Perbandingan Varietas Berdasarkan Bobot Polong Per Tanaman

4.5.3. Perbandingan Varietas Berdasarkan Persentase Polong Penuh Per Tanaman

Karakter persentase polong penuh nyata berkorelasi positif dengan karakter kapasitas source bobot kering batang pada 42 HST r = 0.68 dan sangat nyata berkorelasi negatif dengan karakter kapasitas sink jumlah ginofor pada 70 HST r = -0.86 Lampiran 7. Dengan demikian kemampuan tanaman untuk mengisi polong dapat dilihat dari peubah karakter persentase polong penuh, bobot batang 42 HST dan jumlah ginofor 70 HST. Walaupun nilainya kecil, karakter- karakter ini dipengaruhi oleh genetik Lampiran 6. Hasil uji ragam gabungan pada dua musim tanam didapatkan adanya perbedaan antara varietas pada peubah persentase polong penuh, bobot batang 42 HST dan jumlah ginofor 70 HST Tabel 31. Apabila 70 persen polong yang dihasilkan tanaman saat panen terisi penuh dan bobot kering batang 42 HST mencapai 4.0 digunakan sebagai kriteria, maka 8 varietas tergolong menghasilkan rata-rata persentase polong penuh diatas 70 dengan bobot kering batang yang relatif tinggi pada 42 HST. Hanya 4 varietas yang persentase polong penuhnya dibawah 70 dan bobot kering batangnya pada 42 HST rendah Gambar 16. Tabel 31. Rata-rata nilai bobot batang pada 42 HST, jumlah ginofor pada 70 HST dan persentase polong penuh kacang tanah pada dua musim tanam Varietas Bobot batang 42 HST Jumlah ginofor 70 HST polong penuh Badak 2.56 d 40.58 abc 68.54 b-e Gajah 5.22 ab 31.25 bcd 72.10 bcd Garuda3 4.29 abc 23.92 d 74.85 a-d Jerapah 4.45 abc 22.67 d 83.20 a Kancil 4.48 abc 30.67 bcd 79.28 ab Kelinci 3.07 cd 45.17 ab 64.80 de Kidang 5.65 a 33.75 bcd 74.62 a-d Mahesa 4.76 abc 30.00 cd 78.70 abc Panter 3.54 bcd 49.92 a 67.99 cde Pelanduk 4.28 abc 45.00 ab 74.81 a-d Sima 3.81 bcd 43.17 abc 61.06 e Turangga 4.18 a-d 40.17 abc 70.45 bcde KK 30.7 29.9 11.0 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 Pada MT-2010, bobot batang 42 HST nyata berkorelasi positif dengan jumlah cabang Lampiran 9. Ini berarti terdapat kecenderungan tanaman dengan jumlah cabang banyak memiliki bobot batang tinggi. Inanaga dan Yoshihara 1997 menyatakan bahwa daun-daun dalam batang utama merupakan penyuplai asimilat untuk pengisian biji, sedangkan daun-daun pada cabang menghasilkan asimilat untuk kebutuhan akar dan bintil akar. Kondisi ini diduga yang menyebabkan adanya hubungan korelasi positif antara bobot batang 42 HST dengan persentase polong penuh. Polong-polong pada varietas dengan bobot batang tinggi dan jumlah cabang banyak pada awal pembentukan ginofor 42 HST akan mendapatkan cukup asimilat untuk mengisi tanpa harus bersaing dengan bagian tanaman yang lain. Bobot Kering Batang 42HST -a s e p o lo n g p e n u h 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 85 80 75 70 65 60 Turangga Sima Pelanduk Panter Mahesa Kidang Kelinci Kancil Jerapah Garuda3 Gajah Badak Gambar 16 Perbandingan varietas berdasarkan bobot kering batang 42 HST dan persentase polong penuh per tanaman. Badak, Sima, Kelinci dan Panter, selain memiliki bobot kering 42 HST yang rendah, varietas-varietas ini juga menghasilkan jumlah ginofor pada 70 HST yang lebih banyak daripada varietas-varietas yang menghasilkan persentase polong lebih dari 70 Gambar 17. Pelanduk merupakan satu-satunya varietas dengan bobot batang 42 HST, yang jumlah ginofor pada 70 HST dan persentase polong penuhnya tergolong tinggi. Jumlah ginofor 70HST -a s e p o lo n g p e n u h 50 45 40 35 30 25 20 85 80 75 70 65 60 Turangga Sima Pelanduk Panter Mahesa Kidang Kelinci Kancil Jerapah Garuda3 Gajah Badak Gambar 17 Perbandingan varietas berdasarkan jumlah ginofor 70 HST dan persentase polong penuh per tanaman. Bunga dan ginofor kacang tanah terbentuk terus dengan pertambahan umur tanaman. Dalam hierarki sink, polong yang sudah terbentuk lebih dahulu merupakan sink yang kuat Wardlaw 1990, sedangkan ginofor yang muncul kemudian kemungkinan tidak akan membentuk polong Trustinah 1993. Banyaknya ginofor tampaknya akan menjadi masalah karena menjadi pesaing bagi polong yang sedang mengisi. Hal ini dimungkinkan karena letak polong di dalam tanah dan berada pada buku-buku yang lebih bawah daripada ginofor yang lebih muda. Wardlaw 1990 menyebutkan bahwa akar merupakan kompetitor asimilat yang lemah, walaupun beberapa umbi menunjukkan sebagai sink dominan.

