Gambar 8. Peta Satuan Lahan di Daerah Penelitian Legenda Selengkapnya tertera pada Tabel 9 28
Keterangan : A = BentanglahanAluvial P = Paling Dominan
V = BentanglahanVolaknik D = Dominan
a = Batuanandesit F = Cukup
at = BatuanAndesitik M = Sedikit
c =
Campuran Tabel 9.LegendaPetaSatuanPetaLahan Tingkat Semidetil Skala 1:50.000 DesaLamajang, Kec. Pangalengan, Kab.Bandung
SPL Uraian Bahan
Induk Relief
Komposisi Macam Tanah
Luas No Simbol
Kemiringan Lereng
Bentuk Wilayah Hektar
Persen SPL 1
Ac.2.1 Jalur aliran sungai
dan lembah sempit 50 m
Deposit aluvium campuran
0-3 Datar
P M
D Aquic Dystrudept
Humic Dystrudept Typic Eutrudept
24.5 1.7 SPL 2
Vat.3 Lungur Volkan
Tengah Abu dan pasir
volkan intermedier andesitik
8-16 Bergelombang D
M F
Typic Fulvudand Typic Hapludand
Typic Melanudand 79.2 5.4
SPL3 Vat.3 Lungur Volkan
Tengah Abu dan pasir
volkan intermedier andesitik
16-30 Berbukit kecil
D M
F Typic Fulvudand
Typic Hapludand Typic Melanudand
300.8 20.4 SPL4 Vat.3
Lungur Volkan Tengah
Abu dan Pasir Volkan Intermedier
andesitik 60 Bergunung
P Typic Hapludand
498.9 33.8
SPL 5 Va.4
Lungur Volkan Bawah
Tuf volkan intermedier
andesit 3-8
Berombak F
M D
Aquic Dystrudept Humic Dystrudept
Typic Eutrudept 216.7 14.7
SPL 6 Va.4
Lungur Volkan Bawah
Tuf volkan intermedier
andesit 8-16
Bergelombang F
M D
Aquic Dystrudept Humic Dystrudept
Typic Eutrudept 68.2 4.6
SPL 7 Va.4
Lungur Volkan Bawah
Tuf volkan intermedier
andesit 16-30 Berbukit
kecil F
D M
Aquic Dystrudept Humic Dystrudept
Typic Eutrudept 219.2 14.9
TotalLuas 1473.7 100
29
Gambar 9. Peta Kelas Erosi Aktual di Daerah Penelitian 30
Tabel 10. Pendugaan Erosi Aktual pada Setiap SPL Erosi
Sebaran SPL
Nilai Erosi tonhath
Luas Batas tonhath
Kelas Ha
0-24 0-30
Rendah 1 0
31 2.1
2 27.0 98
6.6 3 7.0
90 6.1
4 24.4 224
15.2 5 8.4
51 3.5
24.1 – 96 30.1-120
Sedang 2 108.2
14 0.9
3 70.1 225
15.2 5 33.8
159 10.8
6 27.0 12
0.8 7 70.1
177 12.1
96.1 – 240 120.1 – 300
Tinggi 3 280.3
14 0.9
4 243.9 83
5.6 6 108.2
56 3.8
≥300.1 ≥240.1
Sangat Tinggi 3 1962.2
6 0.4
4 6829.0 192
13 7 280.3
42 2.8
Perhitungan selengkapnya tertera pada Lampiran 5.
Tabel 11. Penggunaan Lahan pada Setiap Kelas Erosi Penggunaan
Lahan Kelas Erosi
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Hutan SPL 2,3,4
- -
- Sawah
SPL 1,2 SPL 3
SPL 4 -
Kebun Campuran SPL 1 SPL 2,5
SPL 3,6 SPL 7
Tegalan - - - SPL
3,4
4.3.2 Erosi yang Ditoleransikan, Erosi Potensial, dan Indeks Bahaya Erosi
Erosi yang ditoleransikan merupakan batas ambang erosi. Penetapan tingkat bahaya erosi menggunakan pernyataan yang dikemukakan oleh Thompson
1975 dalam Arsyad 2006. Pada daerah penelitian erosi yang ditoleransikan memiliki nilai 24 tonhatahun untuk Order Inceptisol dikarenakan tanah Order
inceptisol yang berada di daerah penelitian memiliki solum dalam 90cm dengan lapisan bawah permeabilitas sedang, di atas subrata telah melapuk. Order
Andisol memiliki nilai tingkat bahaya erosi yang ditoleransikan 30 tonhatahun dikarenakan solum tanah yang dalam 90cm dengan lapisan bawah yang
permeabel, di atas subrata telah melapuk.
