Hubungan curah hujan dengan limpasan

30 penyelesaian persoalan yang komprehensif dan berorientasi tujuan. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem. Hartrisari 2007 menjelaskan pendekatan sistem merupakan pendekatan yang tidak secara langsung mereduksi faktor yang berpengaruh tetapi lebih bersifat menyeluruh. Pendekatan yang bersifat holistik lebih memfokuskan keterkaitan antara faktor. Pendekatan sistem menggunakan model untuk mempelajari perilaku sistem yang dikaji, yang digunakan sebagai dasar perbaikan sistem. Sementara model adalah penyederhanaan system artinya karena sistem sangat komplek, maka model dibuat untuk memudahkan memahami gambaran sistem. Tujuan penyusunan model yaitu: 1 Memahami proses yang terjadi dalam suatu system, 2 Membuat prediksi dan 3 Menunjang pengambilan keputusan. Agar dapat bekerja secara sempurna, suatu pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yaitu: 1 Metodologi untuk perencanaan dan pengelolaan, 2 Tim yang multidisipliner, 3 Pengorganisasian, 4 Disiplin untuk bidang yang kuantitatif, 5 Teknik model matematik, 6 Teknik simulasi, 7 Teknik optimasi dan 8 Aplikasi komputer Eriyatno 2003. Keunggulan pendekatan sistem yaitu: 1 Makin lama makin dirasakan interdependensinya dari berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem, 2 Sangat penting untuk menonjolkan tujuan yang hendak dicapai, dan tidak terikat pada prosedur koordinasi atau pengawasan dan pengendalian itu sendiri, 3 Dalam banyak hal pendekatan manajemen tradisional seringkali mengarahkan pandangan pada cara-cara koordinasi dan kontrol yang tepat, seolah-olah inilah yang menjadi tujuan manajemen, padahal tindakan-tindakan koordinasi dan kontrol ini hanyalah suatu cara untuk mencapai tujuan, dan harus disesuaikan dengan lingkungan yang dihadapi dan 4 Konsep sistem berguna sebagai cara berfikir dalam suatu kerangka analisis yang dapat memberi pengertian yang lebih mendasar mengenai perilaku dari suatu sistem dalam mencapai tujuannya Marimin 2005. Menurut Marimin 2005 sifat dasar dari suatu sistem terdiri atas: 1 Pencapaian tujuan, dimana prinsip ini memberikan sifat bahwa sistem merupakan sesuatu yang dinamis dalam mencapai tujuan, 2 Kesatuan usaha dimana prinsip ini menjelaskan bahwa hasil keselurahan dari sistem melebihi bagian-bagiannya atau disebut konsep sinergi, 3 Keterbukaan terhadap lingkungan dimana prinsip ini menjelaskan bahwa lingkungan merupakan sumber potensi dan hambatan sehingga pencapaian tujuan suatu sistem relatif tidak mutlak dan sebaliknya, dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan tantangan lingkungannya, dan 4 Transformasi, yaitu prinsip yang menjelaskan tentang proses perubahan input menjadi output. Tahapan-tahapan pendekatan sistem yaitu: 1 Analisis kebutuhan, bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing stakeholder, 2 Formulasi permasalahan yaitu mengkombinasikan dan mensinergiskan semua permasalahan yang merupakan kebutuhan stakeholders dalam system, 3 Identifkasi sistem, yaitu memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem mencakup faktor-faktor yang terkait di dalamnya, dan identifikasi sistem dapat dilakukan dengan diagram input-output atau diagram lingkar sebab akibat, 4 Simulasi pemodelan, yaitu tahap interaksi antara analisis sistem dengan pembuatan keputusan yang menggunakan model dengan mempertimbangkan berbagai variabel yang dimasukkan dan 5 Validasi dan verifikasi Hartrisari 2007. 