4.5.4. Matrik Perbandingan Varietas

Berdasarkan perbandingan varietas, keduabelas varietas yang diuji kemudian dimasukkan dalam suatu matrik dan hasilnya ditampilkan dalam Tabel 32. Varietas dengan bobot polongtanaman yang relatif lebih baik ditandai dengan kemampuan menghasilkan jumlah polongtanaman lebih dari 15 polong. Varietas-varietas ini ada yang mampu mendistribusikan bahan kering lebih banyak ke dalam polong Indeks Panen tinggi, atau menghasilkan bahan kering yang lebih besar dengan jumlah dan bobot polong yang relatif sama dengan varietas yang IP-nya tinggi Indeks Panen rendah. Empat dari lima varietas, yaitu Badak, Panter, Sima dan Pelanduk, yang memiliki rataan bobot polong dan jumlah polongtanaman relatif lebih baik daripada ketujuh varietas lainnya, menghasilkan jumlah ginofor pada periode akhir pengisian biji 70 HST yang tinggi pula. Polong-polong yang terbentuk lebih dahulu telah menjadi sink yang dominan sehingga tanaman hanya mampu menghasilkan bunga dan ginofor. Badak, Panter dan Sima dengan jumlah ginofor yang tinggi, menunjukkan persentase pengisian polong penuh yang tergolong rendah. Hal ini dikarenakan ginofor yang terus terbentuk selama periode pengisian biji akhirnya menjadi pesaing bagi polong yang sedang mengisi untuk mendapatkan asimilat. Kancil dan Pelanduk menunjukkan pola pertumbuhan yang berbeda dengan ketiga varietas lainnya karena kedua varietas ini tergolong mampu cepat tumbuh mengumpulkan bahan kering pada awal fase generatif ILD dan bobot batang 42 HST, sehingga diduga dapat segera mengisi polong yang sudah terbentuk. Lamanya fase pengisian polong mengakibatkan lebih banyak polong yang dapat terisi penuh. Hal ini dikarenakan lamanya periode pengisian polong merupakan salah satu karakter yang menentukan hasil polong Duncan et al. 1978; Ketring et al. 1982. Tanaman yang mendistribusikan asimilat lebih banyak ke dalam polong indeks panen tinggi tidak berarti persentase polong penuhnya tinggi. Dua dari lima varietas yang nilai indeks panennya tinggi, yaitu Badak dan Panter, memiliki persentase polong penuh rendah. Hal ini diduga karena kedua varietas ini tidak tergolong varietas yang memiliki kemampuan source yang tinggi kapasitas dan aktivitas, tetapi mampu menghasilkan banyak polong, sehingga terkendala asimilat yang dapat didistribusikan untuk pengisian polong source limited. Tabel 32. Matrik perbandingan karakter dua belas varietas kacang tanah Varietas Bobot Kering Batang 42 HST ILD 42 HST ILD 70 HST Jumlah ginofor 70 HST Jumlah polong tanaman Persentase Polong penuh Indeks Panen Bobot polong tanaman Badak O O O T T O T T Gajah T T O O O T T O Garuda3 T T O O O T T O Jerapah T T T O O T O O Kancil T T O O T T T T Kelinci O O O T O O O O Kidang T T T O O T O O Mahesa T T T O O T O O Panter O O O T T O T T Pelanduk T T T T T T O T Sima O O T T T O O T Turangga T O T T O T O O Keterangan : T = tinggi O = rendah