Flora Water resource conservation model on sustainable palm oil (Case study Sub watershed Lalindu, North Konawe, South East Sulawesi province )
Anoa Bubalus depressicornis H.Smith Gambar 25 adalah jenis mamalia yang dilindungi pada lokasi penelitian dan merupakan spesies endemik. Anoa semakin hari
semakin langka dan sulit ditemukan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir anoa dataran rendah Bubalus depressicornis H.Smith yang menjadi maskot Provinsi
Sulawesi Tenggara jarang terlihat lagi. Karena itu sejak tahun 1986, IUCN Red List Tabel 20 Jenis-jenis fauna yang berada di sub DAS Lalindu di Kabupaten Konawe
Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara No.
Nama LokalIndonesia
Nama Ilmiah Keterangan
1 2
3 4
a. Mamalia 1.
Babi Sus vitasus
2. Anoa
Bubalus depressicornis Dilindungi
3. Rusa
Cervus sp. 4.
Kerbau Bubalus bubalis
5. Tupai
Lariscus insignis 6.
Tikus Ratus sp.
b. Primata 1.
Monyet Macaca sp.
Dilindungi 2.
Kuskus Beruang Ailurops ursinus
Dilindungi c. Aves
1. Alap-alap
Accipiter trinotatus 2.
Ayam hutan Gallus gallus
3. Burung Gereja
Passer domestica 4.
Elang Spizactus cirrtatus
5. Fetegho
Dacula bicolor 6.
Gagak Carvus sp
7. Manumbaraea
Phaenicophaeus cholophaeus 8.
Nuri Eos hitria
Dilindungi 9.
Pipit Lonchuro hugacastro
10. Raja Udang
Pelegopsis melanorhychu 11.
Tekukur Settopelia chinensis
12. Tighi
Gallicrus cinerea 13.
Rangkong Aarhyticeros cassidix
14. Kakatua
Cacatua alba Dilindungi
d. Reptil 1.
Ular piton Phyton sp
2. Biawak
Verenus bengalensis 3.
Kadal Mabanya multifasiata
4. Buaya
Crocodylus sp. e. Amphibi
1. Katak
Rana sp. 2.
Katak sungai Limnonectes sp.
3. Katak Batu
Bufo melanostictus
Sumber : Data primer, 2011
72
memasukkan kedua jenis anoa ini dalam status konservasi Genting Endangered, EN. IUCN Red List of Threatened Species atau disingkat IUCN Red List adalah daftar
yang membahas status konservasi berbagai jenis makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan oleh IUCN International Union for the
Conservation of Nature and Natural Resources, Serikat Antarbangsa bagi Konservasi Alam. Anoa Bubalus depressicornis H.Smith termasuk suku Bovidae. Binatang ini
mirip kerbau tetapi pendek serta lebih kecil ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Panjang badan kurang lebih 175 cm, dengan tinggi 80 cm, dan beratnya sekitar 200 kg.
Anoa binatang berkuku genap, di setiap kakinya terdapat 4 buah kuku, dua kuku di belakang lebih kecil dan tidak memecah tanah. Rambut badannya halus, warna
bervariasi dari coklat hingga coklat tua kehitam-hitaman. Umumnya yang jantan berwarna lebih gelap dari pada betina. Anak anoa mempunyai bulu halus yang tebal
berwarna coklat keemasan. Kepala anoa bertanduk pendek sebanyak 2 buah, berbentuk lurus ke belakang serta meruncing dan agak memipih serta berlobang di tengah. Tanduk
ini merupakan senjata untuk mempertahankan diri. Satwa ini bisa menjadi berbahaya apabila terdesak. Habitat anoa adalah di hutan dataran rendah dan hutan berawa.
Binatang ini suka berkubang di lumpur dan merendam diri di air waktu pagi dan sore hari. Makanannya berupa rumput-rumputan dan pucuk tumbuhan. Anoa merupakan
satwa endemik Sulawesi dan telah dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar 1931 No. 266 Depdagri 1995.