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada pada areal perkebunan kelapa sawit di sub DAS Lalindu Kecamatan Wiwirano, Kabupaten Konawe Utara, yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan ibukota Wanggudu. Berdasarkan RTRW Kabupaten, pembangunan wilayah dilakukan dengan pendekatan kawasan prioritas yang menetapkan kecamatan tersebut sebagai wilayah pengembangan perkebunan. Secara geografis luas kawasan perkebunan adalah 18.500 Ha bruto dan terletak diantara 122 o 10‟ 36” sampai 122 18‟ 06” BT dan 03 o 09‟ 12” sampai 03 23‟ 20” LS. Kawasan perkebunan di sebelah utara berbatasan dengan hutan negara. Kawasan perkebunan merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara dan berjarak ± 200 km ke ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara fisik kawasan perkebunan kelapa sawit terletak dalam sistem DAS Lalindu. Sungai Lalindu bermuara ke Sungai Lasolo di Desa Wadambali dan merupakan salah satu sungai yang melintas di kawasan perkebunan dan difungsikan sebagai sarana transportasi yang vital untuk mobilisasi alat berat dan mobilisasi perlengkapan lainnya. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 7. Disain Penelitian Dalam penelitian ini digunakan beberapa macam metode analisis. Untuk menjawab tujuan pertama, digunakan analisis deskriptif, analisis regresi dan korelasi dan analisis spasial. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan fenomena- fenomena yang bersifat kualitatif. Analisis hidrologi digunakan untuk menjawab tujuan kedua yaitu dengan menggunakan model tangki. Sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga, digunakan analisis sistem dinamik menggunakan software Stella dan analisis deskriptif membahas kelembagaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Skema desain penelitian disajikan pada Gambar 8. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari hasil survei dan hasil penjajagan dengan kuisioner kepada responden terpilih dan dari kalangan pakar. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan atas tujuan penggunaannya yaitu pemodelan kuantitatif dan kualitatif. Pemodelan kuantitatif yaitu sub model karakteristik tutupan lahan pada areal perkebunan kelapa sawit. Pemodelan kualitatif terdiri dari dua pendekatan yaitu : metode diskusi pakar dan metode diskusi stakeholder dengan focus group discussion Reed 2009. Pendekatan diskusi pakar digunakan untuk menentukan faktor-faktor dominan yang diprioritaskan untuk pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Gambar 7 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENGAMATAN DI AREAL PERKEBUNAN KEC. WIWIRANO KAB. KONAWE UTARA PROV. SULAWESI TENGGARA Pengumpulan Data Primer Sekunder Kondisi Eksisting Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Analisis Limpasan Model Dinamik Stella GISSIG Survei Tutupan Lahan Model Tangki 1. Curah Hujan 2. Evapotranspirasi 3. Debit 4. Konservasi Model Konservasi Sumberdaya Air pada Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan Analisis Keberlanjutan Kondisi Eksisting Perkebunan Kelapa Sawit Ekologi Ekonomi Sosial 1. Data Iklim 2. DataTutupan Lahan dan Tanah 3. Data Debit Gambar 8 Skema desain penelitian 34 Pengumpulan data primer meliputi: data biofisik iklim, hidrologi, tutupan lahan dan keanekaragaman hayati, data sosial budaya dan ekonomi masyarakat di wilayah perkebunan kelapa sawit, demografi, dan pengelolaan kelapa sawit pada dua lokasi afdeling salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terletak di dalam lokasi penelitian. Penutupan lahan sekarang di perkebunan kelapa sawit dan sifat-sifat tanah bahan induk diamati di lapangan dan di plot ke dalam peta kerja saat survei lapangan berlangsung. Data primer dikumpulkan dengan metode survei dengan teknik wawancara mendalam, pengamatan lapangan dan pengukuran. Wawancara mendalam indepth interview dengan responden menggunakan kuisioner terstruktur atau semi terstruktur. Sedangkan pendapat para pakar dilakukan melalui wawancara atau Focus Group Discussion FGD. Pemilihan responden disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jumlah responden yang akan diambil yaitu responden yang dianggap dapat mewakili dan memahami permasalahan yang diteliti. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode Expert Survey yang dibagi atas dua cara; 1. Responden dari masyarakat selain pakar di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan Purposive Random Sampling Walpole 1995. 