Efektifitas Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan Dalam Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Ekonomi Lemah (Studi Pada Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ainur Rohman, Ahmad & dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Malang : Averroes Press.

Akib, Haedar dan Tarigan, Antonius. 2008. Artikulasi Konsep Implementasi Kebijakan: Perspektif, Model Dan Kriteria Pengukurannya, Jurnal Kebijakan Publik

Azwar, Azrul. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan. 1996. Atmanti H. D. 2005. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan. Jurnal Dinamika Pembangunan. 2 (1) : 30-39.

Bharata, Atep. 2004. Dasar- dasar Pelayanan Prima. Jakarta : Elex Media. Komputindo.

Blum (As’ad, 2000). Pengertian Kepuasan Kerja.

Browne dan Wildavsky. 2004. (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70)

Effendy, Onong Uchjana. 1989. KAMUS KOMUNIKASI. Bandung : PT.Mandar Maju.

Gibson, James,L., John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly.Jr. 1993. Organizations,Behavior, Structure, and Process. The McGraw Hill Companies Inc. New York.

Jhingan, ML. 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Jones, Charles O. (1996). Pengantar Kebijakan Publik. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


(2)

Kotler, Philip. 1994. Marketing management: Analysis, Planing, Implementation, Control. Ed. 8, New jersey: Prentice Hall, Inc.

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Lubis, Hari. S.B. dan Martani Husaini. 1987. Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), Pusat Antar Universitas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Indonesia, Jakarta.

Lupiyoadi, Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Mahmudi. Manajemen Kinerja Sektor Publik (Mahmudi, 2005:92). Misbach, Lutfie. 2004. Potret Kemiskinan di Jawa Timur.Berkala Ilmiah

Kependudukan (Scientific Journal of Population), United Nation Population Fund,Vol.6.N0.1.Surabaya : Airlangga Press

Moenir.(1992:119). Sarana dan Prasarana. Tersedia:http://id.shvoong.com/ writing-and-speaking/presenting/2106962-pengertian-sarana-dan-prasarana/#ixzz1K5l8G4nU)

Notoatmodjo, Soekidjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, Juni 2003.

Ratminto dan Winarsih Atik Septi.(2005). Manajemen Pelayanan.Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku Organisasi (alih bahasa Drs. Benjamin Molan), Edisi Bahasa Indonesia, Klaten: PT INTAN SEJATI.


(3)

Saryono, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika, 2010

Singarimbun, Masri.1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : PT.Pustaka LP3LS Indonesia.

Siti Erna Latifi Suryana. 2009. Implementasi Kebijakan tentang Pengujian Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,

2013

Susanto, Astrid S. (1975). Pendapat Umum.Bandung:Bina Cipta. Suyanto, Bagong. (2005).Metode Penelitian Sosial: Bergabai Alternatif

Pendekatan. Jakarta : Prenada Media

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97-101;

Wijaya. (2006).“Pengantar Ilmu Komunikasi”. Pustaka Bangsa Press, Medan

Sumber internet:

www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 13 April 2016, pukul 15.30 WIB

http://www.kopertis12.or.id/2014/01/09/selamat-datang-bpjs-kesehatan-silakan-unduh-informasi-tentang-bpjs.html, diakses pada tanggal 30 april 2016, pukul 19.00

http://www.sucofindo.co.id/berita-terkini/3330/inilah-hasil-survei-kepuasan-terhadap-bpjs-kesehatan.html, diakses pada tanggal 2 Mei 2016, pukul 20.00 WIB


(4)

(http://sp.beritasatu.com,2014).diakses pada tanggal 2 Mei 2016, pukul 21.00 WIB

Sumber Perundang-undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28 ayat (3)

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

UU No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

Surat Edaran Kemenkes Nomor 32 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.


(5)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan oleh peneliti disebuah kecamatan yang berada di wilayah administratif pemerintahan kota Medan Sumatera Utara yakni Kecamatan HelvetiaKecamatan Medan Helvetia terletak di wilayah Barat Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Kecamatan Medan Helvetia memiliki luas wilayah 11,55 km² danKecamatan Medan Helvetia terdiri atas 7 kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Helvetia

2. Kelurahan Helvetia Tengah

3. Kelurahan Helvetia Timur

4. Kelurahan Tanjung Gusta


(6)

6. Kelurahan Dwikora

7. Kelurahan Cinta Damai

Gambar 3.1. Peta Wilayah Kecamatan Medan Helvetia

Sumber: Puskesmas Helvetia

Kecamatan Medan Helvetia memiliki jumlah penduduk sebanyak 166.485 jiwa yang terdiri dari laki-laki 83,195 jiwa, dan perempuan 83,290 jiwa.

Gambar 3.2. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Helvetia.

Sumber: Puskesmas Helvetia 83,290

83,195 Perempuan 83.290


(7)

Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Medan Helvetia dapat dikatakan masih sedikit dan belum merata di tiap kelurahannya. Namun demikian tenaga medis yang terdapat di Kecamatan Medan Helvetia ini sudah cukup tersebar di tiap kelurahan dimana pendistribusiannya disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap kelurahan. Kecamatan ini memiliki satu puskesmas induk yaitu Puskesmas Helvetia yang terletak di jalan Kemuning, Perumnas Helvetia dan puskesmas ini memiliki 2 Puskesmas Pembantu (PUSTU) yaitu Puskesmas Pembantu Tanjung Gusta yang terletak di jalan Gaperta dan Puskesmas Pembantu Dwikora yang terletak di jalan Setia Luhur.

3.2. Gambaran Umum Puskesmas Helvetia

Puskesmas Helvetia berada pada wilayah Administrasi Kecamatan Medan Helvetia, kota Medan, yang terletak di Jalan Kemuning Perumnas Helvetia, Kelurahan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia.Puskesmas Helvetia adalah salah satu Puskesmas rawat inap di Kota Medan dengan luas tanah 410,75 m2, dan luas bangunan 350 m2. Terdapat 2 (dua) unit rumah dinas paramedis dengan luas tanah masing-masing seluas 178,875m2, dan luas bangunan 100m2.

3.2.1. Sejarah Puskesmas Helvetia

Puskesmas Helvetia diresmikan pada tahun 1979 oleh Walikota Medan A.S. Rangkuti.


(8)

Puskesmas Medan Helvetia terletak di Jalan Kemuning Perumnas Helvetia, Kelurahan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia dengan batas wilayahnya yaitu :

Sebelah Utara :Berbatasan dengan Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kec. Medan sunggal

Sebelah Barat :Berbatasan dengan Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang

Sebelah Timur :Berbatasan dengan Kec. Medan Barat dan Medan Petisah

Puskesmas Helvetia memiliki luas wilayah kerja seluas 11,60 Km2(1.156,147 Ha) dengan jumlah 88 lingkungan. Puskesmas Helvetia melakukan pelayanan kesehatan terhadap 7 kelurahan yang ada di wilayah kerja kecamatan Medan Helvetia, yaitu:

a. Kelurahan Helvetia

b. Kelurahan Helvetia Tengah c. Kelurahan Helvetia Timur d. Kelurahan Tanjung Gusta e. Kelurahan Sei Sikambing C II f. Kelurahan Dwikora

g. Kelurahan Cinta Damai

3.3.3. Fungsi Dan Tujuan Puskesmas Helvetia

Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat. Puskesmas Helvetia merupakan UPT


(9)

dibawah Dinas Kesehatan Kota Medan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.Oleh karena itu puskesmas Helvetia memiliki fungsi dan tujuan, yaitu:

• Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

• Pusat Pemberdayaan Masyarakat

• Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

3.3.4. Visi dan Misi Puskesmas Helvetia

Dalam menjalankan sebuah organisasi, maka setiap organisasi harus memilki visi dan misi yang telah dirumuskan dan ditetapkan untuk selanjutnya dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi tersebut. Sebagai sebuah organisasi Puskesmas Helvetia telah merumuskan visi dan misi sebagai berikut: A. Visi Puskesmas Helvetia

“Mewujudkan Kecamatan Sehat”

B. Misi Puskesmas Helvetia.

Misi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Puskesmas Helvetia dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut

• Menggerakkan pembangunan Kecamatan yang berwawasan kesehatan


(10)

• Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

• Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya

Selain menyelenggarakan fungsi diatas, Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

3.3.5. Program Kesehatan Puskesmas Helvetia

Untuk mencapai visi dan misitersebut, Puskesmas Helvetia melakukan beberapa upaya yang terdapat dalam produk layanan Puskesmas Helvetia yang terbagi menjadi dua upaya, yaitu:

1. Upaya Kesehatan Wajib (Basic Seven):

 Upaya Promosi Kesehatan (Promkes)

 Upaya Kesehatan Lingkungan (Kesling)

 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)

 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (UP2M)

 Upaya Pengobatan

 Upaya Pencatatan dan Pelaporan (SP2TP) 2. Upaya Kesehatan Pengembangan:


(11)

 Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

 Upaya Kesehatan Olahraga (Kesorga)

 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (UPKM)

 Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)

 Upaya Kesehatan Jiwa (UKJ)

 Upaya Kesehatan Mata (UKM)

 Upaya Kesehatan Usia Lanjut (USILA)

 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (BATRA)

 Laboratorium Sederhana

3.3.6. Saran dan Prasarana Puskesmas Helvetia

Tabel 3.1: Sarana Gedung (Ruangan).

