok perlakuan 3 dosis 80 mgkgbbhr dengan diameter pembuluh darah fetal terkecil rata rata 86.83 µm, kelompok perlakuan 4 dosis 120 mgkgbbhr dengan diameter pembuluh darah fetal terkecil rata rata 81.83 µm. Hasil pengamatan diatas juga menunjukkan semakin tinggi dosis kafein yang diberikan mempengaruhi diameter pembuluh darah fetal. Pada uji Kruskall Wallis didapatkan nilai p = 0.025 p0.05, bahwa terdapat perbedaan secara signifikan diameter pembuluh darah fetal terhadap dosis kafein yang diberikan, kemudian untuk mengetahui perbedaan masing masing kelompok dapat dilakukan dengan uji Mann- Whitney dengan hasil : 70 75 80 85 90 95 100 dosis 0 dosis 40 dosis 80 dosis 120 D ia m e te r p e m b u lu h d a ra h f e ta l µ m Dosis kafein mgkgbbhr Grafik diameter Pembuluh darah fetal pasca pemberian kafein diameter Pembuluh darah fetal Universitas Sumatera Utara 1. Kelompok perlakuan dosis 0 hanya dengan aquadest dengan kelompok perlakuan dosis 40 mgkgbbhr, p = 0.147 p0.05 tidak terdapat perbedaan diameter pembuluh darah fetal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 2. Kelompok perlakuan dosis 0 hanya dengan aquadest dengan kelompok perlakuan dosis 80 mgkgbbhr, p = 0.089 p0.05 tidak terdapat perbedaan diameter pembuluh darah fetal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 3. Kelompok perlakuan dosis 0 hanya dengan aquadest dengan kelompok perlakuan dosis 120 mgkgbbhr, p = 0,019 p0.05 terdapat perbedaan diameter pembuluh darah fetal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 4. Kelompok perlakuan dosis 40 mgkgbbhr dengan kelompok perlakuan dosis 80 mgkgbbhr, p = 0.196 p0.05 tidak terdapat perbedaan diameter pembuluh darah fetal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 5. Kelompok perlakuan dosis 40 mgkgbbhr dengan kelompok perlakuan dosis 120 mgkgbbhr, p = 0.04 p0.05 terdapat perbedaan diameter pembuluh darah fetal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 6. Kelompok perlakuan dosis 80 mgkgbbhr dengan kelompok perlakuan dosis 120 mgkgbbhr, p = 0,085 p0.05 tidak terdapat perbedaan diameter pembuluh darah fetal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. Universitas Sumatera Utara

4.1.4. Rata rata diameter pembuluh darah maternal pasca pemberian kafein

Tabel 4.4. Rata rata panjang fetus pasca pemberian kafein Hasil pengamatan terhadap diameter pembuluh darah maternal pada kelompok kontrol dengan diameter pembuluh darah maternal terbesar rata rata 108.8 µm, kelompok perlakuan 2 dosis 40 mgkgbbhr dengan diameter pembuluh darah maternal terbesar rata rata 107 µm, kelompok perlakuan 3 dosis 80 mgkgbbhr dengan diameter pembuluh darah maternal terbesar rata rata 103 µm, kelompok perlakuan 4 dosis 120 mgkgbbhr dengan diameter pembuluh darah maternal terbesar rata rata 101 µm. Hasil pengamatan diatas juga menunjukkan semakin tinggi dosis kafein yang diberikan mempengaruhi diameter pembuluh darah maternal. Setelah dilakukan uji normalitas, pada uji anova diperoleh nilai p = 0,00 p0,05, terdapat perbedaan yang sangat signifikan Pada uji Kruskall Wallis didapatkan 96 98 100 102 104 106 108 110 dosis 0 dosis 40 dosis 80 dosis 120 D ia m e te r p e m b u lu h d a ra h m a te rn a l µ m Dosis kafein mgkgbbhr Tabel diameter pembuluh darah maternal pasca pemberian kafein Diameter pembuluh darah maternal Universitas Sumatera Utara nilai p = 0.025 p0.05, bahwa terdapat perbedaan secara signifikan, kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hock, dengan hasil : 1. Kelompok perlakuan dosis 0 hanya dengan aquadest dengan kelompok perlakuan dosis 40 mgkgbbhr, p = 0,015 p0.05 terdapat perbedaan diameter pembuluh darah maternal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 2. Kelompok perlakuan dosis 0 hanya dengan aquadest dengan kelompok perlakuan dosis 80 mgkgbbhr, p = 0.00 p0.05 terdapat perbedaan diameter pembuluh darah maternal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 3. Kelompok perlakuan dosis 0 hanya dengan aquadest dengan kelompok perlakuan dosis 120 mgkgbbhr, p = 0.00 p0.05 terdapat perbedaan diameter pembuluh darah maternal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 4. Kelompok perlakuan dosis 40 mgkgbbhr dengan kelompok perlakuan dosis 80 mgkgbbhr, p = 0,042 p0.05 terdapat perbedaan diameter pembuluh darah maternal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 5. Kelompok perlakuan dosis 40 mgkgbbhr dengan kelompok perlakuan dosis 120 mgkgbbhr, p = 0.00 p0.05 terdapat perbedaan diameter pembuluh darah maternal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. 6. Kelompok perlakuan dosis 80 mgkgbbhr dengan kelompok perlakuan dosis 120 mgkgbbhr, p = 0.015 p0.05 terdapat perbedaan diameter pembuluh darah maternal pasca pemberian kafein antara kedua kelompok. Universitas Sumatera Utara

a. Hubungan diameter pembuluh darah maternal dengan fetal pada dosis 0

Gambar 4.5.Korelasi menunjukkan hubungan tidak langsung antara diameter pembuluh darah maternal dengan diameter pembuluh darah fetal pada dosis 0 hanya dengan aquadest sebesar -0.589, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Pada uji Probabilitas nilai α = 0.05 sig 1-taile sebesar 0.109, maka hubungan antara diameter pembuluh darah maternal dan diameter pembuluh darah fetal tidak nyata. y = 243,37-1,38 x R 2 = 0,347 Universitas Sumatera Utara

b. Hubungan diameter pembuluh darah maternal dengan fetal pada dosis 40 mg

Gambar 4.6.Korelasi menunjukkan hubungan tidak langsung antara diameter pembuluh darah maternal dengan diameter pembuluh darah fetal pada dosis kafein 40 mgkgbbhr sebesar -0.663, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Pada uji Probabilitas nilai α = 0.05 sig 1-taile sebesar 0.76, maka hubungan antara diameter pembuluh darah maternal dan diameter pembuluh darah fetal tidak nyata. y = 168,2-0,67 x R 2 = 0,440 Universitas Sumatera Utara

c. Hubungan diameter pembuluh darah maternal dengan fetal pada dosis 80 mg

Gambar 4.7. Korelasi menunjukkan hubungan tidak langsung yang sangat kuat antara diameter pembuluh darah maternal dengan diameter pembuluh darah fetal pada dosis kafein 80 mgkgbbhr sebesar - 0.711. Pada uji Probabilitas nilai α = 0.05 sig 1-taile sebesar 0.057, hal ini menyatakan hubungan antara diameter pembuluh darah maternal dan diameter pembuluh darah fetal tidak nyata. y = 147,54 – 0,504 x R 2 = 0,505 Universitas Sumatera Utara

d. Hubungan diameter pembuluh darah maternal dengan fetal pada dosis 120 mg