2. Responden yang dipilih memiliki kepakaran sesuai dengan bidang kajian. Beberapa pertimbangan dalam penentuan pakar yang akan dijadikan responden, menggunakaan kriteria sebagai berikut: a mempunyai pengalaman yang kompoten sesuai dengan bidang yang dikaji; b memiliki reputasi, kedudukanjabatan dalam kompetensinya dengan bidang yang dikaji; c memiliki kredibilitas yang tinggi, bersedia dan atau berada pada lokasi yang dikaji. Stakeholders yang menjadi responden meliputi masyarakat atau pekebun yang memiliki perkebunan kelapa sawit dengan luasan minimal 2 ha yang berjumlah 50 orang. Jumlah responden tersebut dipilih secara acak sederhana, yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional proportional cluster random sampling. Responden dari kalangan pakar atau ahli yang dipilih secara sengaja purposive sampling dari berbagai latar belakang keahlian dan asal instansi yang disesuaikan dengan keterwakilan stakeholders. Jumlah pakar sebanyak 20 orang yang berasal dari Dinas Perkebunan ProvinsiKabupaten Konawe Utara, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Bank Bahteramas, PT. Perkebunan Nusantara XIV PTPN XIV, PT. Damai Jaya Lestari, Perguruan Tinggi Universitas Haluoleo dan Universitas Sulawesi Tenggara, Lembaga Adat dan LSM. Jenis dan sumber data penelitian disajikan pada Tabel 7. Data sekunder meliputi demografi, sosial budaya, ekonomi, pengelolaan perkebunan kelapa sawit, dan laporan serta dokumen lainnya yang relevan. Data iklim diperoleh dari stasiun BMKG Kabupaten Konawe dan peta perubahan tutupan lahan Kabupaten Konawe Utara dari Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara. Sedangkan data hidrologi sungai, yaitu data menyangkut pengukuran debit sungai dari DAS Lalindu. Data-data sekunder ini juga bersumber dari RSPOISPO, HCV, perusahaan perkebunan, instansi terkait di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Konawe Utara seperti Bappeda, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Kimpraswil, BP DAS, Badan Pertanahan Nasional BPN, Badan Pusat Statistik BPS, LSM, Kelompok Tani, dan instansi lain yang berhubungan dengan kelapa sawit, Kecamatan dan Desa dalam wilayah Kecamatan Wiwirano. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari Perguruan Tinggi seperti UNHALU, IPB, BPPT, Bakosurtanal dan Badan Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya LahanPuslitanak Bogor. Matriks tujuan, variabel data, teknik pengumpulan data, metode analisis dan output yang diharapkan dalam penelitian disajikan pada Tabel 8. Tabel 7 Jenis dan sumber data penelitian Jenis Data Sumber Data Biofisik tanah, iklim, hidrologi, tutupan lahan dan keanekaragaman hayati Primer pengukuran langsung dan sekunder dari instansi terkait Ekonomi: pendapatan dan produksi Primer wawancara dan sekunder BPS, dinasinstansi terkait dan publikasi yaitu laporanjurnal Sosial budaya: jumlah penduduk, kondisi sosial budaya, ketersediaan tenaga kerja, tingkat pendidikan, umur tenaga kerja Primer wawancara dan sekunder BPS, dinasinstansi terkait dan publikasi yaitu laporanjurnal Aspek kelembagaan: kelompok tani, penyuluhan, kelembagaan keuangan Primer dari responden dan sekunder dari BPS, dinasinstansi terkait Tabel 8 Matriks tujuan, variabel data, teknik pengumpulan data, metode analisis dan output yang diharapkan dalam penelitian No. Tujuan Variabel Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Output yang diharapkan 1 Mengkaji kondisi eksisting perubahan tutupan lahan yang terjadi dan kondisi fisik, ekonomi, sosial dan lingkungan flora dan fauna pada areal perkebunan kelapa sawit di sub DAS Lalindu, Kabupaten Konawe Utara. - Letak dan luas perkebunan kelapa sawit. - Peta topografi, kemiringan lereng , dan peta geologi. - Data sifat-sifat tanah tekstur, struktur, porositas, kedalaman tanah dan permeabilitas profil tanah - Data iklim, yang meliputi data curah