Laju Akumulasi Bahan Kering

ginofor dibandingkan varietas lainnya. Beberapa varietas tampak masih menambah jumlah ginofornya pada periode akhir pengisian biji 70-91 HST seperti Panter, Kelinci, Sima, Badak dan Gajah. Penambahan jumlah ginofor pada periode ini berdampak pada berkurangnya asimilat untuk pengisian biji, bahkan walaupun polong terbentuk, pengisian biji tidak maksimal karena waktu pengisian yang tidak mencukupi. Pada MT-2010 tidak ditemukan adanya perbedaan antar varietas dalam menghasilkan ginofor. Varietas Mahesa, yang menghasilkan total bunga paling sedikit, menghasilkan rataan jumlah ginofor yang lebih banyak dibandingkan varietas lain. Gambar 7 memperlihatkan data persentase bunga yang menjadi ginofor. Banyaknya ginofor yang dihasilkan ternyata tidak selalu menghasilkan polong yang banyak, karena rataan jumlah polongtanaman Mahesa tidak lebih baik daripada varietas lain lihat juga Tabel 16. Gambar 7 Pertambahan jumlah ginofor per tanaman pada MT-2010. Jumlah ginofor yang dihasilkan pada MT-2010 cenderung lebih banyak daripada MT-2007, akan tetapi persentase ginofor yang menjadi polong pada MT- 2010 lebih kecil Tabel 17. Apabila jumlah polongtanaman dibandingkan dengan total jumlah ginofor pada 42 HST, maka rata-rata ginofor yang kemudian menjadi polong pada MT-2007 sebesar 46,2, sedangkan pada MT-2010 hanya sebesar 22,8. Rata-rata persentase bunga yang menjadi ginofor pada MT-2010 sekitar 88,2 . 20 40 60 80 100 120 42 56 70 84 Hari Sesudah Tanam Badak Gajah Garuda3 Jerapah Kancil Kelinci Kidang Mahesa Panter Pelanduk Sima Turangga Tabel 17. Persentase ginofor jadi polong pada MT-2007 dan MT-2010 Varietas MT-2007 MT-2010 Badak 35.46 a-d 25.51 Gajah 54.27 a 32.93 Garuda 42.21 a-d 29.71 Jerapah 56.90 a 22.57 Kancil 40.76 a-d 27.96 Kelinci 28.88 bcd 25.85 Kidang 46.94 a-d 15.74 Mahesa 49.72 abc 19.82 Panter 26.47 cd 23.88 Pelanduk 52.40 ab 22.01 Sima 38.98 a-d 25.25 Turangga 24.07 d 16.93 KK 30.4 36.8 Keterangan:angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 Untuk mendapatkan produksi polong dan biji yang maksimal, maka bunga dan ginofor kacang tanah harus banyak terbentuk pada periode awal periode generatif sehingga ada cukup waktu untuk melakukan pengisian biji. Akan tetapi, seperti juga tanaman kacang-kacang lainnya, tidak semua bunga yang terbentuk menjadi ginofor dan tidak semua ginofor menjadi polong. Sehingga peubah jumlah bunga dan ginofor sulit digunakan sebagai indikator keberhasilan produksi kacang tanah.

4.3.2. Kapasitas Sink

Kapasitas sink menggambarkan jumlah dan ukuran sink yang harus diisi. Pengamatan kapasitas sink meliputi jumlah polong, bobot polong dan bobot 100 biji.

4.3.2.1. Jumlah dan Bobot Polong

Jumlah bunga yang muncul menunjukkan adanya perbedaan antar varietas. tetapi jumlah ginofor yang dihasilkan pada fase awal pembentukan ginofor 42 HST tidak ditemukan adanya perbedaan antar varietas. Perbedaan jumlah ginofor muncul pada fase pengisian biji 70 HST dan menjelang panen 91 HST. Walaupun terdapat perbedaan dalam ginofor yang dihasilkan, akan tetapi jumlah polong yang dihasilkan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata Tabel 18. Sementara itu, bobot polong antara varietas berbeda hanya pada 70 HST, namun perbedaan ini tidak ditemukan lagi pada saat menjelang panen 91 HST dan saat panen. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan antar varietas dalam kecepatan pengisian biji dan waktu panen. Varietas yang cepat mengisi polong atau biji diduga akan memiliki waktu panen yang juga lebih cepat. Pada MT-2007, komponen hasil tanaman yang berupa jumlah polong total, polong penuh, cipo dan persentase polong penuh per tanaman tidak menunjukkan perbedaan antar varietas Tabel 19. Pada Tabel 19 terlihat bahwa tidak semua varietas mampu menghasilkan rata-rata 15 polongtanaman. Rata-rata jumlah polongtanaman hanya mencapai 14.50 polong, kecuali Badak yang dapat menghasilkan rata-rata jumlah polongtanaman sebesar 17.45 polong. Rata-rata jumlah polongtanaman yang kurang dari 15 ditemukan pada varietas Sima, yaitu sebesar 10.75 polongtanaman. Rata-rata persentase polong cipo adalah 3.5 dari jumlah polong total per tanaman. Tabel 18. Rataan jumlah ginofor, jumlah polong dan bobot polong per tanaman pada MT-2007 Varietas Jumlah ginofor Jumlah polong Bobot polong g 42 HST 70 HST 91 HST 70 HST 91 HST 70 HST 91 HST Badak 10.67 1.35 abc 34.00 a 9.00 18.67 5.38 d 20.11 Gajah 11.00 1.35 abc 9.67 cd 15.67 19.83 14.02 ab 24.52 Garuda3 13.67 1.14 bcd 14.33 a-d 15.83 17.17 14.50 a 21.60 Jerapah 14.00 1.04 cd 6.17 d 15.67 23.17 11.13 a-d 24.74 Kancil 13.33 1.06 cd 22.83 a-d 19.33 20.50 13.47 abc 21.89 Kelinci 20.67 1.50 ab 30.33 ab 16.33 22.83 13.02 abc 23.32 Kidang 15.50 1.07 cd 17.67 a-d 16.00 18.00 12.17 a-d 21.45 Mahesa 12.00 1.02 cd 10.50 bcd 8.33 17.83 6.50 cd 20.45 Panter 18.17 1.59 a 27.17 abc 20.17 21.17 13.81 ab 27.65 Pelanduk 11.17 0.89 d 11.33 bcd 12.33 18.67 8.97 a-d 20.33 Sima 14.67 1.40 abc 20.17 a-d 14.17 21.83 10.89 a-d 29.51 Turangga 13.67 1.22 a-d 30.33 ab 11.33 15.67 7.29 bcd 23.23 KK 32.8 20.5 27.2 31.9 20.3 33.4 24.3 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 Kecepatan pengisian polongbiji mengindikasikan adanya perbedaan antar varietas. Varietas yang cepat mengisi polongbiji akan menghasilkan lebih