Definisi Pasar Non-Tradisional Konsep Daya Saing

memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum, contoh: makanan kaleng. Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi Cahyadi, 2005. Sedangkan minuman olahan yang mengandung alkohol merupakan minuman yang jika dikonsumsi dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Dengan demikian, dalam penelitian ini produk makanan dan minuman olahan yang dimaksud merupakan makanan siap saji dan tidak siap saji serta minuman yang tidak mengandung alkohol dalam bentuk bubuk maupun cair.

2.3. Definisi Pasar Non-Tradisional

Pasar non-tradisional adalah pasar yang menjadi tujuan ekspor yang belum tergolong besar tetapi potensial untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Pasar ekspor yang dikategorikan dalam pengertian non-tradisional ini adalah di luar tujuan utama ekspor Jepang, Amerika Serikat, Eropa Barat, Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan. Pasar non-tradisional terdiri dari banyak negara yang tumbuh emerging market maupun yang sedang berkembang yang terdiri dari kawasan Afrika, Asia, Amerika Latin, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini pasar non-tradisonal yang dianalisis hanya pada sepuluh negara yang berada pada kawasan Asia, seperti Bahrain, Camboja, India, Lebanon, Macao, Malaysia, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, dan Turki.

2.4. Konsep Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak diminati konsumen Tambunan, 2001. Pendekatan yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi, yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif merupakan suatu keunggulan yang dapat dikembangkan sehingga untuk dapat memperolehnya maka keunggulan ini harus dapat diciptakan. Sementrara itu menurut Simatupang 1991 dalam Oktaviani dan Novianti 2009, konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing keunggulan, potensial. Artinya, daya saing akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi. Terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah kelayakan ekonomi, dan terkait dengan keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial dari suatu aktivitas. Kelayakan finansial melihat manfaat proyek atau aktivitas ekonomi dari sudut lembaga atau individu yang terlibat dalam aktivitas tersebut, sedangkan analisa ekonomi menilai suatu aktivitas atas manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyumbangkan dan siapa yang menerima manfaat “Revealed Competitive Advantage” yang merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual.

2.5. Teori Perdagangan Internasional