Aspek Teknis Optimalisasi Penggunaan Lahan

Tabel 17. Optimalisasi Penggunaan Lahan pada Setiap SPL Kelas Erosi Sedang dan Tinggi No. SPL Penggunaan Lahan Alternatif – Alternatif Penggunaan Lahan Ekonomi Sosial 3 Sawah 1. Tetap menjadi Sawah 2. Perubahan penggunaan lahan menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras bangku konstruksi baik 3. Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 4. Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik 5. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik Diterima Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak 4 Sawah 1. Tetap menjadi Sawah 2. Perubahan penggunaan lahan menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras bangku konstruksi baik 3. Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 4. Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik 5. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik Diterima Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak 2 Kebun Campuran 1. Tetap menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras bangku konstruksi baik 2. Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 3. Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik 4. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Diterima Ditolak Ditolak Ditolak 5 Kebun Campuran 1. Tetap menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras bangku konstruksi baik 2. Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 3. Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik 4. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Diterima Ditolak Ditolak Ditolak 3 Kebun Campuran 1. Tetap menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras bangku konstruksi baik 2. Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 3. Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik 4. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Diterima Ditolak Ditolak Ditolak 6 Kebun Campuran 1. Tetap menjadi kebun campuran kerapatan tinggi, teras bangku konstruksi baik 2. Perubahan penggunaan lahan menjadi hutan alam 3. Pola tanam tumpanggilir + mulsa jerami, teras bangku konstruksi baik 4. Perubahan menjadi kacang tanah + mulsa jerami 4 ton dan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Diterima Ditolak Ditolak Ditolak Kelas Erosi Sangat Tinggi 7 Kebun Campuran 1. Perubahan Penggunaan Lahan menjadi Agroforestri, dengan teknik konservasi mengikuti garis kontur. 2. Perubahan Penggunaan lahan menjadi hutan alam serasah banyak Diterima Ditolak Diterima Ditolak 3 Tegalan 1. Perubahan Penggunaan Lahan menjadi Agroforestri, dengan teknik konservasi mengikuti garis kontur. 2. Perubahan Penggunaan lahan menjadi hutan alam serasah banyak Diterima Ditolak Diterima Ditolak 4 Tegalan 1. Perubahan Penggunaan Lahan menjadi Agroforestri, dengan teknik konservasi mengikuti garis kontur. 2. Perubahan Penggunaan lahan menjadi hutan alam serasah banyak Diterima Ditolak Diterima Ditolak Pola tanam tumpang gilir : Jagung + padi + ubi kayu, setelah panen padi ditanami kacang tanah Berdasarkan data pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa optimalisasi yang dominan dilakukan di daerah penelitian adalah penerapan tindakan konservasi tanah teras bangku dengan konstruksi baik. Realisasi dari optimalisasi ini tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan karena masyarakan sudah mengetahui penggunaan teknik konservasi tanah. Oleh karena itu, mengaplikasikannya hanya perlu sosialisasi bagaimana cara pembuatan teras bangku konstruksi baik, keunggulan dan keuntungan menggunakan konstruksi tersebut. Selain penerapan teknik konservasi tanah dan air dalam hal pemanfaatan lahannya harus dipertimbangkan segi sosial dan ekonominya. Segi ekonomi Tabel 17. Lanjutan adalah penggunaan lahan mana yang memiliki nilai NPV tertinggi sedangkan segi sosial adalah pengutamaan penggunaan lahan yang eksisting. Peta Alokasi Penggunaan Lahan tertera pada Gambar 12. Penggunaan lahan yang tidak tepat pada lereng sangat curam 60 dapat menyebabkan longsor. Perubahan penggunaan lahan pada lereng yang sangat curam 60 sebaiknya untuk dijadikan agroforestri dengan jenis tanaman bertajuk tinggi Pohon Pinus, bertajuk sedang Pohon Kina atau Kopi dan bertajuk rendah Cabe atau Bawang, penanaman tajuk rendah pada saat tajuk sedang dan tinggi belum tumbuh besar serta teknik konservasi penanaman mengikuti garis kontur. Gambar 12. Peta Alokasi Penggunaan Lahan di Daerah Penelitian 42 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata–rata tingkat bahaya erosi di daerah penelitian tergolong sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan lereng yang curam, sehingga hal ini menyebabkan nilai erosi aktual lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan AaTSL, sehingga perlu dilakukan optimalisasi penggunaan lahan. 2. Jenis optimalisasi penggunaan lahan yang paling tepat di daerah penelitian adalah dengan tanaman yang eksisting menggunakan teknik konservasi teras bangku konstruksi baik. Perubahan penggunaan lahan sebaiknya disesuaikan dengan yang biasa diusahakan oleh masyarakat setempat. Pada daerah yang berlereng sangat terjal 60 sebaiknya ditanami tanaman kehutanan agroforestry dengan jenis tanaman bertajuk tinggi Pohon Pinus, bertajuk sedang Pohon Kina atau Kopi dan bertajuk rendah Cabe atau Bawang penanaman tajuk rendah pada saat tajuk sedang dan tinggi belum tumbuh besar serta teknik konservasi penanaman mengikuti garis kontur

5.2 Saran

1. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk optimalisasi penggunaan lahan di daerah penelitian ditinjau dari sifat biologi dan kimia tanah serta tingkat kesesuaian lahannya agar penggunaan lahannya lebih optimum baik dari segi pemupukan maupun biota tanahnya, sehingga tercapainya pertanian berkelanjutan. 2. Perlunya bantuan pemerintah setempat, perencanaan strategis dan tokoh masyarakat setempat untuk mensosialisasikan bagaimana cara pembuatan teras bangku konstruksi baik serta sinergisnya kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang dapat meningkatkan taraf hidup para petani di daerah penelitian. 3. Upaya peningkatkan pendapatan petani dengan penerapan optimalisasi penggunaan lahan memerlukan jangka waktu yang panjang sehingga diperlukan konsistensi pemerintah pusat dan daerah terhadap kebijakan penggunaan lahan di daerah penelitian. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, T. S., Darmawan, dan D. T. Suryaningtyas. 1994. Evaluasi Hubungan Tatanama dalam Order Andisols dengan Potensi Produktivitas Lahan dalam Menunjang Budidaya Tanaman Teh. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Alzwar, M. N., Akbar, dan S. Bachri. 1992. Peta Geologi Bersistem Indonesia, Lembar Garut 1208-6 dan Pameungpeuk 1208-3 Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. Anonim. 1993a. Peta Tanah Semidetil Daerah Aliran Sungai DAS Citarum Hulu, Bandung, Jawa Barat, Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. ______ 1993b. Peta Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai DAS Citarum Hulu, Bandung, Jawa Barat, Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. ______ 1999a. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar Soreang 1208-633 Skala 1 : 25.000. Bakosurtanal. Bogor. ______ 1999b. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar Pangalengan 1208- 631 Skala 1 : 25.000. Bakosurtanal. Bogor. ______ 2010. Peta Kabupaten Bandung Skala 1: 80.000. Indo Prima Sarana.