Curah hujan. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman

Pembangunan Berkelanjutan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Konsep pembangunan berkelanjutan mengeksplorasi kaitan antara pembangunan ekonomi, kualitas lingkungan dan keadilan sosial Rogers et al. 2007. Konsep ini berawal dari pertemuan konferensi internasional lingkungan hidup di Stockholm, Swedia tahun 1972. Konferensi ini pertama kali dalam sejarah yang digagas oleh PBB. Sepuluh tahun kemudian PBB kembali menggelar konperensi tentang lingkungan hidup pada tahun 1982 di Nairobi, Kenya. Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini dibawa ke sidang umum PBB tahun 1983, dan oleh PBB dibentuk world comission on environment and development WCED yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland. Komisi ini menghasilkan dokumen Our Common Future pada tahun 1987, yang memuat analisis dan saran bagi proses pembangunan berkelanjutan. Dalam dokumen itu diperkenalkan suatu konsep baru yang disebut suatu konsep pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pengertian pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk memelihara proses ekologi dan sistem penopang hidup, melindungi keanekaragaman genetik dan pemanfaatan spesies serta ekosistem secara berkelanjutan WWF 1987 diacu dalam Rogers et al. 2007. Terdapat tiga pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan yaitu dimensi ekologi, dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Dimensi ekologi artinya optimalisasi manfaat ekologis tidak harus mengabaikan aspek ekonomi dan sosial. Dimensi sosial maksudnya tidak harus mengabaikan aspek ekonomi dan ekologis. Sedangkan dimensi ekonomi artinya tidak mengabaikan dimensi ekologi dan sosial. Dengan demikian ketiga pilar tersebut harus digerakkan secara simultan dalam perencanaan dan implimentasi pembangunan. Selanjutnya Smith dan Jalal 2000 diacu dalam Rogers et al. 2007 menjelaskan kaitan antara pembangunan berkelanjutan, lingkungan dan kemiskinan. Permasalahan lingkungan disumbang oleh dua kutub, yaitu kemiskinan yang berimplikasi pada kerusakan sumberdaya alam dan pembangunan yang berimplikasi pada degradasi lingkungan serta deplesi sumberdaya alam. Strategi atas permasalahan tersebut yaitu dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan. Pada kutub kemiskinan melalui pengurangan kemiskinan dengan beberapa programnya. Pada kutub pembangunan dilakukan integrasi antara pembangunan dengan lingkungan hidup Gambar 3. Penjelasan tersebut sejalan dengan pengertian pembangunan berkelanjutan dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan bagi umat manusia tidak rusak. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas limit pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak absolute, tetapi merupakan batas yang luwes flexible yang 16 tergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam serta kemampuan biosfir menerima dampak kegiatan manusia. Roundtable on Sustainable Palm Oil RSPO Pemerintah Indonesia secara konsisten telah, sedang dan akan tetap mendukung pengembangan komoditas sawit berkaitan dengan peranannya dalam perekonomian nasional. Dukungan tersebut tercermin dari luasnya penyediaan lahan untuk pengembangan sawit sekitar 9,8 juta ha, tersebar terutama di Sumatera dan Kalimantan. Sumberdaya manusia juga relatif tersedia di lokasi-lokasi yang dijadikan sentra pengembangan sawit, walaupun memerlukan peningkatan kapasitas capacity building agar mempunyai skill sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pengelolaan sawit Poeloengan 2002. Demikian juga dengan kondisi infrastruktur yang umumnya masih memerlukan perbaikan agar proses produksi dan pengolahan pasca panen sawit lancar dan efisien. Untuk itu, diperlukan strategi pengelolaan yang tepat dalam pengembangan kelapa sawit mulai dari perencanaan sampai ke jaringan pemasaran. Dalam perkebunan kelapa sawit, konsep keberlanjutan yang paling akhir yang dirumuskan oleh Ng 2005 dalam pertemuan internasional the 3rd roundtable on sustainable palm oil RSPO di Singapura menyebutkan bahwa perkebunan berkelanjutan merupakan usaha yang mampu memenuhi pertumbuhan ekonomi profit, perlindungan terhadap lingkungan planet dan kesetaraan sosial people. Konsep perkebunan berkelanjutan tersebut terdiri dari 8 prinsip dan 39 kriteria yang harus dipenuhi pihak pengelola agar kondisi berkelanjutan bisa terwujud Lampiran 1. Jika dipaparkan lebih rinci maka semua kriteria tersebut didasarkan pada azas: 1. Legalitas 2. Mampu memberikan keuntungan secara ekonomi bagi semua pihak berupa peningkatan pendapatan SDA rusak Pembangunan Berkelanjutan Reduksi kemiskinan 1. Pemenuhan kebutuhan dasar 2. Kontrol demografi 3. Kontrol penggunaan common property 4. Meningkatkan produktivitas ReduksIntegrasi Pembangunan lingkungan 1. Amdal 2. Teknologi ramah lingkungan 3. Kontrol mitigasi 4. Energi terbarukan Permasalahan Lingkungan: Pencemaran, Degradasi Lahan, Perubahan Iklim SDA rusak Kemiskinan Pembangunan Gambar 3 Keterkaitan pembangunan berkelanjutan, lingkungan dan kemiskinan Rogers et al. 2007