Penentuan Optimalisasi Penggunaan Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Daerah Studi

4.1.1 Iklim

Iklim di Desa Lamajang diperoleh dari Stasiun Pangalengan dari tahun 1985-1992 Puslittanak 1993. Menurut klasifikasi Oldeman 1975 seluruh areal studi tergolong Zone Agroklimat B2 dengan bulan basah bulan dengan curah hujan 200mm selama 7 bulan dan bulan kering bulan dengan curah hujan 100mm selama 2 bulan. Tabel 6. Data Curah Hujan Rata–rata dan Suhu Udara Rata-rata Bulanan dan Tahunan di Stasiun Pangalengan Wilayah Lamajang dan Sekitarnya Puslittanak, 1993 dan Amirza, 1991 dalam Abdullah, Darmawan, dan Suryaningtyas, 1994 Bulan Curah Hujan mm Erosivitas Hujan R Suhu Udara C Januari 337.6 264.9 22 Februari 314.7 240.7 22.3 Maret 304.5 230.2 22.3 April 219.9 147.8 22.5 Mei 206.3 135.6 22.6 Juni 116.9 62.6 22.3 Juli 86.3 41.4 22 Agustus 59.2 24.8 21.7 September 106.5 55.2 22.3 Oktober 187.5 119.0 22.4 November 325.1 251.6 22.4 Desember 338.2 265.5 22.1 Rata-rata Suhu Udara Bulanan 22.2 Curah Hujan Tahunan dan Nilai R Tahunan 2602.7 1839.3 Curah hujan rata rata bulanan dan tahunan di lokasi penelitian berdasarkan data dari Stasiun Pangalengan termasuk tinggi. Periode curah hujan tinggi berlangsung dari Bulan November sampai Mei dengan curah hujan rata rata bulanan 216.7 mm dan puncaknya pada Bulan Desember yaitu 338,2 mm. Periode hujan terendah, dengan curah hujan rata rata bulanan kurang dari 100 mm, berlangsung dari Bulan Juni sampai Oktober dengan curah hujan terendah 86.3 dan 59.2 mm pada Bulan Juli dan Agustus. Distribusi hujan cukup baik dengan bulan basah yang panjang 7-9 bulan dan bulan kering yang singkat serta curah hujan tahunan yang tinggi 2063 mm menyebabkan Desa Lamajang memiliki nilai erosivitas hujan yang tinggi. Hasil perhitungan erosivitas hujan menggunakan Persamaan Lenvian menunjukkan pola sebaran bulanan yang sama dengan pola sebaran hujan dengan nilai erosivitas hujan tahunan adalah 1839.3 ton ha. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad 2006 pada daerah beriklim basah faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan, dengan besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah serta meningkatkan kerusakan erosi yang terjadi.

4.1.2 Topografi

Faktor kemiring dan panjang lereng sangat berpengaruh terhadap erosi. Semakin curam lereng akan membuat erosi semakin tinggi. Daerah penelitian memiliki bentuk wilayah dan kemiringan lereng yang cukup beragam dari datar hingga berbukit - bergunung. Bentuk wilayah daerah penelitian didominasi oleh bentuk wilayah berbukit kecil dengan kemiringan lereng 16-30, seluas 553 ha 37.5 dari luasan total Desa Lamajang, bentuk wilayah lain yang dominan adalah bergunung dengan kemiringan lereng 60, seluas 500 ha 33.9, dan bentuk wilayah terluas ketiga adalah berombak dengan kemiringan lereng 3-8 seluas 354 ha 24. Bentuk wilayah datar dengan kemiringan lereng 0-3 dan bergelombang dengan kemiringan lereng 8-16 memiliki luasan antara 30 – 40 ha. Daerah Penelitian terletak pada ketinggian ± 700 mdpl sampai ±1300 mdpl. Berdasarkan data di atas daerah penelitian didominasi oleh bentuk wilayah berbukit kecil. Peta Kelas Lereng tertera pada Gambar 4.