Sikap dan persepsi positif masyarakat terhadap perkebunan kelapa sawit ini juga ditunjukkan dengan belum adanya indikasi-indikasi kerawanan sosial yang dapat
dihubungkan dengan kehadiran perkebunan kelapa sawit seperti yang dijumpai di daerah lain seperti pemblokiran areal perkebunan, penyanderaan karyawan perkebunan
maupun kerawanan sosial lainnya. Jika ada yang dianggap menegasi kegiatan perkebunan kelapa sawit maka itu masih dalam skala yang dapat ditoleransi dan dalam
bentuk yang dijamin konstitusi seperti demonstrasi. Latar belakang timbulnya demonstrasi bukan karena masyarakat menolak perkebunan kelapa sawit, tapi lebih
disebabkan karena perusahaan perkebunan kelapa sawit belum merealisasikan komitmen-komitmen yang pernah ada dalam masyarakat sehingga untuk meminimalisir
hal ini, perusahaan perlu menjalin komunikasi yang intensif dengan seluruh stakeholders perkebunan kelapa sawit di Konawe Utara khususnya di Kecamatan
Wiwirano.
Meskipun persepsi positif ini lebih dominan dalam masyarakat, tetapi masyarakat telah mengetahui pula dampak negatif dari perkebunan kelapa sawit seperti polusi dan
menurunnya tingkat kesehatan akibat kualitas lingkungan yang berubah akibat perkebunan. Dengan mulai sadarnya masyarakat terhadap dampak perkebunan maka
diharapkan para investor benar-benar memahami dan menjalankan aspek-aspek keberlanjutan. Selain itu, pemerintah daerah Kabupaten Konawe Utara, khususnya
instansi teknis yang bertanggungjawab dalam pemantauan lingkungan benar-benar menjalankan regulasi dan fungsi kontrolnya agar perkebunan kelapa sawit di Konawe
Utara benar-benar lebih bernilai positif bagi daerah dan masyarakat. Keterlibatan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pemantauan lingkungan baik secara swakarsa
dan mandiri juga benar-benar harus ditumbuh kembangkan sehingga dampak negatif dari perkebunan kelapa sawit dapat diminimalisir.
5. Keresahan Sosial
Keresahan sosial social unrest masyarakat di lokasi penelitian yang dianggap berkaitan dengan perkebunan kelapa sawit menurut hasil wawancara dengan para
informan dapat diklasifikasikan menjadi: 1 Masalah menurunnya kualitas lingkungan, 2 Masalah lapangan kerja dan 3 Masalah ganti rugi lahan masyarakat yang
terkategori Areal Penggunaan lain APL dan masuk dalam Wilayah Izin Usaha Perkebunan WIUP.
Menurunnya kualitas lingkungan tampaknya bukan lagi menjadi domain komunitas aktivis lingkungan dan ahli-ahli lingkungan saja, tetapi telah menjadi tema
umum dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian akan kelestarian lingkungan telah menjadi kebutuhan semua individu, selain ini menunjukkan bahwa
tingkat melek informasi masyarakat di wilayah penelitian telah sangat baik. Untuk menanggulangi keresahan akibat menurunnya kualitas lingkungan ini, maka tidak ada
jalan lain kecuali semua stakeholders perkebunan kelapa sawit di Konawe Utara benar- benar patuh pada ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hal ini penting untuk diperhatikan,
karena jika diabaikan maka bisa saja suatu saat sikap dan persepsi masyarakat yang positif terhadap perkebunan kelapa sawit akan berubah menjadi negatif hingga
melakukan hal-hal yang destruktif sifatnya yang akan merugikan bukan saja perusahaan dan masyarakat itu sendiri tetapi juga Konawe Utara secara umum.
Isu lapangan kerja yang diresahkan oleh masyarakat adalah seringkali perusahaan perkebunan hanya terbatas merekrut tenaga kerja dari karyawan lokal. Hal
ini menurut masyarakat lebih dimaknai sebagai keterpaksaan perusahaan untuk
68
keamanan berusaha dan patuh pada peraturan, bukan dilihat sebagai ketulusan perusahaan untuk benar-benar mengangkat derajat kehidupan masyarakat di sekitar
lokasi perkebunan. Masyarakat menyadari bahwa seringkali kompetensi yang disyaratkan untuk personalia di level manajemen baik menengah maupun atas tidak
dimiliki oleh masyarakat setempat, namun menurut para informan adalah suatu hal yang mustahil bila sekian puluh tahun perusahaan beroperasi masyarakat lokal hanya sebatas
buruh, satpam, sopir dan tukang masak saja. Untuk mengatasi hal tersebut menurut para informan, maka perusahaan perlu keseriusan dalam memikirkan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia masyarakat lokal melalui pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat lokal yang telah menjadi karyawan. Selain itu, bagi generasi
muda dan yang masih tergolong usia pendidikan, diberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan pada bidang-bidang yang berkaitan dengan perkebunan.
Kondisi Keanekaragaman Hayati Flora dan Fauna
Konversi tutupan lahan dari hutan sekunder menjadi kebun kelapa sawit berakibat pada perubahan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang berada di sub DAS
Lalindu. Penurunan keragaman genetik ini terjadi sebagai akibat dari penggantian spesies alami yang keragamannya tinggi dengan spesies vegetasi kelapa sawit yang
monokultur keragaman genetik. Beberapa keanekaragaman hayati flora dan fauna yang ditemukan diuraikan dibawah ini.
1. Flora
Struktur, keanekaan dan komposisi flora di perkebunan kelapa sawit merupakan vegetasi monokultur yang didominasi oleh kelapa sawit, tetapi masih terdapat tumbuhan
lainnya yang tumbuh secara liar di sela-sela barisan kelapa sawit. Kondisi flora di lokasi perkebunan kelapa sawit dibedakan menjadi dua yaitu vegetasi budidaya dan vegetasi
alami.
Vegetasi Budidaya. Vegetasi budidaya yang banyak dijumpai di lokasi penelitian
berupa tanaman perkebunan, tanaman pangan dan holtikultura. Vegetasi budidaya ini ditemukan di luar perkebunan kelapa sawit tetapi masih dalam areal konsesi perkebunan
kelapa sawit tersebut dan dalam wilayah sub DAS Lalindu. Jenis-jenis vegetasi budidaya di sub DAS Lalindu di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara
disajikan pada Tabel 18.
Vegetasi Alami. Vegetasi alami ditemukan pada ekosistem hutan pegunungan
rendah dan padang rumput. Lokasi ini merupakan areal HPH PT. Intisixta. Kedua ekosistem ini masing-masing didominasi oleh jenis tumbuhan yang berbeda. Pada
ekosistem hutan pegunungan rendah jenis tumbuhan yang dominan adalah semak belukar dan pada ekosistem padang rumput yang dominan adalah rumput alang-alang
Imperata cylindrica dan kayu Longkida Nauclea orientalin. Jenis-jenis vegetasi alami yang ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit disajikan pada Tabel 19.
Hasil pengumpulan data dan informasi mengenai jenis-jenis vegetasi alami yang ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit, terdapat vegetasi alami yang dilindungi
keberadaannya. Jenis-jenis vegetasi tersebut yaitu Bitai Vitex cofasus, damar Agathis damara, kedondong hutan Spondias pinata, meranti Shorea spp., palem kipas
Livistoma rotunaifolia, anggrek hutan Orchidaceae, dan kantong semar Nephentes spp..