Gambar 26 Anoa Bubalus depressicornis H.Smith
Jenis primata yang dilindungi pada lokasi penelitian yaitu monyet Macaca brunnescensM. ochreata Gambar 26 dan kuskus beruang Sulawesi Ailurops
ursinus. Kuskus beruang Sulawesi Ailurops ursinus Gambar 27 merupakan salah satu jenis hewan endemik Pulau Sulawesi yang dilindungi oleh peraturan pemerintah
No. 7 Tahun 1999. Hewan yang masuk dalam daftar merah spesies terancam IUCN 2008 ini adalah anggota dari genus Ailurops. Kuskus beruang Sulawesi adalah hewan
marsupial dan dari keluarga Phalangeridae. Bentuk tubuhnya yang besar seperti kucing bahkan bisa lebih ukurannya. Kuskus beruang Sulawesi ini ukurannya sangat besar
dibandingkan dengan para kerabatnya famili phalangeridae, oleh sebab itu mamalia ini disebut dengan kuskus beruang Sulawesi karena bentuk tubuhnya seperti beruang.
Jenis-jenis burung yang ditemukan di wilayah penelitian masih ditemukan beberapa burung yang dilindungi seperti burung nuri dan kakatua. Identifikasi
tumbuhan, satwa dan tanda-tanda keberadaan satwa yang ada di dalam areal perkebunan kelapa sawit sebagai indikasi dari HCV.
Gambar 27 Monyet Macaca brunnescensM. ochreata
Gambar 28 Kuskus beruang Sulawesi Ailurops ursinus
Dampak Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Sumberdaya Air
Jenis dan intensitas dampak lingkungan fisik-kimia dan biologi tanah, sosial dan ekonomi akibat perubahan vegetasi alami dari lahan yang dikonversi menjadi kebun
kelapa sawit tergantung pada kondisi vegetasi alami lahan yang dikonversi. Kasus pengembangan kelapa sawit di Propinsi Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Barat dan
Lampung dengan mengkonversi lahan yang kurang produktif dengan vegetasi hutan semak belukar, kebun durian yang sudah tua, hutan bambu dan kebun jengkol
memperlihatkan perubahan lingkungan flora fauna biologi tidak nyata. Perubahan fisik yang cukup nyata adalah menurunnya produktivitas lahan akibat terjadinya erosi
terutama pada lahan dengan kondisi topografi berlereng. Perubahan lingkungan sosial yang menonjol adalah konflik kepemilikan lahan karena adanya perubahan luasan dan
status kepemilikan lahan. Dampak ekonomi yang terjadi adalah meningkatnya nilai atau harga lahan, terbukanya kesempatan kerja bagi petani yang berujung pada
peningkatan pendapatan petani dan keluarganya IPB 2000.
Tata kelola sektor publik mengenai air didasarkan pada asumsi akses kepada pengawasan data yang menyeluruh dan kuantitatif. Akan tetapi di Indonesia, dinas-dinas
lingkungan di tingkat propinsi dan kabupaten secara umum tidak dapat memberikan
74
informasi yang luas dan terpercaya, sehingga terdapat pemahaman yang terbatas tentang penggunaan air untuk perkebunan minyak kelapa sawit yang berdampak kepada sungai,
danau, dan aquifer air tanah.
Perkebunan kelapa sawit merupakan perkebunan yang diterapkan secara monokultur pada suatu lahan. Adanya perubahan penggunaan lahan dari hutan alami ke
sistem tanaman monokultur seperti perkebunan kelapa sawit akan merubah sistem dan tatanan neraca air yang ada di wilayah tersebut. Karena mekanisme tanamannya yang
monokultur, baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap neraca air lahan dan ketersediaan air di wilayah tersebut.
