BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Potensi Pasar Non-Tradisional Asia Sebagai Tujuan Ekspor
serta Analisis Daya Saing Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia Periode 2003-2010
Untuk mengetahui negara-negara non-tradisional Asia yang berpotensi dijadikan tujuan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia dapat
dilihat dari posisi pasar yang diperoleh dengan menggunakan metode Export Product Dynamic
EPD. Posisi pasar “Rising Star” merupakan posisi pasar yang ideal sehingga pada posisi tersebut diperoleh negara-negara non-tradisional Asia
yang berpotensi dijadikan tujuan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia. Posisi pasar “Lost Opportunity” juga masih dapat dijadikan tujuan
ekspor produk makanan dan minuman olahan. Hal ini terkait pada posisi tersebut terjadi peningkatan permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan dari
negara-negara non-tradisional Asia, akan tetapi Indonesia tidak menyediakan jumlah ekspor yang sesuai dengan peningkatan permintaan dari negara tujuan.
Sedangkan posisi pasar “Falling Star” dan “Retreat” tidak mencerminkan potensi pasar non-tradisional Asia sebagai tujuan ekspor produk makanan dan minuman
olahan Indonesia. Hal tersebut terkait dengan terjadinya penurunan permintaan ekspor dari negara-negara non-tradisional Asia sebagai tujuan ekspor.
Sementara itu, untuk mengetahui daya saing produk makanan dan minuman olahan di negara tujuan ekspor digunakan metode Revealed
Comparative Advantage RCA. Nilai RCA yang lebih besar dari satu
menunjukkan bahwa produk-produk yang dianalisis memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat sehingga dapat dipacu untuk berorientasi
ekspor ke negara tujuan. Sedangkan, nilai RCA yang kurang dari satu menunjukkan bahwa produk-produk yang dianalisis tidak memiliki keunggulan
komparatif atau produk tersebut berdaya saing lemah sehingga sebaiknya tidak dipacu untuk berorientasi ekspor ke negara tujuan.
Berdasarkan hasil estimasi EPD diperoleh bahwa negara-negara non- tradisional Asia yang berpotensi untuk dijadikan tujuan ekspor produk roti, kue,
biskuit, dan produk lainnya yang sejenis, yaitu Bahrain, India, Camboja, Macao, dan Thailand. Namun, hasil estimasi RCA menunjukkan bahwa daya saing produk
yang lemah terdapat di Camboja. Hal ini dikarenakan selama periode tahun 2003- 2009 produk tersebut di Camboja kalah saing dengan produk yang dihasilkan
negara eksportir lainnya yang memiliki kualitas lebih bagus dibandingkan dengan yang dihasilkan Indonesia. Namun, pada tahun 2010 produk ini berdaya saing
kuat di Camboja yang menunjukkan kualitas produk ini sudah menjadi lebih baik sehingga Indonesia memiliki kesempatan untuk mengekspor produk tersebut ke
Camboja. Sementara itu, Malaysia masih dapat dijadikan tujuan ekspor karena produk tersebut memiliki daya saing yang kuat dan terjadi peningkatan
permintaan di Malaysia sebesar 7,21 persen meskipun ekspor Indonesia atas produk tersebut ke Malaysia turun sebesar 6,52 persen. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki kesempatan untuk mendorong pemasaran ekspor produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang sejenis ke Malaysia.
Sedangkan, di Sri Lanka dan Pakistan produk ini berdaya saing kuat namun tidak berpotensi ekspor karena terkait terjadinya penurunan permintaan ekspor di Sri
Lanka sebesar 3,92 persen dan di Pakistan sebesar 0,44 persen walaupun pangsa ekspor di kedua negara tersebut meningkat. Akan tetapi, produk ini tidak memiliki
posisi pasar dan berdaya saing di Turki karena selama periode analisis tidak ada nilai perdagangan antar Indonesia dengan Turki.