No Sarana Jumlah

1 RuangKepala Puskesmas 1

2 Ruang Poliklinik Umum 1


(12)

4 Ruang Pendaftaran/Loket 1

5 Ruang Sanitasi 1

6 Ruang Rawat Inap 1

7 Ruang TB-Paru 1

8 Ruang Tata Usaha 1

9 Ruang KIA/KB 1

10 Ruang IGD 1

11 Kamar Obat 1

12 Gudang penyimpanan Obat 1

13 Ruang imunisasi 1

14 Ruang Laboratorium 1

15 Ruang Tunggu 1

16 Kamar mandi 3

17 Aula 1

18 Ruang Klinik IMS & VCT 1


(13)

20 Dapur PPG 1

21 Gudang Barang 1

Sumber: Puskesmas Helvetia

Tabel 3.2: Fasilitas alat kesehatan

No Nama Alat Kesehatan

1 Alat-alat pemeriksaan pasien (termasuk USG dan EKG)

2 Alat-alat Kontrasepsi dan pertolongan parsalinan

3 Alat-alat suntik dan alat-alat P3K

4 Timbangan bayi dan dewasa

5 Dua set dental unit

6 Peralatan cabut gigi dan tambal gigi

7 Lemari pendingin tempat penyimpanan vaksin

8 Alat-alat laboratorium

9 Oksigen

10 Infus Set


(14)

Tabel 3.3: Fasilitas Kendaraan

No Sarana Jumlah

1 Kendaraan Roda 2 (Sepeda Motor) 4

2 Kendaraan Roda 4 (Pusling) 1

Sumber: Puskesmas Helvetia

3.3.7. Kondisi SDM (Sumber Daya Manusia) Puskesmas Helvetia

Tabel 3.4: Data Jumlah SDM Puskesmas Helvetia

No .

SDM Jumlah(Orang)

1 Dokter umum 9

2 Dokter gigi 5

3 Apoteker 1

4 S.Kep Ners 11

5 SKM 8

6 S1 Keperawatan 3


(15)

8 D4 Keperawatan 1

9 D4 Kebidanan 4

10 D3 Kebidanan 5

11 D3 Keperawatan 11

12 D3 Keperawatan Gigi 3

13 D3 Farmasi 3

14 D3 Analis 1

15 D1 Kebidanan 3

16 SPAG 1

17 SMAK 1

18 SMF 3

19 Perawat (SPK) 2

20 SPRA 1

21 Perawat Gigi (SPRG) 3

22 SPPH 1


(16)

24 Honorer 5

Total 88

3.3.8. Struktur organisasi Puskesmas Helvetia

Puskesmas Helvetia terdiri dari beberapa bagian dengan masing-masing tugas dan fungsinya, yaitu:

1. Kepala Puskesmas

Fungsi Kepala Puskesmas adalah memimpin puskesmas dalam menjalankan fungsi puskesmas sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas.

Tugas dari kepala Puskemas adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinir penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas

b. Membagi dan memberikan tugas kepada staff sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan organisasi

c. Memimpin urusan tata usaha, unit-unit pelayanan, puskesmas pembantu dalam menyelengarakan pelayanan kesehatan masyarakat agar pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana kerja yang yang telah ditetapkan.

d. Melaksanakan fungsi manajemen (perencanaan, pengorgnisasian, pelaksanaan, dan pengawasan) dalam urusan ketatausahaan dan program.


(17)

e. Memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan teknis kepada semua staff dalam pelaksanaan tugas.

f. melaksanakan konsolidasi kepada semua staff di puskesmas

g. Menerima laporan sebagai bahan evaluasi program/ kegiatan dari semua staff

h. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan puskesmas melalui rapat dengan staff

i. Menerima konsultasi dari semua kegiatan Pukesmas

j. Melaksanakan koordinasi dan menjalin kerjasama lintas sektor.

2. Tata Usaha

Bagian dari tata usaha terbagi menjadi 3 bagian (urusan), yaitu:

a. Urusan Umum

Fungsi dari urusan umum adalah mengelola administrasi puskesmas, melakukan pengawasan pegawai, sebagai protokoler, dan sebagai humas.

Tugas dari Urusan Umum adalah sebagai berikut:

 Pengelolaan surat menyurat, kearsipan/ dokumen, hukum, dan kehumasan  Penyiapan data, informasi, dan hubungan masyarakat.


(18)

 Melasanakan hubungan kerja dengan satuan kerja lain yang terkait dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugasnya.

 Mengkoordinir tugas kepegawaian agar berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku

 Melaksanakan tata usaha kepegawaian dan pembinaan data kepegawaian.  Melakasanakan urusan pembinaan dan pengembangan kepegwaian.

b. Urusan Keuangan dan Perlengkapan

Fungsi dari urusan keuangan dan perlengkapan adalah melaksanakan pengolahan dana Puskesmas mengelola barang dan peralatan.

Tugas dari Urusan Keuangan dan Perlengkapan adalah sebagai berikut:

 Mengkoordinir tugas keuangan agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 Melakukan tata usaha keuangan dan pertanggung jawaban anggaran.  Melaksanakan pembinaan dan pengendalian serta pengawasan terhadap

para bendaharawan.

 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan keuangan pada UPTD Puskesmas.

 Melakasanakan usulan permintaan anggaran (rutin, gaji , program, dan lain-lain).


(19)

 Pengelolaan barang-barang dan peralatan kantor.  Pengadaan barang-barang dan peralatan kantor.

 Pelaksanaan inventaris rumah tangga kantor dan pembina urusan umum. c. Urusan Perencanaan Program dan Pelaporan.

Fungsi dari Urusan Perencanaan Program dan Pelaporan adalah membuat perencanaan terkait program-program yang akan dilaksanakan serta laporan evaluasi terkait pelaksanaan program tersebut.

Tugas dari Urusan Perencanaan Program dan Pelaporan adalah sebagai berikut:

a. Membuat perencanaan tentang program-program yang akan dilaksanakan di Puskesmas.

b. Menerima laporan hasil mengenai pelaksanaan program yang dilaksanakan di Puskesmas.


(20)

(21)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk dideskripsikan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang akan disajikan dalam bab ini yaitu efektifitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah di Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan.

4.1 Pelaksanaan Wawancara

Wawancara dilaksanakan mulai tanggal 4 Oktober 2016 sampai dengan 10 Oktober 2016. Pelaksanaan wawancara dilakukan di Puskesmas Helvetia yang terletak di Jalan Kemuning Perumnas Helvetia, Kelurahan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia, yang merupakan tempat penelitian ini berlangsung. Wawancara ini dilakukan kepada pegawai kecamatan yang memahami secara mendalam terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Dalam melakukan wawancara pada penelitian kali ini, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti yaitu antara lain, pertama-tama peneliti menguhubungi


(22)

tersebut akan dilakukan. Setelah mendapatkan waktu yang cocok peneliti mulai mengunjungi para informan untuk melakukan wawancara. Wawancara dengan Kepala Puskesmas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Bagian Loket (Pendaftaran Berobat) berlangsung selama 2 hari, sementara wawancara dengan masyarakat peserta BPJS Kesehatan yang menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas dilakukan selama 5 hari.

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara berstruktur. Dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun disesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Namun dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

4.2. Karakteristik Informan

Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai 13 (tiga belas) informan yang terdiri dari informan kunci (key informan), informan utama dan informan tambahan yang antara lain sebagai berikut :


(23)

Tabel 4.1. Informan Penelitian

No Jenis Informan Jabatan Jumlah

1 Informan Kunci

(Key Informan)

Kepala Puskesmas Helvetia 1

2 Informan Utama Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1

Kepala Bagian Loket 1

3 Informan Tambahan Masyarakat 10

Jumlah 13

Sumber: Penelitian, 2016

Adapun karakteristik para informan berdasarkan jenis kelamin antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase

1 Laki-Laki 3 23,07%

2 Perempuan 10 76,93%

Jumlah 13 100%


(24)

Berdasarkan tabel diatas, maka informan dalam penelitian ini lebih didominasi oleh perempuan, yaitu sebanyak 76,93% , akan tetapi dalam penelitian ini penentuan informan penelitian tidak ditentukan oleh jenis kelamin tetapi informan yang dimaksud adalah informan yang dianggap memahami terkait judul yang diangkat dalam penelitian ini. Pemahaman terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari informan dalam memberikan keterangan kepada penulis. Adapun klasifikasi informan penelitian berdasarkan pendidikan antara lain:

Tabel 4.3. Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Presentase

1 S1 2 15,4%

2 D3 1 7,7%

3 SMA 9 69,2%

4 SMP 1 7,7%

Jumlah 13 100%

Sumber: Penelitian, 2016

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini baik informan kunci maupun informan utama dalam penelitian ini tingkat pendidikan informan terdiri dari beragam tingkatan. pendidikan diantaranya S1 sebanyak 15,4%, pendidikan D3 sebanyak 7,7%,


(25)

tingkat pendidikan SMA sebanyak 69,2%, dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 7,7%.