Pengaruh langsung akibat adanya konversi lahan dari hutan menjadi tanaman monokultur menunjukkan bahwa penebangan hutan menyebabkan terjadinya kenaikan
aliran permukaan sebesar 624 mmtahun dan menyebabkan berkurangnya air tanah yaitu rata-rata sebesar 53,2 mmbln. Selain itu, kemampuan peresapan air pada DAS berhutan
lebih besar 34,9 mmbln dibandingkan dengan DAS tidak berhutan Onrizal 2005. Penurunan debit dan volume air serta peningkatan keragamannya kemungkinan
disebabkan oleh penurunan curah hujan dan perubahan tataguna lahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pawitan 1999 yang menyatakan bahwa perubahan pola tutupan lahan
berdampak pada penurunan ketersediaan air wilayah akibat meningkatnya fluktuasi musiman dengan gejala banjir dan kekeringan yang semakin ekstrim.
Pawitan 2002 juga mengemukakan bahwa perubahan tutupan lahan dengan memperluas permukaan kedap air menyebabkan berkurangnya infiltrasi, menurunkan
pengisian air bawah tanah recharge dan meningkatkan aliran permukaan run off. Penurunan muka air tanah secara langsung mempengaruhi penurunan debit dan
peningkatan run off secara langsung mempengaruhi peningkatan debit.
Konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit terus berlangsung sampai saat sekarang walaupun di Indonesia sudah tersedia lahan kritis dan
lahan terlantar dalam skala yang sangat luas, sekitar 30 juta hektar, sebagai akibat aktifitas pembukaan danatau eksploitasi hutan untuk berbagai keperluan. Penebangan
hutan secara ilegal yang menjadi daerah resapan air ketika dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama terjadinya banjir. Secara ekologis,
tanaman sawit sangat banyak membutuhkan air, namun tidak mampu menangkap air dalam jumlah besar artinya, perkebunan kelapa sawit bukan areal yang bisa dijadikan
tangkapan air Manurung 2000.
Konversi hutan untuk berbagai penggunaan terjadi hampir di seluruh DAS, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan. Sementara itu,
berdasarkan Undang-Undang No. 192004 tentang Kehutanan, proporsi minimal luasan hutan dalam suatu DAS adalah 30 dan tersebar secara proporsional.
Perubahan tutupan hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit diyakini telah menyebabkan erosi di DAS Taman Nasional Bukit Barisan Kabupaten Kaur, terutama
pada awal pembukaan lahan. Proses pembukaan lahan telah menyebabkan hilangnya tegakan vegetasi yang menutupi permukaan tanah sehingga terjadi kehilangan bahan
organik lebih cepat dan kerusakan terhadap struktur tanah. Peluang terjadinya degradasi lahan oleh aliran permukaan run off dan erosi akan semakin besar bila terdapat curah
hujan yang tinggi dan erosif 2.500 mmtahun dan kemiringan lereng yang curam serta pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Menurut Susswein
et al. 2001, tanah hutan mempunyai laju infiltrasi yang tinggi dan jumlah pori yang relatif banyak sejalan dengan aktivitas biologi tanah dan turn over perakaran.
Strategi Konservasi Sumberdaya Air pada Areal Perkebunan di Sub DAS Lalindu
Isu mengenai terganggunya tata air yang disebabkan kelapa sawit telah merebak sebagai isu lingkungan. Pertanaman kelapa sawit dinilai sebagai penyebab
berkurangnya ketersediaan air tanah dan dapat menurunkan muka air tanah. Berbagai tantangan tersebut di atas dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan
volume ekspor minyak kelapa sawit dan produksi turunannya. Padahal pengembangan sektor pertanian masih merupakan program utama pembangunan ekonomi Indonesia,
karena menyangkut sebagian besar hajat hidup rakyat Indonesia. Subsektor yang berperan penting dalam pembangunan sektor pertanian adalah perkebunan. Salah satu
komoditas andalan perkebunan tersebut adalah kelapa sawit, yang memiliki andil yang signifikan dalam menyumbang penerimaan negara, penyediaan kesempatan kerja, dan
pengembangan wilayah.