Tabel 5.1. Hasil Estimasi EPD dan RCA Produk Roti, Kue, Biskuit, dan Produk Lainnya yang Sejenis
Sumber: UN Comtrade, 2012 diolah Pertumbuhan Pertumbuhan
Pangsa Pasar Pangsa Pasar
Ekspor Produk
Bahrain 29.20
3.55 Rising Star 2.13 Kuat
India 53.56
1.86 Rising Star 2.66 Kuat
Camboja 29.56
1.85 Rising Star 0.88 Lemah
Lebanon 19.84
-7.24 Falling Star 0.28 Lemah
Sri Lanka 12.54
-3.92 Falling Star 5.05 Kuat
Macao 7.45
5.87 Rising Star 1.72 Kuat
Malaysia -6.52
7.21 Lost Opportunity 5.14 Kuat
Pakistan 3741.95
-0.44 Falling Star 3.96 Kuat
Thailand 5.83 3.34 Rising
Star 10.91 Kuat
Turki 0.00
0.00 −
− −
Nilai RCA Nilai EPD
Daya Saing Negara
Posisi Pasar
Negara-negara non-tradisional Asia yang berpotensi ekspor produk kembang gula adalah Bahrain, India, dan Kamboja. Namun, produk ini pun
memiliki daya saing yang lemah di Camboja. Hal ini dikarenakan selama periode tahun 2003-2008 produk ini berdaya saing lemah dan baru memperoleh daya
saing yang kuat pada tahun 2009 dan 2010. Walaupun rataan hasil estimasi RCA menunjukkan daya saing yang lemah, tetapi pada tahun 2009 dan 2010 diperoleh
daya saing yang kuat sehingga Indonesia masih memiliki kesempatan ekspor ke Camboja. Hal ini pun terkait dengan adanya peningkatan permintaan ekspor yang
ditunjukkan oleh pangsa pasar produk di Camboja sebesar 1,85 persen dan peningkatan pangsa pasar ekspor sebesar 235,29 persen. Sementara itu, Macao,
Malaysia, Thailand, dan Turki juga masih dapat dijadikan tujuan ekspor karena pada keempat negara tersebut terdapat daya saing produk yang kuat serta terjadi
peningkatan permintaan ekspor yang pada masing-masing negara diperoleh sebesar 5,87 persen, 7,21 persen, 3,34 persen, dan 3,14 persen. Namun, Lebanon,
Sri Lanka, dan Pakistan tidak berpotensi dijadikan tujuan ekspor produk kembang gula meskipun daya saing yang diperoleh merupakan daya saing yang kuat karena
terjadi penurunan permintaan ekspor pada ketiga negara tersebut yang masing- masing sebesar 7,24 persen, 3,92 persen, dan 0,44 persen.