Selanjutnya penulis akan menyajikan tabel terkait dengan pemahaman informan sesuai dengan klasifikasi golongan, dalam hal ini penulis menerima keterangan dari para informan sesuai dengan bidang atau jabatan mereka masing-masing. Adapun klasifikasi informan penelitian berdasarkan jabatan dapat dilihat di tabel dibawah ini:

Tabel 4.4. Karakteristik Informan Berdasarkan Jabatan

No Jabatan Jumlah Presentase

1 Kepala Puskesmas 1 7,7%

2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1 7,7%

3 Kepala Bagian Loket

(Pendaftaran Berobat)

1 7,7%

4 Masyarakat 10 76,9%

Jumlah 13 100%

Sumber: Penelitian, 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini berasal dari berbagai kalangan yang dianggap memahami secara jelas terkait dengan judul yang diangkat dalam penelitian ini. Berdasarkan klasifikasi informan dalam


(26)

penelitian ini, maka informan dengan presentase terbanyak berasal dari kalangan masyarakat sebanyak76,9%, hal ini dikarenakan masyarakat sebagai objek yang menerima pelayanan kesehatan di Puskesmas Helvetia. Dalam menentukan informan masyarakat, penulis menunjuk secara langsung masyarakat yang terlibat dalam program tersebut dan masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat peserta BPJS Kesehatan yang datang ke Puskesamas Helvetia untuk berobat dan mendapatkan pelayanan kesehatan.

4.3 Deskripsi Hasil Wawancara

Metode wawancara yang dipilih oleh penulis adalah tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Namun, di dalam prosesnya sendiri tidak menutup suatu kemungkinan akan munculnya suatu pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

BPJS Kesehatan adalah suatubadan hukum publik yang berfungsi untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk warga asing yang bekerja paling singkat selama6 bulan di Indonesia . Dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Surat Edaran Kemenkes Nomor 32 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan dan Peraturan Badan


(27)

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor1Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

BPJS Kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Efektivitas suatu organisasi dapat diukur dari berbagai hal, yaitu kejelasan tujuan, kejelasan strategi, pencapaian tujuan, proses analisa dan perumusan kebijakan yang mantap, tersedianya sarana dan prasarana yang efektif dan efisien, sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik dan disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebelum menanyakan lebih jauh tentang efektivitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam pemberian pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah, peneliti menanyakan pandangan dr. Zulheri selaku Kepala Puskesmas Helvetia tentang pelaksanaan program BPJS Kesehatan apakah sudah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Beliau menyatakan:

”Pelaksanaan program BPJS Kesehatan sudah sangat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu kami juga mendapatkan sosialisasi dan seminar terkait pelaksanaan program BPJS Kesehatan agar pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang


(28)

ditetapkan oleh pemerintah, dimana sosialisasi dan seminar tersebut dilaksanan di kantor BPJS Kesehatan.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 4 Oktober 2016).

Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan program BPJS Kesehatan sudah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah, peneliti menggunakan konsep yang dikemukakan oleh (Lubis & Ibrahim, 1984 : 59-62) tentang pengukuran efektivitas dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan sasaran, pendekatan sumber, dan pendekatan proses. Pendekatan sasaran mencoba mengukur sejauh mana suatu organisasi berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Kedua, pendekatan sumber (system resource approach), pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan organisasi dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkan. Ketiga adalah pendekatan proses (internal process approach), pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai efisien dan kondisi organisasi internal yang sehat.

Efektivitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah dinilai berdasarkan indikator-indikator tertentu dalam mencapai tujuan pelaksanaan program BPJS Kesehatan tersebut. Yang menjadi indikator tingkat efektivitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan ini ada 8, yaitu:


(29)

b. ketepatan cara dan sasaran pelaksanaan program.

c. keberhasilan dari pelaksanaan program.

d. cara memperoleh sumber daya dalam melaksanakan program.

e. sarana dan prasarana yang memadai.

f. keadaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai.

g. kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan.

h. hambatan dari pelaksanaan program.

4.3.1. Tujuan Pelaksanaan Program.

Tujuan dari pelaksanaan program BPJS Kesehatan adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Lebih dalam lagi terkait tujuan pelaksanaan program BPJS Kesehatan, dr. Zulheri selaku Kepala Puskesmas Helvetia menyatakan:

“Tujuan dari dilaksanakannya program BPJS Kesehatan adalah untuk mengcover kesehatan seluruh masyarakat Indonesia. Namun dalam ruang lingkup Puskesmas, tujuan dari pelaksanaan program BPJS Kesehatan adalah untuk


(30)

mengcover kesehatan seluruh masyarakat Kecamatan Helvetia.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 4 Oktober 2016).

4.3.2. Ketepatan cara dan sasaran pelaksanaan program.

Berdasarkan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, sasaran dari pelaksanaan program BPJS Kesehatan adalah seluruh masyarakat Indonesia yang membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Berkaitan dengan ketepatan cara dan sasarn pelaksanaan program BPJS Kesehatan, dijelaskan oleh dr. Zulheri selaku Kepala Puskesmas Helvetia menyatakan:

"Sasaran yang dituju oleh program BPJS Kesehatan adalah seluruh masyarakat Indonesia yang menjadi peserta BPJS Kesehatan baik yang membayar iuran maupun yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah yang ingin menggunakan pelayanan kesehatan. Ketepatan cara pelaksanaan program BPJS sudah efisien, karena setiap satu bulan sekali kita mengadakan rapat terkait evaluasi program. Selain itu juga selalu diadakan rapat pemegang program yang dilaksanakan seminggu sekali dan ada rapat lintas sektoral yang dilaksanakan di kecamatan. Dalam menjalankan program-program, Puskesmas Helvetia dibantu oleh 2 PUSTU (Puskesmas Pembantu) yaitu PUSTU Tanjung Gusta dan PUSTU Dwikora.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 4 Oktober 2016).

Peneliti juga menanyakan pendapat pasien terkait sasaran dan ketepatan cara pelaksanaan program BPJS Kesehatan, dimana Pak Abner Tarihoran menyatakan:


(31)

“Sasaran program BPJS Kesehatan ini sudah sangat tepat, karena dengan adanya BPJS Kesehatan ini masyarakat mudah kalau mau berobat, gak perlu repot-repot dan jauh-jauh pergi ke rumah sakit. Cukup ke puskesmas ini aja.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 10 Oktober 2016).

Begitu juga disampaikan oleh ibu Yus, yang merupakan pasien yang berobat menggunakan Kartu Indonesia Sehat:

“Program BPJS sudah tepat sasaran, karena sangat membantu masyarakat yang mau berobat apalagi masyarakat yang kurang mampu seperti saya. Semua biaya berobat ditanggung sama pemerintah jadi saya merasa sangat terbantu.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 7 Oktober 2016).

Dari bebarapa pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program BPJS Kesehatan sudah tepat dan cara pelaksanaanya sangat efisien karena memberi kemudahan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan, terutama masyarakat yang memiliki ekonomi lemah.

4.3.3. Keberhasilan pelaksanaan program.

Dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan tentunya diharapkan adanya hasil yang dapat membantu seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Berdasarkan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, hasil yang diharapkan dari adanya pelaksanaan program BPJS Kesehatan adalah:

a. Memberi kemudahan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas jaminan kesehatan masyarakat.


(32)

b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga nantinya terkendali mutu dan biaya pelayanan kesehatan.

