Radiasi matahari. Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat

16 tergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam serta kemampuan biosfir menerima dampak kegiatan manusia. Roundtable on Sustainable Palm Oil RSPO Pemerintah Indonesia secara konsisten telah, sedang dan akan tetap mendukung pengembangan komoditas sawit berkaitan dengan peranannya dalam perekonomian nasional. Dukungan tersebut tercermin dari luasnya penyediaan lahan untuk pengembangan sawit sekitar 9,8 juta ha, tersebar terutama di Sumatera dan Kalimantan. Sumberdaya manusia juga relatif tersedia di lokasi-lokasi yang dijadikan sentra pengembangan sawit, walaupun memerlukan peningkatan kapasitas capacity building agar mempunyai skill sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pengelolaan sawit Poeloengan 2002. Demikian juga dengan kondisi infrastruktur yang umumnya masih memerlukan perbaikan agar proses produksi dan pengolahan pasca panen sawit lancar dan efisien. Untuk itu, diperlukan strategi pengelolaan yang tepat dalam pengembangan kelapa sawit mulai dari perencanaan sampai ke jaringan pemasaran. Dalam perkebunan kelapa sawit, konsep keberlanjutan yang paling akhir yang dirumuskan oleh Ng 2005 dalam pertemuan internasional the 3rd roundtable on sustainable palm oil RSPO di Singapura menyebutkan bahwa perkebunan berkelanjutan merupakan usaha yang mampu memenuhi pertumbuhan ekonomi profit, perlindungan terhadap lingkungan planet dan kesetaraan sosial people. Konsep perkebunan berkelanjutan tersebut terdiri dari 8 prinsip dan 39 kriteria yang harus dipenuhi pihak pengelola agar kondisi berkelanjutan bisa terwujud Lampiran 1. Jika dipaparkan lebih rinci maka semua kriteria tersebut didasarkan pada azas: 1. Legalitas 2. Mampu memberikan keuntungan secara ekonomi bagi semua pihak berupa peningkatan pendapatan SDA rusak Pembangunan Berkelanjutan Reduksi kemiskinan 1. Pemenuhan kebutuhan dasar 2. Kontrol demografi 3. Kontrol penggunaan common property 4. Meningkatkan produktivitas ReduksIntegrasi Pembangunan lingkungan 1. Amdal 2. Teknologi ramah lingkungan 3. Kontrol mitigasi 4. Energi terbarukan Permasalahan Lingkungan: Pencemaran, Degradasi Lahan, Perubahan Iklim SDA rusak Kemiskinan Pembangunan Gambar 3 Keterkaitan pembangunan berkelanjutan, lingkungan dan kemiskinan Rogers et al. 2007 3. Secara sosial tidak mengganggu kondisi sosial yang sudah ada seperti kearifan lokal, adat istiadat dan budaya setempat 4. Secara ekologi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup setempat berupa penurunan kualitas lahan, air dan udara, pengurangan biodiversitas dan plasma nutfah lokal. Dari semua konsep keberlanjutan tersebut nampak bahwa aspek pengelolaan pada proses produksi masih dominan dibandingkan dengan pengelolaan pasca panen. Hal ini disebabkan oleh kontribusi terhadap dampak kepada lingkungan, ekonomi dan sosial didominasi oleh proses produksi, yang sejalan dengan luasnya areal produksi, banyaknya petani dan tenaga kerja yang dioperasikan dibandingkan dengan pengolahan pasca panen. Dengan demikian, usaha peningkatan efisiensi penggunaan sarana produksi, tenaga kerja dan mitigasi polusi terhadap lingkungan pada proses produksi akan berimbas jauh lebih besar dibandingkan pengolahan pasca panen Ng 2005. Untuk kasus di Indonesia, dimana kebun kelapa sawit sudah luas dan akan terus ditingkatkan untuk masa mendatang maka aspek produksi ini menjadi semakin penting untuk dikelola dengan lebih profesional sesuai dengan konsep dari RSPO tersebut. Interaksi semua kegiatan tersebut akan mampu mendukung tercapainya perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang menurut Reijntjes et al. 2005 dicirikan oleh: 1. Mantap secara ekologis: pola yang dianjurkan mampu memelihara kualitas lingkungan dan kemampuan agro-ekosistem secara keseluruhan, dan manusia, hewan, tanaman, sampai ke organisme tanah dan air bisa ditingkatkan. 2. Bisa berlanjut secara ekonomis, kebutuhan petani bisa tercukupi dari hasil usahatani kelapa sawit meliputi kebutuhan petani sendiri dan pengembalian tenaga dan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan kelapa sawit. 3. Mantap secara sosial yang meliputi : a Adil, bahwa semua sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga semua kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi serta hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal, bantuan teknis dan peluang pemasaran terjamin; b Manusiawi, semua bentuk kehidupan dasar semua makhluk dihargai, dihormati, dan hubungan institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar seperti : kearifan lokal, kepercayaan, kejujuran, kerjasama dan lain-lain; dan c Luwes, kondisi dimana masyarakat desa mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usahatani yang terus berlangsung, misalnya : pertambahan penduduk, kebijakan pemerintah, dan permintaan pasar. Indonesian Sustainable Palm Oil System ISPO Indonesian Sustainable Palm Oil System ISPO adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertanian. Tujuan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia, ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan. Peraturan ini diharapkan menjadi jawaban atas keraguan pasar dunia atas produk kelapa sawit Indonesia, bahwa produk kelapa sawit Indonesia juga memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan hidup sebagaimana dapat dilihat dalam Prinsip dan Kriteria ISPO. Berbeda dengan RSPO Roundtable Sustainable Palm Oil yang sudah terlebih dahulu ada, ISPO merupakan mandatory kewajiban yang harus