hujan, kelembaban, temperatur udara dan jumlah bulan basahkering time series minimal 5 tahun terakhir. - Keanekaragaman hayati flora dan fauna Primer dan Sekunder Observasi langsung dan studi pustaka Deskriptif, tabulasi dan interpretasi peta dengan perangkat lunak GISSIG - Kondisi aktual exsisting - Masalah dan peluang pengembangan perkebunan kelapa sawit - Data hidrologi evapotranspirasi dan debit sungai. - Perubahan tutupan lahan - Data flora dan fauna 2 Mengkaji konservasi sumberdaya air dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit di sub DAS Lalindu, Kabupaten Konawe Utara.. Curah Hujan Evapotranspirasi Debit Luas cover crop Primer dan sekunder Observasi, pengukuran langsung dan studi pustaka Analisis hidrologi dengan model tangki - Karakteristik hidrologi akibat perubahan tutupan lahan - Nilai debit sub das dari akumulasi proses-proses limpasan yang terjadi - Konservasi sumberdaya air pada perkebunan kelapa sawit 3 Menyusun model konservasi sumberdaya air pada perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan di sub DAS Lalindu, Kabupaten Konawe Utara. Seluruh data yang digunakan pada analisis parsial setiap komponen konservasi sumberdaya air pada perkebunan kelapa sawit Primer dan sekunder serta responden Wawancara mendalam, kuesioner dan FGD Analisis sistem dinamis dan kajian kelembagaan Model konservasi sumberdaya air pada perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan Tahapan Analisis Data Tahapan analisis data pada penelitian ini disajikan pada Gambar 9. Adapun lokasi penelitian untuk pengamatan run offpengukuran debit dilakukan pada plot contoh, sub-sub DAS dan sub DAS Lalindu pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara disajikan pada Gambar 10. Pengamatan run offpengukuran debit pada plot contoh mewakili lahan hutan, lahan alang-alang, lahan kelapa sawit dengan kelerengan 15 dan 15 dengan penanaman leguminosae atau mulsa dan tanpa penanaman leguminosae atau mulsa. Gambar 9 Tahapan analisis data Evaluasi Tutupan Lahan Analisis Hidrologi Data penunjang : 1. Studi Pustaka 2. Data Sekunder Data penunjang : 1. Kondisi biofisik lahan 2. Curah hujan 3. Evapotranspirasi 4. Debit sungai 5. Konservasi Mulai Tank Model Mikro DAS Data penunjang : 1. Peta Topografi 2. Peta kemiringan lereng 3. Peta geologi 4. Peta Tata Guna Lahan Pen ulisan Proposal Model Dinamis K onservasi Sumberdaya Air pada Perkebunan Kelapa Sawit Rekomendasi Kebijakan Selesai Sub DAS 38 Gambar 11b Pengukuran run off pada plot contoh 4 m 4 m B B A A Tangki Pengukuran Q Plot Contoh Q Plot Contoh Q Mikro DAS Antara Q Mikro DAS Antara Q Mikro DAS Antara Q Sub DAS Q Sub DAS Q Plot Contoh Q Plot Contoh Q Mikro DAS Antara Hutan Sawit 15 Sawit 15 Alang- alang Wilayah Kebun Lain Wilayah Kebun Lain Wilayah Kebun Lain Wilayah Kebun Lain Wilayah Kebun Lain Papan Q Sub-sub DAS antara Q Sub-sub DAS antara Q Sub-sub DAS antara Q Sub-sub DAS antara Gambar 10a Pengamatan run offpengukuran debit Q Sub DAS Analisis Data Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui dinamika konservasi sumberdaya air pada perkebunan kelapa sawit yang ada saat ini. Hasil analisis ini dijadikan acuan untuk melakukan simulasi pada perumusan altematif model konservasi sumberdaya air untuk masa mendatang. Selanjutnya, hasil analisis juga dijadikan pertimbangan dalam mengimplementasikan model konservasi sumberdaya air pada perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Analisis data disesuaikan dengan tujuan penelitian. Untuk memperoleh alternatif model konservasi sumberdaya air pada perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan, data yang terukur dan kuantitatif dianalisis dengan pendekatan sistem dinamis. Secara rinci, teknik analisis data diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Penutupan Lahan