Perubahan fungsi tata guna lahan menjadi perkebunan kelapa sawit akan sangat mempengaruhi keadaan air di lahan yang terkonversi tersebut. Untuk itu, diperlukan
suatu tindakan konservasi air untuk mencegah dampak buruk dari perubahan tutupan lahan tersebut. Konservasi air prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah
seefesien mungkin dan pengaturan aliran sehingga tidak terjadi banjir pada musim hujan serta terdapat cukup air pada musim kemarau. Upaya konservasi sumberdaya air
dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan bencana kekeringan dan kelebihan air yang mungkin timbul akibat adanya alih fungsi lahan. Keikutsertaan masyarakat dalam
mendukung adanya program konservasi sumberdaya air ini sangat dibutuhkan.
Beberapa strategi konservasi air pada perkebunan kelapa sawit diuraikan di bawah ini.
1. ISPO Indonesian Sustainable Palm Oil Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan
keberlanjutan industri minyak kelapa sawit Indonesia, adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm OilISPO. Peraturan ini diharapkan menjadi jawaban atas keraguan pasar dunia atas produk kelapa sawit
Indonesia, bahwa produk kelapa sawit Indonesia juga memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan hidup sebagaimana dapat dilihat dalam prinsip dan kriteria
ISPO. Penerapan ISPO ini merupakan kewajiban mandatori kepada pelaku usaha kegiatan pembangunan perkebunan di Indonesia. Sertifikat ISPO merupakan
momentum sebagai kekuatan tambahan supaya minyak sawit Indonesia dapat diterima sebagai produk ramah lingkungan.
Implementasi sertifikat ISPO ini sesuai dengan UUD 1945 dan tuntutan pembangunan serta pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan sesuai
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19PermentanOT.14032011 tentang pedoman perkebunan kelapa sawit berkelanjutan IndonesiaISPO. ISPO ini mencakup 7 prinsip,
42 kriteria, dan 128 indikator Lampiran 2.
Ke tujuh prinsip ini adalah sistem perizinan dan manajemen perkebunan, penerapan pedoman teknis budidaya dan pengolahan
kelapa sawit, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, tanggung jawab terhadap pekerja, tanggung jawab sosial dan komunitas, pemberdayaan kegiatan ekonomi
masyarakat.
Kebijakan nasional membangun standar perkebunan kelapa sawit lestari di Indonesia perlu didukung. Implementasi ISPO dalam jangka panjang memiliki nilai
strategis, yaitu pertama, mengurangi ketergantungan pada standar sawit lain yang
76
merugikan pengembangan perkelapasawitan nasional. Kedua, meminimalkan citra negatif sekaligus membangun citra positif pekebun sawit nasional di hadapan pembeli.
Ini seiring sosialisasi standar, isi, dan implementasi ISPO pada pembeli CPO dan stakeholder sawit lainnya. Mengimplementasikan standar perkebunan kelapa sawit tidak
sederhana, perlu memadukan kepentingan produsen, konsumen, pemerintah, serta organisasi internasional. Standar juga harus berdasar hasil konsolidasi ilmu
pengetahuan, teknologi dan pengalaman, dan bertujuan pada keuntungan optimal bagi masyarakat. Karena itu, setiap tahap implementasi ISPO mutlak direncanakan,
dievaluasi, dan direvisi dengan baik. Standar RSPO tetap perlu diperhatikan, karena sering menjadi acuan pembeli kawasan lain. Jaminan bahwa isi RSPO tercakup dalam
ISPO sangat penting. Dengan standar ISPO dapat menjelaskan dan membuktikan secara ilmiah bahwa perkebunan kelapa sawit dapat menjaga lingkungan dan melindungi
masyarakat setempat dan berharap ISPO dapat berperan nyata dalam meningkatkan kinerja, daya saing, dan keberlanjutan komoditas sawit Indonesia.
2. HCV = High Conservation Value atau Nilai Konservasi Tinggi Salah satu prinsip dasar dari konsep HCV adalah bahwa wilayah-wilayah
dimana dijumpai atribut yang mempunyai nilai konservasi tinggi tidak selalu harus menjadi daerah dimana pembangunan tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, konsep HCV
mensyaratkan agar pembangunan dilaksanakan dengan cara yang menjamin pemeliharaan danatau peningkatan HCV tersebut. Dalam hal ini, pendekatan HCV
berupaya membantu masyarakat mencapai keseimbangan rasional antara keberlanjutan lingkungan hidup dengan pembangunan ekonomi jangka panjang.