Pernyataan dari dr. Zulheri selaku Kepala Puskesmas Helvetia, terkait hasil yang diharapkan dari pelaksanaan program BPJS Kesehatan dan program yang sudah berhasil dijalankan adalah:

“Melalui program BPJS Kesehatan ini, diharapkan masyarakat sadar akan kesehatan. Kami juga mensosialisasikan program Promotif, Preventif, dn Kuratif, yaitu Promotif mempromosikan cara-cara hidup sehat, manjaga lingkungan yang sehat seperti: bahayanya asap rokok bagi kesehatan keluarga. Preventif yaitu pencegahan penyakit, seperti: pemberantasan penyakit DBD dengan mengunjungi rumah warga setiap minggunya untuk melaksanakan program3M. Kami juga mengadakan sosialisasi terkait penyakit seks menular (PSM) atau infeksi seksual dengan mengunjungi spa maupun LAPAS. Kuratif adalah mengobati masyarakat yang sakit dengan pelayanan yang baik dan ramah tanpa memandang status sosial atau kedudukan.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 4 Oktober 2016).

Sementara itu menurut bapak Lindung Siagian, pasien yang berobat ke Puskesmas mengunakan BPJS Kesehatan menyatakan:

“Hasil yang saya rasakan selama berobat memakai BPJS ya sangat memuaskan lah. Saya dapat pelayan yang baik, semua obat obatnya disediakan


(33)

oleh puskesmas udah itu generik lagi.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 6 Oktober 2016).

Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa hasil yang diharapkan dari pelaksanaan program BPJS Kesehatan sudah dikatakan berhasil terlaksana dengan baik. Masyarakat merasa puas dengan hasil pelayanan dan program-program yang diberikan oleh puskesmas.

4.3.4. Cara memperoleh sumber daya dalam melaksanakan program.

Keberhasilan organisasi dalam usaha memperoleh berbagai sumber yang dibutuhkan guna mencapai kinerja yang baik sangat diperlukan. Namun dalam proses pelaksanaan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Helvetia, pihak puskesmas tidak perlu melakukan usaha usaha dalam memperoleh sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan program karena semuanya sudah diatur oleh Pemko Medan melalui Dinas Kesehatan Kota Medan dan kantor BPJS.

4.3.5. Sarana dan Prasarana yang memadai.

Sumber daya sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama dan/atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, serta dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja (Moenir, 1992 : 119). Jika sarana dikaitkan dengan prasarana dapat dimaknai sebagai seperangkat alat yang dapat digunakan dalam suatu proses kegiatan baik sebagai alat pembantu maupun alat utama yang digunakan untuk mencapai tujuan.


(34)

Berdasarkan sarana dan prasarana yang tersedia di Puskesmas Helvetia, dr. Zulheri selaku Kepala Puskesmas menyatakan:

“Sarana dan prasarana yang tersedia di Puskesmas dalam menjalankan program BPJS sudah lengkap dan cukup baik. Tapi yang namanya sarana dan prsarana kan pasti ada umurnya jadi kedepannya memungkinkan perlu adanya kebutuhan sarana dan prasarana yang harus ditambah maupun diperbaiki yang diproses melalui pihak Dina Kesehatan demi kenyamanan pasien ketika beroba.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 4 Oktober 2016).

Sementara itu menurut Ibu Sulastri Situmorang peserta Kartu Indoneia Sehat yang sedang berobat menyatakan;

“ Sarana dan prasarana di sini sudah bagus dan lengkap. Kita juga kalo berobat ke sini merasa nyaman dan dilayani dengan baik.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 7 Oktober 2016).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu Nami Tarigan, peserta BPJS Kesehatan:

“ Sarana dan prasarana di puskesmas ini sudah lengkap, sudah setra sama rumah sakit. Disini sudah ada labnya, poli anak, dan fasilitas lainnya yang tidak jauh beda dengan rumah sakit. Jadi saya tidak perlu jauh-jauh lagi berobat ke rumah sakit.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 7 Oktober 2016).

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas Helvetia sudah cukup memadai dan


(35)

memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pasien untuk berobat. Walaupn kedepannya perlu ada beberapa penambahan atau perbaikan demi meningkatkan pelayanan bagi pasien.

4.3.6. Keadaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai

Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terpenting dalam keberlangsungan suatu kegiatan. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia, maka semakin meningkat pula efektivitas, efisiensi dan produktivitas kegiatan (Atmanti, 2005 : 31). Oleh karena itu, sumber daya manusia memiliki peranan yang mendasar dan utama sebagai pengelola input, memproses segala sumber daya (masukan) menjadi output yang dihasilkan.

Berkaitan dengan keadaan SDM (Sumber Daya Manusia) di Puskesma Helvetia, dr. Zulheri selaku Kepala Puskesmas menyatakan:

"Jumlah sumber daya manusia di puskesmas sudah sangat memadai, dimana di puskesmas ini terdapat sebanyak 88 pegawai. Hal ini sudah sangat membantu puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat. Sementara dari segi kualitas, kualitas sumber daya manusia di puskesmas sudah cukup terampil. Tapi yang namanya manusia pasti memiliki kekurangan, maka dari itu masih harus banyak belajar dan ikut pelatihan."(Sumber: Hasil wawancara tanggal 4 Oktober 2016).

Peneliti juga menanyakan kepada Ibu Gince, yaitu pasien peserta Kartu Indonesia Sehat yang sedang berobat di puskesmas. Terkait keadaan SDM di


(36)

"Pegawai disini cukup baik dan ramah dalam melayani pasien, semua pasien yang berobat pasti ditangani semua dengan baik. Mereka juga sangat terlatih dalam melayani pasien. Pokoknya pelayanan yang diberikan oleh pegawai cukup memuaskan. Gak jauh beda dengan pegawai di rumah sakit."(Sumber: Hasil wawancara tanggal 7 Oktober 2016).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan sumber daya manusia di Puskesmas Helvetia baik dari segi kuantitas maupun kualitas sudah cukup baik. Namun masih perlu banyak belajar dan mengikuti pelatihan agar kualitasnya semakin baik ke depan.

4.3.7. Kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan.

Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005:9).

Berkaitan dengan kinerja pegawai Puskesmas Helvetia, ibu Syamsunihar Hasibuan, SKM, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyatakan:

“Kinerja para pegawai di puskesmas sudah sesuai dengan tupoksinya masing-masing, dimana mereka bekerja berdasarkan nota tugas yang dikeluarkan oleh KAPUS (Kepala Puskesmas), selain itu kami selalu mangadakan rapat Lokakarya Mini setiap bulan di minggu ke-2 terkait dengan kinerja pegawai dan keluhan-keluhan dari pegawai sehingga semua pegawai dapat diawasi kinerjanya dengan sangat baik .” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 5 Oktober 2016).


(37)

Sementara itu menurut ibu Delima Demiana Situmorang, selaku Kepala Bagian Loket menyatakan:

“Semua pegawai di Puskesmas sudah bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, . Selan itu adanya komunikasi antar pegawai juga komunikasi dengan atasan yan sangat baik sangat berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Kalaupun ada masalah atau pun keluhan maka akan dievaluasi dalam rapat.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 5 Oktober 2016).

Peneliti juga menanyakan kepada pasien mengenai kinerja pegawai puskesmas dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat, adalah ibu Mariana peserta Kartu Indonesia Sehat menyatakan:

“Kalo kinerja pegawai puskesmas sudah bagus ya, saya merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Mereka tidak memandang apakah saya berobat memakai Kartu Indonesia Sehat, Kartu BPJS Kesehatan, ataupun berobat secara mandiri. Pokoknya semua dilayani secara sama dan merata.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 6 Oktober 2016).

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kinerja seluruh pegawai puskesmas Helvetia dapat dikatakan baik, karena mereka bekerja sesuai dengan tupoksinya masing-masing dan berdasarkan nota tugas yang dikeluarkan oleh KAPUS (Kepala Puskesmas). Mereka juga bekerja dan memberikan pelayanan yang sama dan merata kepada setiap pasien tanpa memandang status ataupun kedudukan. Setiap kinerja dan keluhan pegawai selalu diawasi dan dievaluasi melalui rapat rutin. Selain itu adanya komunikasi yang baik menjadikan pegawai


(38)

bekerja dengan nyaman dan bertanggung jawab akan pekerjaannya sehingga mampu memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat yang sedang berobat.

4.3.8. Hambatan dari pelaksanaan program.

Tahapan pelaksanaan suatu program merupakan tahapan yang paling krusial dalam mencapai keberhasilan dari suatu program. Melalui tahapan ini akan diberikan suatu gambaran apa yang menjadi penyebab berhasilnya atau tidaknya suatu kebijakan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan dari program atau kebijakan tersebut. Faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program bisa berupa faktor pendukung maupun penghambat. Hal ini dapat kita lihat pada pelaksanaan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Helvetia dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah, dimana adanya hambatan hambatan yang dialami pada saat pelaksanaan program tersebut.