Kajian ini dilakukan untuk melihat kondisi biofisik dan tutupan lahan pada areal perkebunan kelapa sawit dan pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap kondisi dan fungsi hidrologis sub DAS Lalindu. Karakteristik biofisik lahan dianalisis secara deskriptif dan tabulasi. Untuk menganalisis perubahan tutupan lahan yang terjadi pada areal perkebunan kelapa sawit digunakan peta perusahaan PT. Damai Jaya Lestari, sedangkan analisa perubahan tutupan lahan pada DAS Lalindu adalah hasil dari interpretasi citra landsat true colour RGB Red Green Blue 543 path 113 row 62 Tahun 2006 dan Tahun 2011. Perangkat lunak komputer softwareyang digunakan yaitu sistem informasi geografis SIGgeography information systems GIS dengan format SHP. SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer, yaitu sekumpulan perangkat keras komputer, perangkat lunak, data-data geografis, manusia yang terorganisir, yang secara efisien mengumpulkan, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk data bereferensi geografis. Sistem informasi geografis SIGgeography information systems GIS Arcview, digunakan untuk membandingan peta tata guna lahan pada areal perkebunan kelapa sawit pada lima tahun yang berbeda yaitu Tahun 2006 dan Tahun 2011 tata guna lahan terakhir di perkebunan kelapa sawit. Data Tahun 2007-2010 diperoleh dari tabulasi data yang ada. Penyusunan peta penutupan lahan ini sebagai upaya untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan penduduk setempat serta untuk kepentingan pemodelan hidrologi DAS. Peta tutupan lahan pada areal perkebunan kelapa sawit Tahun 2006, selanjutnya ditumpang tindihkan overlay dengan peta tutupan lahan pada areal perkebunan kelapa sawit Tahun 2011 untuk memperoleh peta perubahan tutupan lahan areal perkebunan kelapa sawit kondisi eksisting. Adapun tahapan analisis kondisi eksisting perubahan tutupan lahan di perkebunan kelapa sawit disajikan pada Gambar 11. overlay Peta perubahan penggunaan lahan Peta tutupan lahan Tahun 2006 Peta tutupan lahan Tahun 2011 Gambar 12 Tahapan analisis kondisi perubahan penggunaan lahan 40

2. Karakteristik Hidrologi Sub DAS Kebun

Karakteristik hidrologi sub DAS kebun digunakan untuk mengkaji teknik konservasi air dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit dan pengaruhnya terhadap keberlanjutan sumberdaya air di sub DAS kebun. Tahapannya adalah sebagai berikut :

a. Analisis curah hujan

Data curah hujan diperoleh dari stasiun penangkar hujan yang ada di perkebunan kelapa sawit milik PT. Damai Jaya Lestari. Curah hujan dianggap satu-satunya masukan di dalam sistem, sehingga tidak ada masukan dari sub DAS sekitarnya. Pada penelitian ini curah hujan harian yang tersedia hanya dari satu stasiun pengamat saja sehingga data curah hujan dianggap sebagai curah hujan wilayah yang menggambarkan keadaan hujan pada sub DAS kebun. Data curah hujan dan debit air sungai untuk wilayah DAS Lalindu sangat jarang ditemukan. Meskipun ada, tidak ada kegiatan pemantauan dan pengukuran kualitas dan kuantitas air secara berkesinambungan di DAS Lalindu, sehingga data mengenai kualitas dan kuantitas air juga tidak banyak tersedia.

b. Analisis Evapotranspirasi

Besarnya nilai evapotranspirasi untuk suatu daerah penanaman dipengaruhi oleh iklim setempat seperti temperatur, kecepatan angin, radiasi matahari dan kelembaban udara. Proses transpirasi selain ditentukan oleh iklim, juga dipengaruhi oleh jenis tanaman. Evaporasi dari permukaan tanah ditentukan oleh jenis, sifat dan tingkat kelembaban tanah. Salah satu cara untuk menghitung evapotranspirasi adalah dengan menggunakan metode Penman. Dari persamaan Penman tersebut diperoleh nilai hasil penguapan dari permukaan air terbuka, E 0, dengan mempertimbangkan H dan E a, yang meliputi energi sinaran dan aerodinamika angin dan kelembaban. Nilai ET untuk iklim dan tempat tertentu dihitung dari persamaan berikut Wilson 1993: dimana : Setelah ditentukan nilai ET , kebutuhan air tanaman, ETc diperoleh dari persamaan berikut : dimana Kc adalah koefisien tanaman.