Di sektor sumberdaya terbaharui, HCV digunakan sebagai alat perencanaan untuk meminimalisasi dampak-dampak ekologi dan sosial yang negatif dalam pembangunan
perkebunan. Sebagai contoh, kriteria kelapa sawit yang terbaharui yang digunakan oleh organisasi multipihak Roundtable on Sustainable Palm Oil RSPO mensyaratkan
bahwa untuk mendapatkan sertifikasi pengelolaan yang keberlanjutan dari RSPO, pembangunan perkebunan baru harus menghindari konversi kawasan yang diperlukan
untuk mengelola HCV yang ada.
3. Kebijakan tata ruang untuk daerah sempadan sungai Garis sempadan sungai tanpa dataran banjir mengacu kepada peraturan
perundangan tentang sempadan sungai, yaitu 100 m kanan dan kiri sungai dihitung dari tepi sungai untuk sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sepanjang
alur sungai Peraturan Pemerintah RI No. 38 Tahun 2011, Peraturan Menteri PU No. 63 Tahun 1993. Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar
kegiatan perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas sumberdaya yang ada pada sungai termasuk danau dan waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuannya. Tujuan dari penetapan garis sempadan sungai adalah sebagai berikut :
1. Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di sekitarnya
2. Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumberdaya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga
fungsi sungai 3. Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.
Dalam RTRW Kabupaten Konawe Utara Nomor 3 Tahun 2008, Kawasan Kecamatan Wiwirano, Kecamatan Wataraki dan Kecamatan Asera merupakan kawasan
fungsi penyangga untuk mengantisipasi perkembangan di pusat kota. Fungsi kegiatan kawasan lokasi kajian adalah dalam bidang jasa, pertanianperkebunan, industri non
polutif, permukiman dan perdagangan. Arahan pemanfaatan ruang kawasan sempadan sungai sebagai kawasan lindung setempat, Perda No. 3 Tahun 2008 adalah:
1. Tidak diperkenankan bagi kegiatan permukiman seperti perumahan, industri, dan fasilitas sosial dan fasilitas umum.
2. Tidak diperkenankan bagi pengembangan persawahan, sedangkan bagi kegiatan ladangtegalan, perkebunan dan peternakan tutupan lahan iijinkan secara
terbatas. Pembatasan dapat dilakukan berupa pembatasan kegiatan dan pembangunan minimum.
3. Diperkenankan bagi kegiatan pariwisata, dengan izin penggunaan bersyarat. Izin berupa izin tutupan lahan yang memiliki potensi dampak penting terhadap
kawasan di sekitarnya. 4. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah. Tanaman penutup tanah ini
selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses
pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode vegetatif untuk konservasi air termasuk antara lain: penanaman penutup tanah TPT atau legume cover crops LCC yang berfungsi untuk menekan
pertumbuhan gulma, melindungi tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, melindungi tanah dari tetesan langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan
menjaga kelembaban tanah menambah kesuburan tanah sebagai pupuk hijau Ditjenbun 2007. Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah,
tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat teras. Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk
hijau. Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah, sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke
dalam tanah Arsyad, 2000.