Menurut Ibu Delima Demiana Situmorang, selaku Kepala Bagian Loket) menyatakan ada beberapa hambatan dalam memberikan pelayan bagi masyarakat yang ingin berobat. Beliau menyatakan:

“Kalau hambatan ya pasti ada beberapa ya, misalnnya pasien yang tidak sabar dalam mengantri untuk daftar berobat. Ada juga pasien yang kartu BPJS nya sudah mati karena belum membayar iuran, tapi tetap bersikukuh mau berobat dan minta rujukan, padahal itu tidak bisa. Namun kami selalu memberitahukan kepada pasien untuk bersabar dalam mengantri, dan kami juga membantu pasien terkait kartu BPJS yang bermasalah. Kami menghimbau pasien agar melaporkan


(39)

kepada BPJS Kesehatan agar kartu tersebut bisa dipakai kembali.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 5 Oktober 2016).

Dari pandangan pasien, ada beberapa hambatan yang mereka rasakan, seperti yang dikemukakan oleh ibu Ariani peserta Kartu Indonesia Sehat:

“Kalau hambatannya sih ya antrian mau daftar berobat yang cukup panjang, karena kan kita ikut program BPJS jadi kalau mau berobat harus ngantri cek kartu dulu baru bisa berobat enggak seperti berobat mandiri tinggal lapor apa sakitnya langsung ditunjuk polinya. Jadi waktu ngantri cek kartu itu aja sih yang agak lama.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 10 Oktober 2016).

Sementara itu menurut ibu Sulastri pasien peserta BPJS Kesehatan menyatakan:

“Waktu itu saya pernah berobat ke sini, tapi pas saya cek kartu BPJS saya ternyata kartu saya mati karena menunggak pembayaran selama 3 bulan. Lalu saya dberitahu oleh pegawai puskesmas bahwa saya harus melapor dulu ke kantor BPJS Kesehatan dan menyelesaikan tunggakan agar kartu saya diaktifkan kembali. Akhirnya saya berobat hanya menggunakan KTP saja dan cukup membayar Rp. 3000,- saja karena saya warga kecamatan Helvetia.” (Sumber: Hasil wawancara tanggal 6 Oktober 2016).

Pada uraian wawancara yang telah dipaparkan diatas, maka dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan ini terdapat beberapa hambatan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dilapangan yang dilakukan oleh


(40)

masayarakat penerima pelayan kesehatan itu sendiri (pasien) karena masyarakat tidak bersabar untuk mengantri saat berobat dan lupa membayarkan iuran BPJS Kesehatan sehingga tidak bisa digunakan pada saat berobat.


(41)

BAB V

ANALISA DATA

Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun analisa yang dilakukan adalah teknik analisa kualitatif dengan metode deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai rumusan masalah dalam penelitian ini.

Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara dengan informan dari Puskemas Helvetia sebagai pelaksana Program BPJS Kesehtan dan juga beberapa masyarakat yang terkait dalam program tersebut, maka data yang telah diperoleh oleh penulis telah disusun secara sistematis pada bab sebelumnya, baik melalui wawancara, observasi di lokasi penelitian, sekunder dan berupa berkas maupun catatan-catatan yang diperoleh penulis dilapangan sebagai data pendukung dari penelitian ini. Selanjutnya data tersebut akan diberikan analisis tentang efektifitas pelakasanaan program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah di Puskesmas Helvetia. Dalam melakukan analisis, data yang telah disajikan pada bab selanjutnya akan disesuaikan dengan menggunakan teori-teori dalam mengukur efektivitas melalui variabel-variabel yang telah dirumuskan oleh penulis sebelumnya sehingga analisis data yang akan dilakukan oleh penulis dapat disajikan secara sistematis.


(42)

5.1. Efektivitas pelakasanaan program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah di Puskesmas Helvetia, Medan.

BPJS Kesehatan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. (UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN).

Efektivitas berarti tercapainya sasaran, target, tujuan dengan menggunakan waktu sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya tanpa mengabaikan mutu. Efektivitas menjadi sebuah konsep yang penting dalam suatu organisasi karena efektivitas memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi untuk mencapai sasarannya.Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.. Dalam penelitian ini, efektivitas yang dimaskud adalah efektivitas dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam pemberian pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah. Pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam pemberian pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah adalah pemberian pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia peserta BPJS Kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.


(43)

Untuk mengukur tingkat efektivitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan maka penulis telah merumuskan indikator-indikator yang bertujuan untuk melihat tingkat efektivitas pelaksanaan prorgam BPJS Kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Helvetia dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah. Yang menjadi indikator tingkat efektivitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah ini ada 8, yaitu:

a. tujuan pelaksanaan program.

b. ketepatan cara dan sasaran pelaksanaan program.

c. keberhasilan dari pelaksanaan program.

d. cara memperoleh sumber daya dalam melaksanakan program.

e. sarana dan prasarana yang memadai.

f. keadaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai.

g. kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan.

h. hambatan dari pelaksanaan program.

5.1.1. Tujuan pelaksanaan program.

Tujuan dari pelaksanaan program BPJS Kesehatan adalah menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan


(44)

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN).

Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dilapangan maka diketahui bahwa tujuan dari pelaksanaan program BPJS Kesehatan adalah untuk menyelengarakan jaminan kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang menjadi peserta BPJS Kesehatan.

Berdasarkan wawancara dengan informan, maka dapat dilihat bahwa tujuan dari program BPJS Kesehatan adalalah untuk mengcover kesehatan seluruh masyarakat Indonesia, namun bagi ruang lingkup pihak Puskesmas lebih mengarah kepada mengcover kesehatan seluruh masyarakat Kecamatan Helvetia.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari program BPJS adalah memberikan pelayanan kesehatan dan mengcover kesehatan seluruh masyarakat yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dan pada pelaksanaannya tujuan tersebut sudah tercapai dengan baik di Puskesmas Helvetia.

5.1.2. Ketepatan cara dan sasaran pelaksanaan program.

Berdasarkan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, sasaran dari pelaksanaan program BPJS Kesehatan adalah seluruh masyarakat Indonesia yang membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.Dari pernyataan kepala puskesmas bahwa ketepatan cara pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat sudah sangat efisien, hal ini dikarenakan


(45)

dalam setiap pelaksanaan program selalu diadakan evaluasi dan pengawasan yang dilakukan terkait pelaksanaan program BPJS Kesehatan melalui berbagi rapat evaluasi program. Dalam melaksanakan program BPJS Kesehatan, Puskesmas Helvetia juga dibantu oleh 2 PUSTU (Puskesmas Pembantu) sehingga memudahkan kinerja Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang tepat caranya dan tepat sasarannya.

Bahkan menurut pasien yang berobat di Puskesmas, mereka menyatakan bahwa sasaran dan cara Puskesmas dalam melaksanakan program BPJS sudah tepat karena mereka langsung merasakan manfaat program BPJS Kesehatan tersebut sehingga mereka merasa terbantu dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.

Hal ini dapat dikatakan dalam indikator ketepatan cara dan sasaran pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah dapat di kategorikan baik, sasarannya sudah tepat dan cara pelaksanaanya sangat efisien karena memberi kemudahan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan dan hal ini sesuai dengan ketetapan dan ketentuan pemerintah dan dalam pelaksanannya setiap kinerja puskemas dalam memberikan pelayanan di puskesmas selau diawasi dan di evaluasi sehingga cara dan sasaran pelaksanaan program sejalan dengan peraturan yang berlaku.


(46)

Dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan tentunya diharapkan adanya hasil yang dapat membantu seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Berdasarkan UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS, hasil yang diharapkan dari adanya pelaksanaan program BPJS Kesehatan adalah:

a. Memberi kemudahan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas jaminan kesehatan masyarakat.

b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga nantinya terkendali mutu dan biaya pelayanan kesehatan.

Sejalan dengan itu Puskesmas Helvetia juga sudah berhasil menjalankan beberapa program terkait dengan pelaksanaan program BPJS Kesehatan, seperti pelaksanaan program Promotif, Preventif, dan Kuratif sehingga masyarakat sadar betul akan kesehatan. Pasien yang berobat di Puskesmas juga merasakan dampak dari program-program yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan program-program dari BPJS Kesehatan, sehingga masyarakat merasa puas akan pelaksanaan program BPJS Kesehatan.

Dari keterangan-keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa indikator keberhasilan pelaksanaan program BPJS Kesehatan sudah dikatakan berhasil terlaksana dengan baik dan sesuai dengan ketetapan perundang-undangan. Masyarakat juga merasa puas dengan hasil pelayanan dan program-program yang diberikan oleh puskesmas.


(47)

Keberhasilan organisasi dalam usaha memperoleh berbagai sumber yang dibutuhkan guna mencapai kinerja yang baik sangat diperlukan. Namun dalam proses pelaksanaan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Helvetia, pihak puskesmas tidak perlu melakukan usaha usaha dalam memperoleh sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan program karena semuanya sudah diatur oleh Pemko Medan melalui Dinas Kesehatan Kota Medan dan kantor BPJS.

