Meteorologi Water resource conservation model on sustainable palm oil (Case study Sub watershed Lalindu, North Konawe, South East Sulawesi province )
52
Secara morfologi, sistem perakaran kelapa sawit bersifat mudah menyerap air. Namun karena tanaman kelapa sawit mempunyai tipe perakaran dangkal, sehingga
umumnya tidak toleran terhadap cekaman kekeringan, yang sangat membatasi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit Harahap et al. 2003. Pada tanaman kelapa
sawit, cekaman kekeringan dapat menghambat pembukaan pelepah daun muda, merusak hijau daun yang menyebabkan daun tampak menguning dan mengering, dan
pelepah daun tua terkulai dan patah. Pada fase reproduktif cekaman kekeringan menyebabkan bunga dan buah muda mengalami keguguran dan tandan buah gagal
menjadi masak yang pada akhirnya mengakibatkan gagal panen dan menurunkan produksi tandan buah segar hingga 10-40 dan CPO hingga 21-65 Siregar et al.
1998.
Dampak negatif cekaman kekeringan tidak saja berpengaruh terhadap produksi, juga berakibat pada rendahnya produksi pada tahun kedua efek lanjutan. Hal ini
menunjukkan bahwa pemulihan setelah tanaman mengalami cekaman kekeringan relatif lama sampai mencapai keadaan normalnya. Dari hasil analisis Siregar et al. 1998
dilaporkan bahwa akibat kekeringan yang terjadi di Sumatera Selatan Lampung dan Palembang, produksi minyak menurun 8-10 setiap defisit air 100 mm pada tahun
berikutnya, dan 3-4 pada tahun kedua. Walaupun demikian, tingkat kerusakan atau kerugian tergantung pada defisit air, umur tanaman dan tipe kelapa sawit.
Akar kelapa sawit diketahui memiliki jarak transfer yang luas. Lambourne 1935 diacu dalam Harahap et al. 2003. menunjukkan akar primer kelapa sawit dewasa dapat
mencapai 21 m dari batang pokoknya. Distribusi kuantitatif akar tersier dan kuarter secara horizontal ditentukan oleh umur tanaman dan hal ini penting untuk rekomendasi
dalam melakukan strategi pemupukan. Selama 6 tahun setelah tanam TST, distribusi akar mencerminkan perkembangan kanopi, dan seringkali sekitar 2,5 m dari titik pokok
tanaman pada umur ≤ 2,5 TST. Bahkan pada beberapa varietas, akar kelapa sawit pada umur 4,5
– 8,5 TST dapat mencapai 0-2,5 m dan 2,5-5 m dari batang pokok.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Perubahan Tutupan Lahan di Sub DAS Lalindu Kabupaten Konawe Utara
1. Klasifikasi tutupan lahan Hasil klasifikasi tutupan lahan land cover di Sub DAS Lalindu pada Tahun
2006 dan Tahun 2011 terbagi atas 9 tipe tutupan lahan yaitu sawah tadah hujan, hutan rawa, pemukiman, badan air, perkebunan kelapa sawit, savanaalang-alang, semak
belukartanaman penutup tanah, pertanian lahan kering agroekosistem dan hutan. Terbentuknya tutupan lahan ini disebabkan oleh kondisi topografi areal penelitian yang
sangat bervariasi mulai dari datar, bergelombang dan berbukit. Hasil klasifikasi tutupan lahan berdasarkan interpretasi citra landsat Tahun 2006 dan 2011 disajikan pada
Lampiran 3. Luasan masing-masing tipe tutupan lahan disajikan pada Tabel 11 dan Lampiran 4.
Hasil tabulasi luas tutupan lahan menunjukkan bahwa tutupan lahan untuk sawah, hutan rawa, pemukiman, dan badan air menjadi bagian terkecil dalam tutupan
lahan pada sub DAS Lalindu yaitu sebesar 1,15 pada Tahun 2006 kemudian berkurang menjadi 1,11 pada Tahun 2011. Pada ekosistem budidaya banyak
ditemukan tanaman-tanaman budidaya baik sawah maupun kebun masyarakat. Sebagian agroekosistem merupakan lahan transmigrasi. Sawah tadah hujan dijumpai di Desa
Rauta dan Desa Tirowanua termasuk di daerah Wiwirano yang jaraknya cukup jauh dari Rauta. Sejumlah areal sawah di Desa Rauta diairi melalui jaringan irigasi sederhana
yang dibuat pada Tahun 1995 yang lalu.
Tabel 11 Tutupan lahan di sub DAS Lalindu Kabupaten Konawe Utara Tahun 2006 dan 2011
No. Kelas tutupan lahan 2006
2011 Perubahan
ha ha
ha 1
Sawah 268,61
0,08 268,61
0,08 2
Hutan Rawa 709,89
0,22 709,89
0,22 3
Pemukiman 758,07
0,24 623,66
0,20 -134,41
4 Badan Air
1.931,25 0,61
1.925,22 0,61
-6,03 5
Perkebunan kelapa sawit
2.855,75 0,90
11.033,09 3,48
+8.177,34 6
Savana 4.484,86
1,42 3.253,08
1,03 -1.231,78
7 Semak Belukar
13.302,13 4,20
11.821,30 3,73
-1.480,83 8
Pertanian Lahan Kering
30.043,91 9,49
27.308,12 8,62
-2.735,79 9
Hutan 260.298,70
82,20 257.724,19
81,38 -2.574,51
Keterangan : + peningkatan luas area, - penurunan luas area