Distribusi Asimilat Produktivitas Tanaman

Laju peningkatan berat kering tanaman CGR mencapai maksimum ± pada 60 – 90 HST dengan rata-rata nilai CGR 19,6 ± 4,2 gm 2 hari Ketring et al. 1982. Pertambahan berat kering daun dan batang meningkat mengikuti kurva sigmoid hingga maksimum pada 90 – 100 HST. Berat kering akar terhadap berat kering tanaman hanya signifikan pada 2 minggu pertama pertumbuhan. Pada 80 HST berat akar hanya 2-4 dari berat kering tanaman. Bunga kacang tanah berwarna kuning dan merupakan bunga sempurna. Bunga muncul pada 25 – 30 HST, jumlahnya mencapai maksimum 2 – 4 minggu kemudian untuk kemudian menurun pada periode pengisian biji. Pada bagian pangkal bunga terdapat ovari bakal biji. Setelah terjadi penyerbukan dari dasar bunga muncul suatu struktur yang disebut ginofor. Ginofor tumbuh memanjang secara “geonasti” menembus permukaan tanah. Pada kedalaman ± 3 – 8 cm dari permukaan tanah ginofor berhenti tumbuh, mulai menyerap air dan hara, dan mengembang membentuk polong. Pada kondisi awal bobot kering polong lebih didominasi oleh kulit polong. Biji mulai berkembang setelah polong mencapai ukuran maksimumnya. Pertambahan jumlah polong awalnya lambat untuk kemudian meningkat secara linier. Menurut Ketring et al. 1982, laju pertambahan berat kering polong PGR rata-rata dapat mencapai 8,3 ± 2,1 gm 2 hari.

2.3.2. Tahapan Pertumbuhan Kacang Tanah

Kacang tanah mampu menghasilkan 100 – 200 bungatanaman Oentari 2008, tetapi ternyata hanya ± 19 saja yang berkembang menjadi polong. Pada saat panen sebagian besar polong berada dalam berbagai tahapan dan ukurannya terlalu kecil untuk dipasarkan. Periode pertumbuhan kacang tanah secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa fase pertumbuhan yang saling overlapping yaitu fase perkecambahan, fase pertumbuhan vegetatif, fase awal berbunga, fase pembentukan ginofor, fase pembentukan polong, fase pengisian biji, fase pemasakan Maria 2000. Famili kacangan Leguminosae merupakan penimbun protein dan lignin dalam bijinya sehingga peningkatan hasilnya berhubungan dengan perbaikan laju fiksasi nitrogen dan karbon Avice et al. 1996. Sinclair dan deWit 1978 menyatakan legum mempunyai sifat “self destruktif” saat sebagian besar N harus ditranslokasikan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan biji. Hal ini juga akan memperpendek periode pengisian biji. Kacang tanah termasuk tanaman dengan respon plastis terhadap lingkungan. Suatu genotipe plastis menguntungkan saat kondisi stress karena mampu berproduksi walaupun total bahan kering sangat sedikit, tapi saat kondisi optimum kebutuhan organ vegetatif akan bahan kering menguat Squire 1993. Pertumbuhan kacang tanah dapat dibagi menjadi fase vegetatif dan fase reproduktif. Fase vegetatif dibagi menjadi 3 stadia yaitu perkecambahan, pembukaan kotiledon dan perkembangan daun hingga awal pembungaan 26- 30HST. Fase reproduktif dibagi menjadi 9 stadia yaitu stadia pembungaan R1, stadia pembentukan ginofor R2, stadia pembentukan polong R3, stadia ukuran polong penuhmaksimum R4, stadia pembentukan biji R5, stadia biji penuh R6, stadia pemasakan biji R7, stadia masak panen R8 dan stadia polong lewat masak R9 Trustinah 1993.

2.3.3. Variasi Hasil

Produktivitas tanaman dapat meningkat dengan memproduksi lebih banyak buah per unit area atau memperbesar ukuran buah. Pada kacang tanah jumlah polong dan ukuran polong boot 100 biji adalah faktor penentu hasil Howell, 2001. Karakter jumlah polong amat dipengaruhi oleh lingkungan dan manajemen sedangkan ukuran buah dipengaruhi oleh sifat genetik Cahaner dan Ashri 1974. Jumlah polong merupakan fungsi dari faktor lingkungan dan manajemen termasuk populasi tanaman, jarak tanam, produksi bunga dan ginofor Howell 2001. Kondisi yang dapat meningkatkan jumlah bunga pada awal periode pembungaan dapat mempengaruhi hasil. Akan tetapi masalahnya adalah rendahnya persentase bunga yang menjadi polong dan jumlah bunga yang dihasilkan tiap-tiap hari sangat bervariasi sehingga banyaknya bunga yang dihasilkan tidak banyak mempengaruhi hasil. Jumlah ginofor tinggi juga tidak menjamin jumlah polong tinggi karena pembentukan ginofor menjadi polong dipengaruhi oleh temperatur pada siang dan malam hari. Maksimum pembentukan polong terjadi pada suhu 30 – 33 o C sama seperti CGR. Duncan et al. 1978 menerangkan bahwa adanya variasi hasil antara empat kultivar kacang tanah di Amerika Serikat dengan tipe pertumbuhan merambat runner dan tegak ditentukan oleh tiga proses fisiologi yaitu pembagian asimilat antara bagian vegetatif dan reproduktif faktor partisi, lamanya periode pengisian biji dan kecepatan pembentukan polong. Makin besar faktor partisi, makin lama periode pengisian biji, dan semakin cepat serta serempaknya pembentukan polong maka makin tinggi hasil yang ditunjukkan kultivar tersebut. Ketring et al. 1982 menyatakan bahwa karakteristik tanaman kacang tanah yang menentukan hasil adalah jumlah polong yang terbentuk, partisi asimilat selama periode pengisian polong, dan lamanya pengisian polong. Duncan et al. 1978 menyatakan bahwa karakter fisiologi yang menentukan hasil kacang tanah adalah jumlah polong, distribusi asimilat ke polong tinggi sehingga nilai PGR Pod Growth Rate tinggi, dan lamanya periode pengisian biji. Kultivar kacang tanah dengan peningkatan jumlah polong tertinggi memberikan hasil polong tertinggi. Dengan tidak adanya perbedaan laju peningkatan berat kering tanaman, sehingga fotosintesis potensial diasumsikan relatif sama maka pembagian asimilat yang banyak ke dalam polong dapat mempengaruhi hasil. Peningkatan berat kering polong PGR yang relatif sama dapat meningkatkan hasil secara nyata dengan periode pengisian yang lebih lama. Jumlah polong per unit area menentukan perbedaan hasil polong antar genotipe kacang tanah dan perbedaaan ini dipengaruhi oleh Crop Growth Rate pada fase R6 – R7 Phakamas et al. 2008. Proses produksi bahan kering bervariasi tergantung pada genotipe, kondisi lingkungan dan teknik budidaya yang dilakukan. Howell 2001 menyatakan bahwa jumlah polong merupakan faktor penentu hasil kacang tanah yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan iklim dan manajemen sedangkan ukuran polong lebih dipengaruhi sifat genetik. Perubahan alokasi karbon fotosintat dalam tanaman yang mengalami stress tumbuh dapat disebabkan adanya hambatan dalam “floem loading” sukrosa atau rendahnya kapasitas sink Khanna-Chopra 2000. Pemahaman tentang perbedaan produksi bahan kering antara kultivar, kondisi lingkungan dan teknik budidaya sangat