Jadi dalam memperoleh sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan program-program kesehatan, pihak puskesmas hanya mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan dan kantor BPJS Kesehatan.

5.1.5. Sarana dan prasarana yang memadai.

Sumber daya sarana merupakan segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama dan/atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, serta dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja (Moenir, 1992 : 119). Jika sarana dikaitkan dengan prasarana dapat dimaknai sebagai seperangkat alat yang dapat digunakan dalam suatu proses kegiatan baik sebagai alat pembantu maupun alat utama yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh puskesmas Helvetia dapat dikatan sudah lengkap dan cukup baik walaupun perlu adanya penambahan dan perbaikan kedepannya demi peningkatan pelayanan kepada pasien. Pasien juga merasa puas dan nyaman dengan sarana dan prasarana yang ada di puskesmas pada saat berobat di puskesmas.


(48)

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Moenir (1992 : 119), maka sarana dan prasarana yang tersedia di puskesmas Helvetia sangat membantu kinerja puskesmas Helvetia dalam mencapai tujuan pelaksanaan program BPJS Kesehatan.

5.1.6. Keadaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai.

Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terpenting dalam keberlangsungan suatu kegiatan. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia, maka semakin meningkat pula efektivitas, efisiensi dan produktivitas kegiatan (Atmanti, 2005 : 31). Oleh karena itu, sumber daya manusia memiliki peranan yang mendasar dan utama sebagai pengelola input, memproses segala sumber daya (masukan) menjadi output yang dihasilkan.

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh puskesmas Helvetia sudah cukup memadai dari segi jumlah (kuantitas) dimana terdapat 88 pegawai yang membantu puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat. Sementara dari segi kualitas, para pegawai sudah memiliki kualitas yang cukup baik, hal ini dibuktikan melalui pernyataam pasien yang mengaku puas akan sikap yang ramah dan pelayanan yang diberikan pegawai sehingga semua pasien yang berobat dapat ditangani seluruhnya secara baik. Namun tetap perlu adanya peningkatan kualitas dari pegawa melalui pelatihan-pelatihan agar pelayanan yang diberikan kepada pasien akan semakin baik kedepannya.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Atmanti,( 2005 : 31), efektivitas kegiatan pelayanan dan pelaksanaan program BPJS Kesehatan di


(49)

puskesmas Helvetia bisa dikatakan cukup tinggi karena didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang cukup baik. Sumber daya manusia memiliki peranan yang mendasar dan utama sebagai pengelola input, memproses segala sumber daya (masukan) menjadi output yang dihasilkan.

5.1.7. Kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan.

Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005:9). Kinerja pegawai sangat berpengaruh dalam mengetahui tingkat efektivitas suatu program yang djalankan dalam organisasi.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas Helvetia, maka dapat diketahui bahwa kinerja pegawai di puskesmas helvetia sudah cukup baik karena para pegawai bekerja sesuai dengan keahlian dan pembagian tugasnya masing-masing. Haln senada juga diungkapkan oleh ibu Syamsunihar Hasibuan, SKM, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang menyatakan bahwa semua pegawai di puskesmas sudah memiliki tupoksinya masing-masing dan mereka memiliki nota tugas yang dikeluarkan oleh KAPUS (Kepala Puskesmas) sehingga mereka bekerja berdasarkan tupoksi tersebut dan tugasnya masing-masing.

Dalam melaksanakan kinerjanya, para pegawai puskesmas sudah bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan selalu ada komunikasi yang baik antara pegawai maupun pegawai dengan atasan sehingga berdampak positif dalam meningkatkan kinerja pegawai tersebut. Selain itu setiap kinerja pegawai


(50)

selalu dievaluasi melalui rapat yang rutin dilakukan, sehingga kinerja pegawai dapat diawasi dengan sangat baik.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (Mangkunegara, 2005:9) dan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti, maka dapat dikatakan seluruh pegawai di puskesmas Helvetia sudah bekerja dengan baik sesuai dengan tupoksi, prosedur yang ditetapkan, dan nota tugas yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. Mereka juga bekerja dan memberikan pelayanan yang sama dan merata kepada setiap pasien tanpa memandang status ataupun kedudukan, sehingga para pegawai melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

5.1.8. Hambatan dari pelaksanaan program.

Tahapan pelaksanaan suatu program merupakan tahapan yang paling krusial dalam mencapai keberhasilan dari suatu program. Melalui tahapan ini akan diberikan suatu gambaran apa yang menjadi penyebab berhasilnya atau tidaknya suatu kebijakan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan dari program atau kebijakan tersebut. Faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program bisa berupa faktor pendukung maupun penghambat. Hal ini dapat kita lihat pada pelaksanaan program BPJS Kesehatan di puskesmas Helvetia dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah, dimana adanya hambatan hambatan yang dialami pada saat pelaksanaan program tersebut.

Yang menjadi hambatan terbesar yang dialami oleh puskesmas Helvetia dalam melaksanakan program BPJS Kesehatan dan memberikan pelayanan bagi


(51)

masyarakat ekonomi lemah adalah berasal dari pasien itu sendiri, yakni ketidaksabaran pasien dalam mengantri untuk berobat. Selain itu kurangnya pengetahuan pasien terkait peraturan-peraturan mengenai BPJS Kesehatan, terutama sanksi yang diterima pasien apabila lupa dalan menyelesaikan urusan administrasi (membayar iuran) yang menyebabkan mereka tidak bisa berobat menggunakan kartu BPJS Kesehatan.


(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah penulis kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan menarik suatu kesimpulan berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dan memberikan saran terkait dengan Efektivitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam pemberian pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah di Puskesmas Helvetia, Medan.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, adapun yang menjadi kesimpulan dari skripsi ini adalah:

Efektivitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah di Puskesmas Helvetia bisa dikatakan cukup efektif. Hal ini dikarenakan Puskesmas Helvetia memenuhi indikator-indikator yang sudah ditetapkan, yaitu:

1. Tujuan pelaksanaan program.

Tujuan dari pelaksanaan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Helvetia sudah terlakasana dan tercapa dengan baik, dimana puskesmas memliiki tujuan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu memberikan pelayanan kesehatan dan mengcover kesehatan seluruh masyarakat yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan di kecamatan Helvetia.


(53)

2. Ketepatan cara dan sasaran pelaksanaan program.

Ketepatan cara dan sasaran pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah dapat di Puskesmas Helvetia dikategorikan baik, sasarannya sudah tepat dan cara pelaksanaanya sangat efisien karena memberi kemudahan bagi masyarakat terutama masyarakat ekonomi lemah yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan dan hal ini sesuai dengan ketetapan dan ketentuan pemerintah.

3. Keberhasilan dari pelaksanaan program.

Keberhasilan pelaksanaan program BPJS Kesehatan sudah dikatakan berhasil terlaksana dengan baik dan sesuai dengan ketetapan perundang-undangan. Masyarakat juga merasa puas dengan hasil pelayanan dan program-program yang diberikan oleh Puskesmas Helvetia.

4. Cara memperoleh sumber daya dalam melaksanakan program.

Dalam memperoleh sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan program-program kesehatan, pihak puskesmas hanya mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan dan kantor BPJS Kesehatan.

5. Sarana dan prasarana yang memadai.

Sarana dan prasarana yang tersedia di puskesmas Helvetia sangat membantu kinerja puskesmas Helvetia untuk mencapai tujuan pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah.


(54)

6. Keadaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai.

Sumber daya manusia di Puskesmas Helvetia baik dari segi kuantitas maupun kualitas sudah cukup baik. Namun masih perlu banyak belajar dan mengikuti pelatihan agar kualitasnya semakin baik ke depan.

7. Kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan.

Seluruh pegawai di puskesmas Helvetia sudah bekerja dengan baik sesuai dengan tupoksi, prosedur yang ditetapkan, dan nota tugas yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Mereka juga bekerja dan memberikan pelayanan yang sama dan merata kepada setiap pasien tanpa memandang status ataupun kedudukan, sehingga para pegawai melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Namun tidak bisa dipungkiri dalam penyelenggaraan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Helvetia dan pemberian pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah pasti memiliki hambatan dimana Yang menjadi hambatan terbesar yang dialami oleh puskesmas Helvetia dalam melaksanakan program BPJS Kesehatan dan memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah adalah berasal dari pasien itu sendiri, yakni ketidaksabaran pasien dalam mengantri untuk berobat. Selain itu kurangnya pengetahuan pasien terkait peraturan-peraturan mengenai BPJS Kesehatan, terutama sanksi yang diterima pasien apabila lupa dalan menyelesaikan urusan administrasi (membayar iuran) yang menyebabkan mereka tidak bisa berobat menggunakan kartu BPJS Kesehatan.


