Bobot 100 Butir Kapasitas Sink

70 HST berbeda antar varietas, sedangkan kadar TNC dalam batang tidak terdapat perbedaan antar varietas. Selisih kadar TNC antara 42 dan 70 HST dalam daun tidak berbeda antar varietas, tetapi selisih kadar TNC dalam batang berbeda antar varietas. Apabila antara kadar TNC pada periode pengisian biji dengan jumlah atau persentase polong penuh berkorelasi nyata positif, maka terdapat kemungkinan aliran asimilat untuk pengisian polongbiji. Kadar TNC batang saat 70 HST ditemukan hanya cenderung berkorelasi positif dengan jumlah polong penuh P0,06; r = 0.44. Kadar TNC dalam daun dan batang pada 70 HST umumnya masih meningkat, sehingga diduga asimilat untuk pengisian biji lebih banyak diperoleh dari kegiatan fotosintesis pada periode pengisian polongbiji daripada retranslokasi asimilat. Pada varietas Kidang, Badak, Jerapah dan Gajah terdapat selisih positif antara kadar TNC 42 dan 70 HST dalam batang, sedangkan pada Sima dan Kelinci, kadar TNC pada 70 HST lebih rendah daripada saat 42 HST, sehingga nilai selisihnya negatif Tabel 26. Persentase polong penuh pada Sima dan Kelinci berada di bawah 70. Nilai ini lebih rendah daripada persentase polong penuh keempat varietas lainnya. Kondisi ini menimbulkan dugaan bahwa menurunnya kandungan asimilat batang pada 70 HST mengakibatkan penurunan asimilat menuju polong yang berakibat sebagian polong kurang atau tidak terisi.

4.4.2. Translokasi

13 C Pengamatan translokasi karbon dilakukan dengan menggunakan gas isotop 13 C sebagai penjejak. Varietas kacang tanah yang digunakan adalah Sima dan Jerapah. Dua varietas ini dipilih karena keduanya memiliki perbedaan dalam bahan kering yang diakumulasikan, hasil polong dan pengisian polong. Pada setiap kondisi PAR, varietas Sima mempunyai kemampuan fotosintesis yang lebih tinggi daripada Jerapah. Nilai CER dari kedua varietas mencapai maksimum sekitar 4.5 – 5 µmolCO 2 m 2 s dengan rata-rata 4,3 µmolCO 2 m 2 s pada Sima dan 3,3 µmolCO 2 m 2 s pada Jerapah Tabel 27. Nilai ini lebih rendah dari yang dicapai oleh varietas kacang tanah yang digunakan Senoo dan Isoda 2003, yang mencapai 8,8–10,4 µmolCO 2 m 2 s. Hasil CER yang dicapai oleh kedua varietas ini menunjukkan rendahnya fotosintesis kacang tanah yang akan berkontribusi pada rendahnya kemampuan mengakumulasi bahan kering dan produktivitas tanaman. Cuaca pada saat pengukuran tergolong cerah berawan dengan rata-rata PAR sekitar 990,3 µmolCO 2 m 2 s . Tabel 27. Rata-rata hasil pengukuran kondisi umum tanaman kacang tanah pada fase reproduktif Varietas Suhu udara Suhu daun CER Konduktivitas stomata Transpirasi …. o C…. µmolCO 2 m 2 s mmol m 2 s mmol m 2 s Sima 35,8 34,0 4,3 0,3 9,6 Jerapah 36,6 34,6 3,3 0,3 10,3 Selama proses feeding berlangsung, suhu dan kelembaban udara di dalam rak plastik dicatat. Suhu di dalam rak plastik tercatat cukup tinggi, yaitu mencapai 40 – 41 o C dengan kelembaban udara rata-rata antara 68 - 78 . Kondisi di dalam rak plastik ini akan mempengaruhi kecepatan laju pertukaran CO 2 tanaman. Pada Gambar 8 ditunjukkan bahwa peningkatan suhu daun menyebabkan penurunan CER, dengan nilai CER = 20.79 + 0.4879 Tdaun r 2 = 52.9. Apabila suhu daun mencapai 40 o C, maka CER hanya berkisar 1.27 µmolm2s. Temperatur daun C E R m m o l m 2 s 37 36 35 34 33 32 31 7 6 5 4 3 2 S 0.856715 R-Sq 52.9 R-Sqadj 50.7 CER = 20.79 - 0.4879 Tdaun Gambar 8 Hubungan meningkatnya suhu daun T dengan laju CER. Pada akhirnya rendahnya laju CER ini berdampak pada akumulasi bahan kering tanaman. Rata-rata berat kering tanaman yang diakumulasikan pada umur 10 MST mencapai 25.6 gtanaman untuk Sima dan 24.2 gtanaman untuk Jerapah. Hasil ini cukup rendah apabila dibandingkan dengan berat kering tanaman umur