Tabel 5.2. Hasil Estimasi EPD dan RCA Produk Kembang Gula
Sumber: UN Comtrade, 2012 diolah
Pada produk jus buah dan jus sayuran terdapat lima negara non-tradisional Asia yang berpotensi dijadikan tujuan ekspor produk tersebut, yaitu Bahrain,
India, Malaysia, Thailand, dan Turki. Namun, pada produk ini terdapat daya saing
Pertumbuhan Pertumbuhan Pangsa Pasar
Pangsa Pasar Ekspor
Produk Bahrain
18.34 3.55 Rising Star
11.79 Kuat India
34.53 1.86 Rising Star
2.12 Kuat Camboja
235.29 1.85 Rising Star
0.82 Lemah Lebanon
11.40 -7.24 Falling Star
10.54 Kuat Sri Lanka
78.69 -3.92 Falling Star
3.40 Kuat Macao
-0.87 5.87 Lost Opportunity
7.98 Kuat Malaysia
-5.67 7.21 Lost Opportunity
6.60 Kuat Pakistan
3.25 -0.44 Falling Star
8.90 Kuat Thailand -6.13
3.34 Lost Opportunity
9.95 Kuat Turki
-1.55 3.14 Lost Opportunity
6.92 Kuat Negara
Nilai EPD Posisi Pasar
Nilai RCA Daya Saing
yang kuat hanya pada satu negara potensial, yaitu Turki. Di Turki produk ini memiliki daya saing yang berfluktuasi selama periode tahun 2003-2010. Namun,
rata-rata daya saing produk jus buah dan jus sayuran di Turki memiliki daya saing yang kuat sehingga menjadikan produk tersebut dapat berorientasi ekspor ke
Turki. Sedangkan, bagi keempat negara potensial lainnya yang memiliki daya saing produk jus buah dan jus sayuran yang lemah diperlukan suatu kebijakan
untuk dapat meningkatkan daya saing produk tersebut. Sementara itu, Camboja dan Macao juga masih dapat dijadikan tujuan ekspor produk jus buah dan jus
sayuran karena terkait adanya peningkatan permintaan ekspor sebesar 1,85 persen di Camboja dan 5,87 persen di Macao. Akan tetapi, pada kedua negara tersebut
juga diperoleh daya saing produk yang lemah sehingga diperlukan suatu kebijakan untuk dapat meningkatkan daya saing produk jus buah dan jus sayuran. Daya
saing produk jus buah dan jus sayuran yang kuat juga diperoleh di Lebanon, namun negara tersebut tidak berpotensi ekspor karena terjadi penurunan
permintaan ekspor produk jus buah dan jus sayuran sebesar 7,24 persen.
Tabel 5.3. Hasil Estimasi EPD dan RCA Produk Jus Buah dan Jus Sayuran
Sumber: UN Comtrade, 2012 diolah
Sementara itu, negara-negara non-tradisional Asia yang berpotensi ekspor produk teh adalah Camboja dan Thailand. Pada kedua negara potensial tersebut,
produk teh memiliki daya saing yang kuat sehingga dapat terus dikembangkan dan diperluas pemasarannya di kedua negara tersebut. Sedangkan, Bahrain, India,
Macao, Malaysia, dan Turki masih dapat dijadikan tujuan ekspor karena terjadi peningkatan permintaan ekspor yang pada masing-masing negara sebesar 3,55
Pertumbuhan Pertumbuhan Pangsa Pasar
Pangsa Pasar Ekspor
Produk Bahrain
1.90 3.55 Rising Star
0.58 Lemah India
95.79 1.86 Rising Star
0.19 Lemah Camboja
-21.80 1.85 Lost Opportunity
0.05 Lemah Lebanon
24.58 -7.24 Falling Star
1.49 Kuat Sri Lanka
645.20 -3.92 Falling Star
0.07 Lemah Macao
-15.00 5.87 Lost Opportunity
0.08 Lemah Malaysia
36.61 7.21 Rising Star
0.49 Lemah Pakistan
68.39 -0.44 Falling Star
0.22 Lemah Thailand 253.60
3.34 Rising Star
0.48 Lemah Turki
41.50 3.14 Rising Star
1.85 Kuat Negara
Nilai EPD Posisi Pasar
Nilai RCA Daya Saing
persen, 1,86 persen, 5,87 persen, 7,21 persen, dan 3,14 persen. Sedangkan, Sri Lanka dan Pakistan tidak berpotensi dijadikan tujuan ekspor meskipun daya saing
produk yang diperoleh merupakan daya saing yang kuat karena terjadi penurunan ekspor sebesar 3,92 persen di Sri Lanka dan 0,44 persen di Pakistan. Di Lebanon
tidak diperoleh posisi pasar dan daya saing produk karena selama tahun analisis tidak diperoleh nilai perdagangan antar Indonesia dengan Lebanon.
Tabel 5.4. Hasil Estimasi EPD dan RCA Produk Teh
Sumber: UN Comtrade, 2012 diolah
5.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor