Data Permintaan Produk Urutan Proses Produksi

4.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung atau pengukuran langsung pada lantai produksi dengan bantuan alat dan panduan dari pembimbing lapangan. Selain pengukuran langsung, data juga dapat diperoleh dari dokumen perusahaan seperti waktu produksi untuk pengerjaan yang lebih lama dari satu hari dan spesifikasi produk.

4.2.1. Data Permintaan Produk

Data order yang dikumpulkan pada penelitian ini diambil untuk data penyelesaian order pada tahun 2007-2011 untuk produk 20-SH-FGVG, 30-SH- FGVG, 40-SH-SGVG SH menyatakan jenis boiler , FGVG menyatakan jenis pipa yang digunakan. Spesifikasi produk untuk tiap jenis produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Spesifikasi Setiap Jenis Produk Job Jenis Produk Diameter mm Ketebalan mm Tinggi mm Kapasitas Ton Upper Lower Upper Lower 1 20-SH-FGVG 1200 800 26 18 4600 20 2 30-SH-FGVG 1500 800 36 22 6800 30 3 40-SH-SGVG 1500 800 40 24 7500 40 Sumber : PT. Atmindo Data permintaan produk dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Permintaan Produk Produk Tiap Section Pada Tahun 2007-2011 Job Jenis Produk Jumlah Order 2007 2008 2009 2010 2011 1 20-SH-FGVG 5 6 5 6 5 2 30-SH-FGVG 5 5 3 3 4 3 40-SH-SGVG 3 3 2 3 3 Total 13 14 10 12 12 Sumber : PT. Atmindo Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Urutan Proses Produksi

Urutan Proses Produksi pembuatan produk boiler di PT. Atmindo dimulai dari stasiun kerja pengukuran hingga stasiun kerja pengujian dan Finishing . Dari hasil pengamatan terdapat delapan stasiun kerja WC dalam proses produksi pembuatan boiler yaitu: 1. Stasiun Kerja Pengukuran WC I Pada Tahap ini, dimaksudkan untuk mempersiapkan baja yang akan digunakan untuk pembuatan boiler . Sebelum pemotongan plat baja shell plates diukur terlebih dahulu dan ditandai sesuai gambar teknik yang tersedia. Proses pengukuran dilakukan dengan menggunakan kapur dan penggores baja dan kemudian ditandai dengan penitik. 2. Stasiun Kerja Pemotongan WC II Plat baja yang telah ditandai, kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang telah disesuaikan. Pemotongan dilakukan dengan las potong yang menggunakan campuran gas elpiji dan oksigen atau dengan mesin las potong otomatis. 3. Stasiun Kerja Pengerolan WC III Selanjutnya plat baja dirol dengan mesin rol menggunakan hoisting crane . Proses pengerolan dilakukan dengan tiga tahapan pengerolan agar diperoleh ketetapan dan kebulatan sesuai dengan ukuran. Plat baja dilengkungkan dengan mesin rolling sehingga plat benar-benar bulat, tidak boleh melenceng dari batas maksimum yang diizinkan. Deviasi letak plat Universitas Sumatera Utara tidak boleh melebihi 0,5 mm untuk las memanjang dan 1,5 mm untuk las melingkar. 4. Stasiun Kerja Pengelasan Welding WC IV Tahap pertama pengelasan adalah las akar root weld yang bertujuan agar pada saat las otomatis dilakukan logam pengisian tidak sampai jatuh melewati plat. Panjang las akar ini sebesar 1-1,5 inchi, jarak antara las akar kurang lebih 300 mm dengan gap sebesar 2-3 mm. Kemudian dilakukan pengelasan SMAW shield Metal Arc Welding pertama pada posisi memanjang dengan menggunakan electrode jenis AWS E 7016 diameter 3.2 mm. Sebelum digunakan electrode ini harus dipanaskan lebih dahulu dalam oven dengan temperatur 60 - 80 C. Pemanasan ini berguna untuk mengurangi kelembaban pada elektroda. Kelembaban elektroda akan berakibat buruk pada hasil pengelesan dimana akan terjadi oksidasi yang berlebih sehingga akan menyebabkan porosity pada hasil pengelasan. Setelah hasil pengelasan dinyatakan dengan baik, berarti pengelasan bebas dari porosity maka pengelesan otomatis dapat dilakukan dengan menggunakan elektroda jenis AWS E 7016-L61 diameter 4.0 mm dengan flux 860 lincoln . Pengelesan memanjang sejajar dengan round shell ini disebut sebagai Long term Weld LW dan biasanya diberi nomor LW- 1,LW-2,LW-3 pada setiap round shell . Universitas Sumatera Utara 5. Stasiun Kerja Pemeriksaan hasil las WC V Porosity sulit dilihat dengan mata, sehingga pemeriksaan dilakukan dengan bantuan dye check yaitu dengan menyemprotkan penetran SKL-HFS yang berwarna merah kepermukaan las akar yang telah digerinda dan didiamkan selama 10 menit. Selanjutnya dilap dengan kain yang diberi thinner . Proses selanjutnya developer SKD-NFZF29 yang berwarna putih. Bagian yang terjadi porosity akan terlihat bintik-bintik merah pada permukaan pengelasan. 6. Stasiun kerja Pengeboran WC Setelah mengalami penggabungan round shell maka dilakukan pengeboran sebesar diameter ring yang kemudian akan dipasang ring man hole yang dilakukan secara manual dibantu dengan hoisting crane . 7. Stasiun Kerja Penggerindaan WC VII Pengelesan otomatis selesai dilakukan mulai dari layer pertama sampai terakhir maka sampailah pengelasan pada bagian luar, selanjutnya melakukan penggerindaan bagian dalam round shell dengan terlebih dahulu melepas support agar tidak mengganggu penggerindaan. 8. Stasiun Kerja Pengujian dan Finishing WC VIII Selesai pengelasan bagian luar dan dalam round shell , plat contoh dibuka dan diberi keterangan mengenai nama pabrik, tahun pembuatan, tekanan kerja maksimum yang diizinkan, nomor pabrik dan tahun pengelesan. Universitas Sumatera Utara Pengujian dilakukan dengan 2 tahapan yaitu pengujian hydro test dan X- Ray test . Pengujian hydro test adalah pengujian yang dilakukan terhadap upper drum maupun lower drum dengan cara mengisi upper dan lower drum dengan air sampai penuh dan kemudian dilakukan pemompaan hingga mencapai tekanan 34,5 bar lalu didiamkan holding time selama satu jam sekaligus mengecek drum apakah terjadi kebocoran, selanjutnya jika tidak terjadi kebocoran maka drum tersebut dikosongkan dan siap untuk dilakukan X-Ray test . Pengujian dengan X-Ray dilakukan dengan tujuan untuk mencari apakah ada porosity pada setiap pengelasan yang dilakukan meskipun pengujian pengelesan dengan menggunakan penetran dan developer tidak mununjukan adanya porosity , tetapi pengujian ini masih sangat kurang akurat sehingga diperlukan pengujian dengan X-Ray test . Pengujian ini dilakukan pada setiap kali pengelasan yaitu dengan menembakkan sinar γ pada permukaan hasil pengelesan. Pengujian 25 dilakukan untuk setiap circum dan pengujian 100 untuk seriap longseam .

3.2.3. Data Mesin