1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Persaingan dunia industri yang semakin maju menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan yang kompetitif, sehingga dapat bertahan atau dapat
memenangkan persaingan tersebut. Keunggulan kompetitif ini bukan hanya dapat diperoleh dari segi finansial tetapi dapat juga diperoleh dari peningkatan
produktivitas. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan penyusunan jadwal penggunaan mesin dan peralatan yang tepat dan teratur.
PT. Atmindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan boiler untuk industri manufaktur yang beralamat di jalan K.L. Yos Sudarso, Medan.
Perusahaan ini beroperasi sesuai dengan order make to order sebagai penggerak proses produksi. Konsumen dari perusahaan ini ada yang berasal dari dalam negeri
dan ada juga yang berasal dari luar negeri yang kebanyakan merupakan negara di Afrika.
Dalam sistem penjadwalannya, PT. Atmindo pada saat ini menggunakan aturan First Come First Serve FCFS. Pada aturan FCFS, tidak mempersoalkan
singkat atau lamanya waktu proses. Order yang tiba lebih dulu akan menjadi prioritas produksinya. Apabila ada order yang datang bersamaan maka order-order tersebut
akan dikerjakan melalui antrian.
Universitas Sumatera Utara
Dengan sistem penjadwalan seperti itu, perusahaan masih menemukan beberapa jadwal yang tidak tepat. Sehingga berakibat besarnya makespan dalam
penyelesaian produk dan work in process dibeberapa stasiun kerja. Makespan yang ada tidak dapat memenuhi batas waktu pekerjaan selesai duedate maka terjadi
keterlambatan penyelesaian produk. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi maka perusahaan akan kehilangan order dan permintaan yang semakin menurun dan
dapat juga menerima klaim dari komsumen akibat keterlambatan penyelesaian produk.
Penjadwalan pada PT. Atmindo merupakan penjadwalan yang memiliki urutan job-job pada setiap mesin adalah sama. Sehingga ketergantungan antara job
satu dengan job berikutnya harus disesuaikan dengan penggunaan mesin yang ada. Selain itu, penggunaan mesin yang tidak optimal menyebabkan waktu penyelesaian
produk makespan yang rendah. Pada kenyataan, terjadi waktu penyelesaian produk lebih lama dari seharusnya dan pemborosan waktu akibat ketidakefektifan dalam
penjadwalan mesin pada bagian keseluruhan proses produksi. Salah satunya dapat disebabkan oleh sistem pengawasan terhadap operator yang kurang baik. Sebagai
contoh pengelasan yang menghubungkan plat satu dengan plat yang lain Joint Round Shell membutuhkan waktu 16 jam akan tetapi diselesaikan dalam waktu kurang lebih
20 jam. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perusahaan diharuskan melakukan overtime waktu lembur untuk menyelesaikan produk tepat pada waktunya. Waktu
lembur merupakan waktu tambahan yang digunakan untuk menyelesaikan produk
Universitas Sumatera Utara
diluar waktu standart yang telah ditetapkan. Lamanya waktu overtime tidak tentu setiap produk, yang biasanya sebesar kurang lebih 3 jam perhari selama 2 minggu
sebelum tanggal penyelesaian produk. Jumlah pekerja yang melakukan overtime adalah 4 orang dengan biaya tiap orang adalah Rp. 25.000 tiap jam. Berikut
merupakan contoh penyelesaian produk dengan biaya overtime yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Waktu Penyelesaian Produk dengan Biaya Overtime
No. Produk
Waktu Normal Menit
Waktu Lembur overtime
menit Lama
Produksi menit
Total biaya overtime
Rp.
1 40-SH-SGVG
31350 3210
34560 6.687.500
2 30-SH-FGVG
28920 2760
31680 4.600.000
3 20-SH-FGVG
26490 2310
28800 3.850.000
Sumber:PT. Atmindo
Berdasarkan data pada Tabel 1.1, besarnya biaya lembur overtime memberikan dampak terhadap total biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan,
semakin besar waktu lembur maka semakin besar biaya produksi. Selain itu, hal yang terpenting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah memungkinkan terjadinya
keterlambatan dalam penyelesaian produk yang berakibat pada penurunan tingkat kepercayaankredibilitas konsumen terhadap waktu pemenuhan pesanan yang sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah diatas dilakukan analisis perbandingan penjadwalan
produksi dengan menggunakan metode heuristic pour. Metode heuristic pour merupakan suatu tool penjadwalan heuristic yang bertujuan untuk mendapat
penjadwalan produksi dengan meminimumkan nilai makespan. Pengurangan nilai
Universitas Sumatera Utara
makespan dilakukan dengan cara mengganti setiap job dengan job yang lain dengan urutan sampai dikombinasi urutan yang dapat memenuhi kriteria tujuan yaitu
makespan terkecil. Metode heuristic pour ini memiliki beberapa kelebihan antara lain adalah tahapan yang digunakan lebih sederhana dan efesien, serta menghasilkan hasil
yang optimal dibandingkan dengan menggunankan metode heuristic lainnya seperti algoritma genetic, heuristic gupta dan lain-lain.
1.2. Rumusan Masalah