Pada areal perkebunan kelapa sawit di lokasi penelitian menunjukkan bahwa salah satu upaya konservasi sumberdaya air yang dilakukan adalah dengan menanam tanaman
penutup tanah cover crops berupa tanaman kacangan legume yang dapat melindungi tanah dari erosi permukaan baik yang disebabkan oleh run off maupun titik-titik air
hujan Gambar 28. Penanaman tanaman kacangan dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. Data realisasi obyek kerja menanam kacangan di perkebunan
kelapa sawit PT. Damai Jaya Lestari yang merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berada di areal DAS Lalindu dengan periode penanaman sejak Tahun
2005-2012 disajikan pada Tabel 21 dan data realisasi obyek kerja menyisip kacangan di perkebunan kelapa sawit PT. Damai Jaya Lestari periode Tahun 2005-2012 disajikan
pada Tabel 22.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa realisasi obyek kerja menanam kacangan legume di perkebunan kelapa sawit PT. Damai Jaya Lestari periode Tahun 2005-2012
pada 9 afdeling yang dimiliki oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Damai Jaya Lestari seluas 4.206,78 ha. Hal ini menunjukkan bahwa masih tersisa lahan perkebunan
78
Gambar 29 Penanaman tanaman penutup tanah cover crops berupa tanaman kacangan legume pada perkebunan kelapa sawit di lokasi penelitian
kelapa sawit yang belum ditanami oleh tanaman penutup tanah cover crops yaitu sekitar 15.793,22 ha dari total luas konsesi yang dimiliki perusahaan tersebut yaitu
20.000 ha.
Penutupan tanah juga dapat mengurangi evaporasi dan menjaga kelembaban tanah.
Tanaman legume memiliki peran penting dalam usaha perkebunan berkelanjutan
karena kemampuannya dalam merehabilitasi lahan yang
terdegradasi dan produktivitasnya
rendah. Manfaat lain dari tanaman legume adalah meningkatkan bahan
organik dalam tanah, memperbaiki kesuburan tanah serta sifat kimia, fisika, dan biologi tanah.
Selain itu, tanaman legume juga berfungsi untuk
mencegah butiran hujan jatuh langsung ke permukaan tanah dan menyebabkan pengikiran tanah, dan untuk
menghambat laju aliran air hujan dan meningkatkan laju infiltrasi air masuk ke dalam tanah
. Batang dan daun tanaman legume dapat digunakan sebagai pakan ternak. Beberapa jenis legume juga menghasilkan buah yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber gizi nabati bagi manusia. Besarnya luasan lahan untuk konservasi adalah
sebesar 30 dari luas perkebunan kelapa sawit yang ditanami. Penanaman tanaman kacangan ini dilakukan secara bercampuran tidak hanya satu
jenis. Jenis LCC yang ditemukan di perkebunan kelapa sawit pada lokasi penelitian terdiri dari 3 jenis yaitu:
1.
Pueraria javanica Benth. Benth.
Pueraria javanica Benth. Benth. dalam sistematika taksonomi tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 21 Data realisasi obyek kerja menanam kacangan di perkebunan kelapa sawit PT. Damai Jaya Lestari periode Tahun 2005-2012
Tabel 22 Data realisasi obyek kerja menyisip kacangan di perkebunan kelapa sawit PT. Damai Jaya Lestari periode Tahun 2005-2012 No.
Tahun Realisasi Pekerjaan pada Afdeling ha
I II
III V
VI.A VI.B
VII VIII
IX Total
1 2005
- -
- -
- -
- -
- -
2 2006
- -
- -
- -
- -
- -
3 2007
- -
- -
- -
- -
- -
4 2008
- -
- -
- -
- -
- -
5 2009
- -
- -
- -
- -
- -
6 2010
- -
10 -
- -
- -
- 10
7 2011
- -
- -
25,00 -
- -
140,32 165,32
8 2012
77,14 77,14
34,85 127,14
26,50 -
77,14 77,14
- 497,05
Total 77,14
77,14 44,85
127,14 51,50
- 77,14
77,14 140,32
672,37 No.