(55)

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan terkaitpenyelenggaraan Program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah di Puskemas Helvetia yaitu sebagaiberikut:

1. Bagi Puskesmas Helvetia

a. Agar pihak Puskesmas Helvetia kedepannya lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi semua masyarakat kecamata, tertuama bagi masyarakat ekonomi lemah.

b. Semakin meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya agar dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat ekonomi lemah dapat berjalan sebaik mungkin.

c. Selalu sabar dalam menangani pasien yang berobat dan tetap membantu pasien peserta BPJS Kesehatan yang belum paham tentang BPJS Kesehatan.

2. Bagi Kecamatan Helvetia

Agar lebih memperhatikan aspek kesehatan bagi masyarakat kecamatan Helvetia, sehingga tercapainya masyarakat Helvetia yang sadar akan kesehatan karena kesehatan merupakan hak mendasar yang dimiliki oleh setiap masyarakat.

3. Dinas Kesehatan Kota Medan

Agar terus dapat bekerjasama dan tetap mendukung program-program kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Helvetia sehingga Puskesmas Helvetia


(56)

dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat kecamatan Helvetia.

4. Bagi masyarakat peserta BPJS Kesehatan

a. Agar selalu sabar dalam mengantri dan menjalani pengobatan, karena setiap pasien akan dilayani sebaik mungkin oleh para pegawai puskesmas

b. Agar memahami peraturan yang berlaku terkait dengan urusan administrasi BPJS Kesehatan, terutama iuran agar tidak terjadi masalah dan hambatan pada saat akan berobat.


(57)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikatakan bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat.

2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Helvetia, yang terletak di Jalan Kemuning Perumnas Helvetia, Kelurahan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia

2.3. Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan dengan sengaja, subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang akan diperlukan (Suyanto,2005). Adapun informan penelitian yang menjadi obyek penelitian ini yakni :


(58)

1. Informan kunci yakni mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang di teliti

2. Informan utama yakni mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang sedang di teliti.

3. Informan tambahan yakni mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang di teliti.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menentukan informan sebagai berikut :

1. Informan kunci yakni :

a. Kepala Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan.

2. Informan utama berjumlah 2 orang, yakni:

a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Helvetia, Medan

b. Kepala Bagian Loket (Pendaftaran Berobat) Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan.

3. Informan tambahan yakni :

Masyarakat peserta BPJS Kesehatan yang menerima pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan


(59)

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data/keterangan/informasi yang diperlukan, maka Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan:

a. Wawancara (Interview)

Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka. Namun, teknik wawancara dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet (Suyanto, 2005). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (dept interview) yang merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan panduan wawancara.

b. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dalam kamus berarti melihat dengan penuh perhatian. Dalam hal pengamatan, apa yang diamati, siapa yang mengamati, kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada waktu pengamatan perlu diketahui oleh peneliti sebelum melakukan tahap-tahap penelitian (Suyanto,


(60)

2005). Fokus perhatian paling esensial dari penelitian kualitatif adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas suatu kejadian atau fenomena pada situasi yang tampak. Bahkan, harus melakukan perenungan dan refleksi atas kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik penampakan itu.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian kepustakaan dan pencacatan dokumen.

a. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen atau catata-catatan yang ada dilokasi peneliti serta foto-foto yang terkait dengan penelitian.

b. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data diperoleh dari buku-buku ,karya ilmiah , pendapat para ahli yang berkompetisi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.

2.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan. Penganalisisan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian, dan kemudian dapat menarik kesimpulan.


(61)

2.6 Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.


(62)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatan adalah salah satu bagian terpentingdari pembangunan nasional secara keseluruhan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengamanatkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam pasal 28 H ayat (1) :“setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Dengan amanat tersebut maka pemerintah wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Badan kesehatan dunia (WHO) juga telah menetapkan bahwa kesehatan merupakan investasi, hak, dan kewajiban setiap manusia sebagai masyarakat dunia, dimana kutipan tersebut tertuang dalam Pasal 28 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang disingkat dengan (UUD NRI) dan Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang disingkat dengan (UUK), menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan setiapnegara bertanggungjawab untuk mengatur pelaksanaannyaagar terpenuhi hak hidup sehat


(63)

bagi setiap penduduknya termasuk untuk masyarakat miskin dan yang tidak mampu.

Pemerintah membentuk dan menunjukKementerian Kesehatan sebagai instansi tertinggi di Pemerintahan yangbertanggungjawab langsung atas seluruh management proses pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakatsecaraumum,antara lain penyediaan dan peningkatan pembangunan infrasruktur sarana dan prasarana seperti Gedung Rumah Sakit, Gedung Puskesmas, Gedung laboratorium, pengadaan Peralatan Teknologi Kesehatan Modern dan Canggih,kemudian administrasi operasionalnya, serta sistem pelayanan yang efisien,lugas,tuntas dan terjangkau oleh seluruh masyarakat baik lokasi maupun kemampuannya.

Namun sebagian besar masyarakat di Indonesia merupakan kalangan masyarakat yang berasal dari kelas ekonomi menengah kebawah yang tentu saja rentan terhadap berbagai permasalahan kesehatan seperti terbatasnya akses untuk mendapatkan fasilitas layanan kesehatan. Selain itu tidak semua masyrakat yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah dapat menikmati pelayanan kesehatan yang seharusnya menjadi hak mereka.

Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan harusmengambil kebijakan strategis untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yangmiskin melalui program jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan sebagai salah satu komponen jaminan nasional yang merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat


(64)

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Aplikasi dari penerapan jaminan nasional tersebut dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan adalah suatubadan hukum publik yang berfungsi untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk warga asing yang bekerja paling singkat selama6 bulan di Indonesia dan mulai beroperasional pada tanggal 1 Januari 2014. Dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Surat Edaran Kemenkes Nomor 32 Tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan dan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor1Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

Peserta BPJS terdiri dari peserta bantuan iuran (PBI) yang terdiri dari fakir miskin dan orang yang tidak mampu, serta golongan non PBI dan peserta dari peralihan ASKES (UU BPJS, 2011).Pengalihan program ini meliputi 6 hal yaitu pelaksanaan koordinasi dan simulasi dalam proses pengalihan program jamkesmas ke dalam BPJS kesehatan, pelaksanaan sosialisasi jaminan kesehatan nasional, penyelesaian pembayaran terhadap klaim fasilitas pelayanan kesehatan yang telah memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta jamkesmas,


(65)

pendayagunaan verifikator independen jamkesmas menjadi sumberdaya manusia yang diperlukan BPJS kesehatan sesuai kualifikasi, pemanfaatan teknologi aplikasi verifikasi klaim dan sistem pelaporan pelaksanaan jamkesmas ke dalam BPJS kesehatan, dan pengalihan data kepesertaan penerima jamkesmas tahun 2013 ke dalam BPJS kesehatan sebagai peserta penerima bantuan iuran (www.depkes.go.id).

Sejak beroperasi 1 Januari 2014 lalu, BPJS Kesehatan telah banyak melakukan upaya untuk memberikan layanan kepada pesertanya. Namun, tidak sedikit pula keluhan masyarakat soal kekurangan layanan di lapangan, sehingga membutuhkan perhatian dan perbaikan ke depan.Terkait kepuasan, persepsi, dan kesadaran masyarakat tentang BPJS Kesehatan, dua lembaga riset, yaitu Myriad Research Comitted dan PT Sucofindo melakukan survei pada 24 September-15Oktober 2014.Direktur Riset Myriad Research Comitted Eva Yusuf mengatakan, dari total 17.280 responden masyarakat, sebanyak 81% menyatakan puas terhadap BPJS Kesehatan. Meski hasil survey menunjukkan sebagian besar peserta BPJS Kesehatan menyatakan puas dengan pelayanan kesehatan yang di berikan, namun masih ada peserta yang tidak puas denga pelayanan Dokter (5%), perawat (4,7%,), petugas kesehatan (4,7%), dan proses klaim BPJS Kesehatan yang lama (2,6%).

Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan belum baik jika dilihat berdasarkan panjangnya antrian yang berobat, sempitnya ruang tunggu dan lamanya peserta dalam menunggu waktu


(66)

yang berkaitan dengan rumitnya proses administrasi untuk mengurus persyaratan BPJS Kesehatan, sikap perawat dan dokter yang tidak ramah, lamanya waktu menunggu tindakan-tindakan medis dan fasilitas ruang rawat yang terbatas, bahkan adanya berita penolakan terhadap pasien BPJS Kesehatan yang sering terdengar. Sumber: (http://sp.beritasatu.com, 2014).

