14
3. Suhu udara dan ketinggian tempat. Secara umum kelapa sawit membutuhkan suhu
optimum sekitar 28
o
C. Adapun ketinggian tempat yang optimal adalah 0 sampai 500
meter di atas permukaan laut Setyamidjaja 1991. 4. Kelembaban udara dan angin. Kelembaban udara dan angin adalah faktor yang
sangat penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban udara dapat mengurangi penguapan, sedangkan angin akan membantu penyerbukan secara
alamiah. Kelembaban yang optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit berkisar antara 80-90 dan kecepatan angin 5- 6 kmjam sangat baik untuk membantu penyerbukan
kelapa sawit Pahan 2006.
Tanah Menurut Setyamidjaja 1991, kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah. Tanaman kelapa sawit ini tersebar pada segala jenis tanah, yaitu Ultisol, Inceptisol, Entisol, Andisol, dan Histosol. Di beberapa lokasi juga terdapat pada tanah
Oxisol. Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai berikut: 1. Sifat fisika tanah.
Tanaman kelapa sawit menghendaki sifat fisika tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padat, tekstur mengandung liat dan
debu 25 sampai 30, datar serta berdrainase baik. Walaupun demikian, faktor pengelolaan budidaya atau teknis agronomis dan sifat genetis induk tanaman kelapa
sawit sangat menentukan produksi kelapa sawit. Sifat fisik tanah untuk tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 5.
2. Sifat kimia tanah Sifat kimia tanah mempunyai arti cukup penting untuk menentukan dosis pemupukan
dan kelas kesuburan tanah. Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit.
Kemasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4 sampai 6,5
sedangkan pH optimumnya adalah 5 sampai 5,5. Tabel 5 Sifat fisik tanah untuk tanaman kelapa sawit
No. Sifat Tanah
Baik Sedang
Kurang 1
Lereng derajat 12
12 – 23
23 2
Kedalaman Tanah cm
75 37,5
– 75 cm 37,5 cm
3 Ketinggian
Air Tanah cm 75
75 – 37,5 cm
37,5 cm 4
Tekstur Lempung
atau liat Lempung
berpasir Pasir berlempung
atau pasir 5
Struktur Perkembangan
Kuat Perkembangan
sedang Perkembangan
lemahmassif 6
Konsistensi Gembur sampai
agak teguh Teguh
Sangat Teguh
Sumber :PPKS 2009.
Pembangunan Berkelanjutan Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutan mengeksplorasi kaitan antara pembangunan ekonomi, kualitas lingkungan dan keadilan sosial Rogers et al. 2007. Konsep ini
berawal dari pertemuan konferensi internasional lingkungan hidup di Stockholm, Swedia tahun 1972. Konferensi ini pertama kali dalam sejarah yang digagas oleh PBB.
Sepuluh tahun kemudian PBB kembali menggelar konperensi tentang lingkungan hidup pada tahun 1982 di Nairobi, Kenya. Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di
Nairobi ini dibawa ke sidang umum PBB tahun 1983, dan oleh PBB dibentuk world comission on environment and development WCED yang diketuai oleh Gro Harlem
Brundtland. Komisi ini menghasilkan dokumen Our Common Future pada tahun 1987, yang memuat analisis dan saran bagi proses pembangunan berkelanjutan. Dalam
dokumen itu diperkenalkan suatu konsep baru yang disebut suatu konsep pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Pengertian pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk memelihara proses ekologi dan sistem penopang hidup, melindungi keanekaragaman genetik dan
pemanfaatan spesies serta ekosistem secara berkelanjutan WWF 1987 diacu dalam Rogers et al. 2007. Terdapat tiga pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan yaitu
dimensi ekologi, dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Dimensi ekologi artinya optimalisasi manfaat ekologis tidak harus mengabaikan aspek ekonomi dan sosial.
Dimensi sosial maksudnya tidak harus mengabaikan aspek ekonomi dan ekologis. Sedangkan dimensi ekonomi artinya tidak mengabaikan dimensi ekologi dan sosial.
Dengan demikian ketiga pilar tersebut harus digerakkan secara simultan dalam perencanaan dan implimentasi pembangunan. Selanjutnya Smith dan Jalal 2000 diacu
dalam Rogers et al. 2007 menjelaskan kaitan antara pembangunan berkelanjutan, lingkungan dan kemiskinan.
Permasalahan lingkungan disumbang oleh dua kutub, yaitu kemiskinan yang berimplikasi pada kerusakan sumberdaya alam dan pembangunan yang berimplikasi
pada degradasi lingkungan serta deplesi sumberdaya alam. Strategi atas permasalahan tersebut yaitu dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan. Pada kutub kemiskinan
melalui pengurangan kemiskinan dengan beberapa programnya. Pada kutub pembangunan dilakukan integrasi antara pembangunan dengan lingkungan hidup
Gambar 3.
Penjelasan tersebut sejalan dengan pengertian pembangunan berkelanjutan dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu
upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan
ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan bagi umat manusia tidak rusak.
Pembangunan berkelanjutan
pada dasarnya
merupakan suatu
strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas limit pada laju pemanfaatan
ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak absolute, tetapi merupakan batas yang luwes flexible yang