Tahun Realisasi Pekerjaan pada Afdeling ha
I II
III V
VI.A VI.B
VII VIII
IX Total
1 2005
- -
- -
- -
- -
- -
2 2006
- -
- -
- -
- -
- -
3 2007
- 100
- -
266,08 -
- -
- 366,08
4 2008
140,53 392
- 469,06
- -
- 48
- 1.049,59
5 2009
194,60 50
676,43 40
125,50 -
391,50 318
160 1.956,03
6 2010
123 15
86,50 -
2,50 15
166,08 254
70 732,08
7 2011
- -
- -
- -
53 -
50 103
8 2012
- -
- -
- -
- -
- -
Total 458,13
557 762,93
509,06 394,08
15 610,58
620 280,00
4.206,78
Gambar 30 Pueraria javanica Benth. Benth Pueraria javanica Benth. Benth.termasuk jenis kacangan menjalarmerambat
dengan batang keras dan berbulu. Daun berbulu, berbentuk oval atau seperti jantung hati dengan ukuran 3-5 cm. warna daun hijau kekuningan Gambar 29. Bunga Pueraria
javanica Benth. Benth.berkelompok dan berwarna keputihan. Kacangan ini mampu menghasilkan biji yang banyak dan pertumbuhannya cepat, sehingga pada 5-6 bulan
setelah tanam penutupannya dapat mencapai 90-100 dan pada tahun pertama di areal kelapa sawit akan didominasi oleh kacangan ini Prawirosukarto et al. 2003.
Selain itu, Pueraria javanica Benth. Benth tahan bersaing dengan gulma dan
dapat menghasilkan banyak serasah, agak tahan terhadap naungan dan kekeringan. Pada saat tajuk daun kelapa sawit sudah saling menutupi, pertumbuhan kacangan ini akan
berkurang dan akan didominasi oleh jenis kacangan lainnya. Menurut Murniati 2002 tanaman herba penutup tanah yang termasuk kedalam genus Pueraria dapat mengurangi
pertumbuhan alang-alang secara efektif. Pueraria javanica Benth. Benth dapat mencegah pertumbuhan alang-alang dan dalam beberapa kasus dapat membasmi alang-
alang. Tanaman ini dapat membentuk naungan yang mengurangi vitalitas alang-alang dan pada saat yang sama meningkatkan kesuburan tanah hampir di seluruh areal alang-
alang yang terdegradasi.
Penanaman Pueraria javanica Benth. Benth untuk meningkatkan kandungan N dan C organik tanah pada lahan alang-alang memiliki pengaruh yang signifikan.
Kandungan N bertambah lebih dari 2 kali lipat dari 0,07 pada kondisi awal menjadi 0,16 setelah 24 bulan. Tetapi jumlah ini belum cukup untuk memperkaya kandungan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta Division
: Magnoliophyta Class
: Magnoliopsida Subclass
: Rosidae Order
: Fabales Family
: Fabaceae Genus
: Pueraria Spesies
: Pueraria javanica Benth. Benth.
Gambar 31 Calopogonium mucunoides Desv. nitrogen tanah pada kondisi normal. Selain itu, tanaman ini membentuk iklim mikro
yang baik dan meningkatkan aktivitas tumbuhan dan binatang mikro. Pueraria javanica Benth. Benth merupakan salah satu tumbuhan legume tropis
terbaik untuk melilit gulma dan memiliki perakaran yang dalam. Sebagai penutup tanah, tanaman ini dapat menutup alang-alang setelah 1 tahun dan untuk mencegah tumbuh
kembalinya alang-alang sekaligus meningkatkan kesuburan tanah pada waktu yang sama Murniati 2002.
2.
Calopogonium mucunoides Desv.
Calopogonium mucunoides Desv. dalam sistematika taksonomi tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Calopogonium mucunoides Desv. adalah sejenis legume yang menjalar. Tanaman ini bermanfaat untuk merehabilitasi lahan yang terdegradasi, meningkatkan bahan
organik tanah, memperbaiki kesuburan tanah, melindungi tanah dari butiran air hujan, dan mencegah erosi pada lahan yang berlereng. Calopogonium mucunoides
Desv.disajikan pada Gambar 30.
Tanaman ini dapat tumbuh baik sampai ketinggian 300 m dpl, agak tahan terhadap
naungan dan lahan kering, bentuk daun elips dan berukuran kecil, warna hijau, permukaan daun agak licin. Produksi daun basah dapat mencapai sebesar 20-40 ton ha
dan produksi biji mencapai 1000 kg ha Prawirosukarto et al. 2003. Kingdom
: Plantae Subkingdom
: Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Order : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Calopogonium
Spesies : Calopogonium mucunoides Desv.
82
Gambar 32 Centrosema pubescens Benth.