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas sarana pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis khususnya dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Peran strategis ini diperoleh karena Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Namun, puskesmas juga banyak disorot oleh masyarakat tentang kinerja tenaga- tenaga kesehatan. Selain itumasyarakat juga mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan. Sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan BPJS, anggotakeluarga peserta seringkali mengeluh kurang puas dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya. Mereka menganggap bahwa pasien yang menjadi peserta BPJS Kesehatan mendapat pelayanan dan perlakuan yang berbeda dengan pasien lain di beberapa Puskesmas, baik yang di rawat maupun yang hanya berobat. Seperti yang terjadi di Puskesmas Kecamatan Batang melalui jurnal yang ditulis oleh Sigit Budhi Prakoso tahun 2015:

“Masyarakat menyatakan bahwa mereka masih kesulitan dalam proses menjadi peserta BPJS Kesehatan,dimana proses pendaftaran sampai dengan aktivasi kartu peserta terlalu banyak prosedur dan terlalu lama sehingga masyarakat merasa kesulitan ketika memerlukan dalam waktu


(67)

yang mendadak, juga masih terdapat kesulitan pada fasilitas kesehatan dan puskesmas yang tidak memiliki layanan 24 jam”

Sumber: Prakoso, Sigit Budhi. 2015. Efektivitas Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Batang. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Negeri Semarang. Indonesia

Dari kutipan jurnal yang berjudul “Efektivitas Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan di puskesmas Kecamatan Batang tersebut didapati bahwa pelayanan kesehatan masih kurang dari segi efektivitas dalam pemberian pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat.

Berdasarkan berbagai latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat masalah seperti latar belakang di atas pada Puskesmas Kecamatan Helvetia, terkait dengan efektifitas pelaksanaan program BPJS kesehatan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul “Efektifitas Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan Dalam Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Ekonomi Lemah di Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut yaitu bagaimana Efektifitas Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan dalam Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat


(68)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana efektifitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah di Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan

1.4 Manfaat Penelitiaan

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Secara subjektif, penelitian diharapkan bermanfaat untuk melatih, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan metodologi penulis dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazana ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai efektifitas pelaksanaan program BPJSKesehatan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah

2. Secara Praktis, penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran bagi instansi terkait mengenai efektifitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat ekonomi lemah. Penelitian ini juga diharapakan dapat dijadikan referensi untuk mengambil kebijakan yang mengarahkan kepada kemajuan institusi.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu


(1)

17. Terima kasih untuk kawan-kawan kelompok magang, Andro, Josua, Wahyu, Rio, Sany, Jessica, Nia, dan Desyana yang mengalami suka dan suka selama menjalani magang di Desa Pantai Gading.

18. Terima kasih untuk teman-teman Administrasi Negara 2012 untuk setiap dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan baik isi maupun bahasanya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih

Medan, 25 Oktober 2016 Penulis Jonathan Maruli Tua Sitompul


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 7

1.5. Kerangka Teori... 8

1.5.1. Kebijakan Publik... 8

1.5.1.1 Analisis Kebijakan Publik... 9

1.5.2. Efektivitas... 12

1.5.2.1. Pengertian Efektivitas... 12

1.5.2.2. Pendekatan Efektifitas... 14

1.5.3. Pelaksanaan... 19

1.5.3.1. Pengertian Pelaksanaan... 19

1.5.4. Konsep Pelayanan... 22

1.5.4.1. Pengertian Pelayanan... 22

1.5.4.2. Pengertian Pelayanan Publik... 23

1.5.4.3. Unsur-unsur pokok pelayanan publik……….. 25

1.5.4.4. Jenis-jenis Pelayanan Publik………... 26

1.5.4.5. Prinsip-prinsip Pelayanan Publik………... 27

1.5.4.6. Asas Pelayanan Publik………. 29

1.5.5. Konsep Pelayanan Kesehatan………... 31

1.5.5.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan………... 31

1.5.5.2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan………... 33

1.5.5.3. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan………. 34

1.5.6. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)………... 35

1.5.6.1.Pengertian BPJS……….... 35

1.5.6.2. Dasar Hukum……… 36

1.5.6.3. Fungsi BPJS Kesehatan……… 37

1.5.6.4. Prinsip BPJS Kesehatan……… 38

1.5.6.5.Tujuan dan Manfaat BPJS Kesehatan……… 38

1.5.6.6. Fasilitas Program BPJS-Kesehatan………... 39

1.5.6.7. Pelayanan BPJS Kesehatan……… 40

1.5.7. Kemiskinan……….. 42

1.5.7.1. Pengertian Kemiskinan……….. 42

1.5.7.2. Indikator Kemiskinan………. 43

1.5.7.3. Penyebab Kemiskinan ……….. 45

1.5.8. Definisi Puskesmas ………... 46

1.6. Defenisi Konsep... 48


(3)

BAB II METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian... 51

2.2. Lokasi Penelitian... 51

2.3. Informan Penelitian... 51

2.4. Teknik Pengumpulan Data... 53

2.5. Teknik Analisa Data... 54

2.6 Reduksi Data………. 55

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 56

3.2. Gambaran Umum Puskesmas Helvetia……… 58

3.2.1. Sejarah Puskesmas Helvetia………... 58

3.2.2. Data Geografis dan Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia…... 58

3.3.3. Fungsi Dan Tujuan Puskesmas Helvetia... 59

3.3.4. Visi dan Misi Puskesmas Helvetia... 60

3.3.5. Program Kesehatan Puskesmas Helvetia... 61

3.3.6. Sarana dan Prasarana Puskesmas Helvetia... 62

3.3.7. Kondisi SDM (Sumber Daya Manusia) Puskesmas Helvetia... 65

3.3.8. Struktur Organisasi Puskesmas Helvetia... 67

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Pelakasanaan Wawancara... 72

4.2. Karakteristik Informan... 73

4.3. Deskripsi Hasil Wawancara... 77

4.3.1. Tujuan Pelaksanaan Program... 80

4.3.2. Ketepatan cara dan sasaran pelaksanaan program... 81

4.3.3. Keberhasilan dari pelaksanaan program... 82

4.3.4. Cara memperoleh sumber daya dalam melaksanakan program.... 84

4.3.5. Sarana dan prasarana yang memadai... 84

4.3.6. Keadaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai... 86

4.3.7. Kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan... 87

4.3.8. Hambatan dari pelaksanaan program... 89

BAB V ANALISA DATA 5.1. Efektivitas pelaksanaan program BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat ekonomi lemah di Puskesmas Helvetia, Medan... 93

5.1.1. Tujuan Pelaksanaan Program... 94

5.1.2. Ketepatan cara dan sasaran pelaksanaan program... 95

5.1.3. Keberhasilan dari pelaksanaan program... 96

5.1.4. Cara memperoleh sumber daya dalam melaksanakan program.... 97

5.1.5. Sarana dan prasarana yang memadai... 98

5.1.6. Keadaan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai... 99

5.1.7. Kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan... 100


(4)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 103 6.2. Saran... 106


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Sarana Gedung (Ruangan)... 62

Tabel 3.2. Fasilitas alat kesehatan... 64

Tabel 3.3. Fasilitas kendaraan... 65

Tabel 3.4. Data Jumlah SDM Puskesmas Helvetia... 65

Tabel 4.1. Informan penelitian... 74

Tabel 4.2. Karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin... 74

Tabel 4.3. Karakteristik informan berdasarkan pendidikan... 75


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.5. Pengukuran efektivitas dan pendekatan efektivitas... 18

Gambar 3.1. Peta wilayah Kecamatan Medan Helvetia... 57

Gambar 3.2. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin... 57.


Dokumen yang terkait

Efektifitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) (Studi pada Puskesmas Sei Agul Kec. Medan Barat Kota Medan)

76 293 129

Efektifitas Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan Dalam Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Ekonomi Lemah (Studi Pada Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan)

0 0 10

Efektifitas Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan Dalam Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Ekonomi Lemah (Studi Pada Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan)

0 1 1

Efektifitas Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan Dalam Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Ekonomi Lemah (Studi Pada Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan)

0 1 50

Efektifitas Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan Dalam Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Ekonomi Lemah (Studi Pada Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan)

0 0 5

Efektifitas Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan Dalam Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Ekonomi Lemah (Studi Pada Puskesmas Kecamatan Helvetia, Medan)

0 0 4

Efektifitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) (Studi pada Puskesmas Sei Agul Kec. Medan Barat Kota Medan)

0 0 10

Efektifitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) (Studi pada Puskesmas Sei Agul Kec. Medan Barat Kota Medan)

0 0 1

Efektifitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) (Studi pada Puskesmas Sei Agul Kec. Medan Barat Kota Medan)

0 1 50

Efektifitas Pelaksanaan Program Kartu Indonesia Sehat Dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) (Studi pada Puskesmas Sei Agul Kec. Medan Barat Kota Medan)

0 0 4