c. Analisis parameter root water uptake

Retensi dan pergerakan air dalam tanah, root water uptake dan perpindahan air dalam tanah, serta kehilangan air ke atmosfir merupakan fenomena energi. Parameter root water uptake ini diasumsikan pada suplai air bagi tanaman pada tata guna lahan dan pengaruh evapotranspirasi, parameter ini dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. ET : evapotranspirasi tanaman acuan mmhari W : faktor pembobot terkait suhu R n : radiasi bersih dalam pengauapan Wm 2 hari f u : fungsi terkait angin e s -e : selisih antara tekanan uap jenuh pada suhu udara rataan dan tekanan uap sebenarnya mmHg dimana: d. Analisis Debit Sungai Debit sungai merupakan hasil keluaran dari sub DAS pada suatu sistem neraca air. Besarnya debit sungai itu sendiri merupakan jumlah antara limpasan dengan bagian curah hujan yang jatuh langsung diterima oleh permukaan sungai dikurangi dengan evaporasi pada permukaan sungai. Data debit yang dianalisis adalah data debit harian sub DAS. e. Pembentukan Model Tangki Kegiatan manusia dalam alih fungsi lahan pada suatu kawasan DAS akan mempengaruhi karakteristik siklus hidrologi di dalamnya. Karakteristik tersebut berupa perubahan perilaku dan fungsi air. Sehubungan dengan itu dalam proses konservasi sumberdaya air pada perkebunan kelapa sawit diperlukan kajian yang berhubungan dengan dampak tutupan lahan perkebunan tersebut terhadap respon hidrologi melalui evaluasi pengukuran langsung di lapangan atau dengan simulasi menggunakan model. Pemilihan model hidrologi umumnya terkait dengan batasan waktu dan biaya. Model hidrologi yang dipilih hendaknya memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan berbagai data input sumberdaya lahan dan iklim serta mampu memprediksi pengaruhnya terhadap respon hidrologi. Model tangki merupakan model yang didasarkan pada proses hidrologis dalam suatu bentang lahan, baik itu DAS maupun sub DAS. Model tangki menggambarkan proses-proses limpasan yang terjadi pada DAS atau sub DAS yang kemudian dibentuk dalam suatu persamaan matematik. Model tangki yang dibentuk adalah empat buah tangki berhubungan yang tersusun secara vertikal. Dalam model tangki ini, keluaran dari tangki pertama menggambarkan limpasan permukaan, keluaran dari tangki kedua menggambarkan aliran antara, dan keluaran dari tangki ketiga dan keempat menggambarkan aliran dasar Gambar 12. Model ini dapat digunakan pada kondisi dimana data hidrologi yang tersedia relatif sedikit. Dengan menggunakan model ini kita dapat melakukan simulasi aliran sungai harian pada berbagai skala, seperti plot, sub-sub DAS, sub DAS maupun DAS. Pengaruh perubahan lahan terhadap aliran sungai harian juga dapat disimulasikan dengan baik oleh model ini. Modul inti dari model tangki adalah neraca harian di tingkat plot, dimulai dari kejadian hujan serta dipengaruhi oleh kelas penutupan lahan dan jenis tanah. Guna mengatasi masalah kekurangan dan kelayakan data yang tersedia, pada tahap awal kalibrasi dan validasi model perlu dilakukan. Model hasil validasi dan kalibrasi ini selanjutnya digunakan untuk melakukan simulasi dengan menggunakan berbagai skenario penggunaan lahan. up : root water uptake mm ETo : evapotranspirasi acuan mm ETc : evapotranspirasi tanaman mm u : koefisien uptake Kc : koefisien tanaman 42 f. Pembuatan Program Pembuatan program dilakukan menggunakan komputer untuk mengetahui total limpasan dan untuk pengujian kinerja parameter root water uptake. Persamaan- persamaan matematik yang merupakan penggambaran limpasan diubah ke dalam bahasa pemprograman komputer. Program yang dibuat digunakan untuk melakukan kalibrasi dan validasi model menggunakan data yang ada. Program ini dibuat pada worksheet menggunakan program Microsoft Office Excel 2007. 1. Persamaan dasar untuk tangki pertama adalah sebagai berikut: [ ] 2. Persamaan untuk tangki kedua adalah sebagai berikut: [ ] 3. Persamaan untuk tangki ketiga adalah sebagai berikut: 4. Persamaan untuk tangki keempat adalah sebagai berikut: Debit limpasan dari sungai Q dihitung dengan persamaan berikut: [ ] [ ] dimana: Xt : Tinggi kandungan air tanah KAT h a : Tinggi air tersimpan tinggi lubang outlet Z : Koefisien lubang infiltrasi keterangan: xx : kandungan air tanah mm h : tinggi lubang outlet tangki mm a : koefisien lubang outlet tangki z : koefisien lubang tangki ke arah bawah up : root water uptake mm t : waktu hari Gambar 13 Model tangki yang digunakan dalam penelitian Q debit sungai a 4 ET c inf CH up 1 h 11 h 12 h 2 z 1 z 2 a 11 a 12 a 2 xx 2 xx 1 up 2 z 3 a 3 xx 3 up 3 xx 4 up