Erosi potensial adalah erosi yang terjadi pada suatu bidang lahan tanpa adanya penutup lahan dan teknik konservasi tertentu. Erosi potensial dibutuhkan
untuk menentukan tingkat bahaya erosi apabila dilakukan pembukaan lahan. Erosi potensial juga dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan
alternatif yang dapat diaplikasikan pada suatu lahan. Daerah penelitian didominasi oleh harkat indeks bahaya erosi IBE sangat tinggi dengan luas areal 97.9. Hal
ini dikarenakan curah hujannya yang tinggi, bentuk wilayah didominasi oleh berbukit kecil dan bergunung. Hal ini sesuai dengan pendapat Pierson 1980;
Huang dan Lin 2002 dalam Soenarmo, Sadisun,dan Saptohartono 2008 tingginya intensitas curah hujan dapat menambah beban pada lereng sebagai
akibat peningkatan kandungan air dalam tanah, yang pada akhirnya memicu terjadinya erosi. Menurut Arsyad 2006 daerah yang berlereng curam, dan tanah
yang memiliki nilai erodibilitas tinggi, relatif memiliki tingkat bahaya erosi yang tinggi. Tanah di daerah penelitian memiliki Order Andisol dimana tanah ini
memiliki nilai erodibilitas yang cukup tinggi hal ini sesuai dengan pendapat Yogaswara 1977 menyatakan bahwa tanah Order Andisol sifat fisik dan
kimianya tergolong sedang, termasuk tanah yang dapat diusahakan intensif untuk pertanian, kepekaan tanah terhadap erosinya sangat besar, baik terhadap erosi air
maupun erosi angin. Data selengkapnya tertera pada Tabel 12, Peta TSL dan IBE tertera pada Gambar 10 dan 11.
Tabel 12. Harkat Tingkat Bahaya Erosi dan Erosi yang dapat Ditoleransikan pada Setiap SPL
SPL IBE Harkat TSL Luas
Ha 1 0
Rendah 24
31 2.1
2 90.1 Sangat
Tinggi 30 112
7.6 3 235.6
Sangat Tinggi
30 335 22.7
4 813.0 Sangat
Tinggi 30 500
33.9 5 52.9
Sangat Tinggi
30 211 14.3
6 112.7 Sangat
Tinggi 30
68 4.6
7 292.0 Sangat
Tinggi 24 220
14.9
Gambar 10. Peta Erosi yang dapat Ditoleransikan di Daerah Penelitian 33
Gambar 11. Peta Indeks Bahaya Erosi di Daerah Penelitian 34
4.4 Alternatif Penggunaan
Lahan
Alternatif – alternatif penggunaan lahan ini ditentukan berdasarkan nilai faktor CP, dimana nilai CP
≤ CPmax. Alternatif – alternatif penggunaan lahan pada setiap Satuan Peta Lahan SPL tertera pada Tabel 13.
Tabel 13. Beberapa Alternatif Penggunaan Lahan pada Setiap SPL Kelas Erosi Sedang dan Tinggi
No. SPL Penggunaan
Lahan Alternatif – Alternatif Penggunaan Lahan
3 Sawah 1. Tetap menjadi Sawah
2. Perubahan penggunaan lahan menjadi kebun campuran
kerapatan tinggi, teras bangku konstruksi baik 3.
Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 4.
Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik
5. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton
dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik 4 Sawah 1.
Tetap menjadi Sawah 2.
Perubahan penggunaan lahan menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras bangku konstruksi baik
3. Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam
4. Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku
konstruksi baik 5.
Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik
2 Kebun Campuran
1. Tetap menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras
bangku konstruksi baik 2.
Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 3.
Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik
4. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton
dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik 5 Kebun
Campuran 1.
Tetap menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras bangku konstruksi baik
2. Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam
3. Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku
konstruksi baik 4.
Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik
3 Kebun Campuran
1. Tetap menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras
bangku konstruksi baik 2.
Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 3.
Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik
4. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton
dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik
6 Kebun Campuran
1. Tetap menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras
bangku konstruksi baik 2.
Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 3.
Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik
4. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton
dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik Kelas Erosi Sangat Tinggi
7 Kebun Campuran
1. Perubahan Penggunaan Lahan menjadi Agroforestri,
dengan teknik konservasi mengikuti garis kontur. 2.
diubah Penggunaan lahan menjadi hutan alam serasah banyak
3 Tegalan 1.
Penggunaan Lahan Perubahan menjadi Agroforestri, dengan teknik konservasi mengikuti garis kontur.
2. Penggunaan lahan Perubahan menjadi hutan alam
serasah banyak 4 Tegalan
1. Perubahan Penggunaan Lahan menjadi Agroforestri,
dengan teknik konservasi mengikuti garis kontur. 2.
Perubahan Penggunaan lahan menjadi hutan alam serasah banyak
Pola tanam tumpang gilir : Jagung + padi + ubi kayu, setelah panen padi ditanami kacang tanah
Berdasarkan beberapa alternatif yang ada dapat ditentukan pola penggunaan lahan mana yang paling optimal untuk diaplikasikan di daerah
penelitian berdasarkan tingkat keefektifan baik secara ekonomi maupun sosial sehingga terbentuk pertanian yang berkelanjutan.
4.5 Optimalisasi Penggunaan Lahan
Untuk mengoptimalisasikan lahan pada setiap Satuan Peta Lahan maka diperlukan peninjauan alternatif dari aspek sosial, budaya dan ekonomi. Sehingga
dapat diterima oleh petani dan dapat diaplikasikan di daerah penelitian.
4.5.1 Aspek Sosial dan Budaya
Aspek sosial dan budaya adalah aspek yang sangat berpengaruh terhadap para petani di daerah penelitian. Aspek sosial dan budaya memiliki peran utama
dalam menentukan pemilihan alternatif yang dapat diaplikasikan di daerah
penelitian.
Alternatif yang akan diaplikasikan harus dapat diterima dan tidak bertolak belakang dengan budaya dan adat di daerah penelitian. Perubahan jenis
pemanfaatan lahan sulit dilakukan karena petani di daerah penelitian bercocok Tabel 13. Lanjutan
tanam mengikuti tradisi yang sudah turun temurun. Perbaikan teknik konservasi lebih mudah untuk diterima oleh petani di daerah penelitian dibandingkan dengan
perubahan penggunaan lahan, dikarenakan petani didaerah penelitian sudah menggunakan teknik konservasi namun belum secara optimum, sehingga perlu
dilakukan sosialisasi teknik konservasi tanah dan air yang optimum untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi tingkat bahaya erosi.
4.5.2 Aspek Ekonomi
Optimalisasi penggunaan lahan pada daerah penelitian diperlukan untuk mengurangi tingkat bahaya erosi, namun harus tetap memberikan pendapatan
yang layak terhadap petani di daerah penelitian. Penentuan nilai ekonomi dilakukan berdasarkan besarnya biaya produksi
dan pendapatan. Alternatif yang diaplikasikan ditinjau yang memiliki biaya produksi rendah dan memberikan pendapatan tinggi atau memberikan keuntungan
terbesar. Tabel biaya produksi dan pendapatan tertera pada Tabel 14. Tabel 14. Analisis Alternatif dari Segi Ekonomi Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 2010 Alternatif Biaya
Produksi Rp ha MT
Pendapatan Rp ha MT
Sawah 4.500.000
10.000.000 Kebun Campuran
28.000.000 35.000.000
Hutan Alam Alang – Alang Murni Subur
Pola Tanam Tumpanggilir + Mulsa Jerami
- - Padi + Mulsa Jerami 4 ton ha
- -
Kacang Tanah + Mulsa Jerami 4 ton 6.000.000
8.500.000 Penggunaan teras bangku menguntungkan untuk pendapatan petani dimasa
mendatang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16. Tabel 15. Perbandingan Produktivitas, Penerimaan, Biaya, Keuntungan Petani
Kentang di Daerah Kecamatan Pangalengan Tahun 2005 Katharina, 2010
Teknik Konservasi Produktivitas
Tonha Penerimaan
Rp Biaya
Rp Untung
Rp Searah Lereng
17.7 38.000.000
25.000.000 13.000.000
Searah Kontur 16.7
36.000.000 29.000.000
7.000.000 Teras Bangku
15.1 33.000.000
29.000.000 4.000.000