Revolusioner Perbaikan Teknologi Pertanian dan Aplikasinya

tertinggal, seperti perdesaan di Cianjur, Garut, Indaramayu dan Karawang, maka program pembangunan diprioritaskan pada daerah tersebut. Dengan terbentuknya replikasi kota di daerah perdesaan atau pertanian, akan mengurangi dan mencegah terus berlangsungnya fenomena backwash effect. Arus migrasi ke perkotaan, kesenjangan wilayah, kesenjangan pendapatan dan berbagai permasalahan yang pernah terjadi, seharusnya secara berangsur-angsur akan berkurang, dan diharapkan setiap wilayah dengan kekuatan yang sederajat dan keunggulan basis sumberdaya yang berbeda, dapat saling memperkuat dan menjalin kerjasama antar sektor dan antarwilayah. Pembangunan fasilitas urban seperti ini, seharusnya tidak akan mengulang kesalahan konsep pembangunan pusat pertumbuhan yang pernah dilakukan. Dengan perbaikan teknologi dan fasilitas usaha yang terkait erat dengan sektor pertanian, sekaligus melibatkan masyarakat taninya, maka masing-masing wilayah dengan basis perekonomiannya dapat memperkuat hubungan, baik regional maupun keterkaitan sektoralnya.

2. Revolusioner Perbaikan Teknologi Pertanian dan Aplikasinya

Penelitian-penelitian di bidang pertanian, terutama penelitian benih yang dapat menghasilkan produk berkualitas dan kompetitif, perlu mendapat dukungan untuk pelaksanaannya. Sebenarnya cukup banyak penelitian domestik di bidang pertanian, namun masih banyak yang terhenti sampai tahapan produk penelitian. Padahal tahap uji coba di lapang sampai terapannya, sangat dibutuhkan untuk kemajuan sektor pertanian. Untuk lebih mendorong upaya pencapaian tersebut, penelitian terapan yang inovatif perlu lebih didukung dengan fasilitas sarana prasarana dan anggaran yang memadai, baik kegiatan peneliti dari institusi perguruan tinggi maupun badan-badan litbang tingkat pusat dan perpanjangannya di daerah-daerah. Hal tersebut terutama bagi balai penelitian pertanian di wilayah perdesaan, yang keberadaaannya untuk menerapkan hasil penelitian sekaligus untuk memperkaya pengetahuan petani lokal. Balai-balai penelitian yang didukung oleh sarana penelitian yang lengkap dan adanya sumber penghidupan yang layak, seharusnya dapat menarik putra terbaik mereka yang telah berhasil menamatkan pendidikan tingginya, untuk kembali ke daerah sendiri serta mengaplikasikan ilmunya tersebut. Kondisi yang terjadi saat ini adalah terbatasnya anggaran yang diperuntukkan untuk penelitian. Pada tahun 2005, hanya sebesar 0.05 persen dari angaran PDB yang dialokasikan untuk anggaran penelitian Sinar Harapan 2005. Senada dengan hal tersebut, dikemukakan oleh Menteri Keuangan bahwa saat ini masih sangat sulit untuk mendapatkan anggaran riset teknologi. Kebijakan pada politik anggaran masih dilarang untuk mengambil dana dari luar Kompas 2007 dalam LIPI 2008. Ilmu pengetahuan di bidang pertanian juga seharusnya bukan hanya konsumsi intelektual yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Informasi yang dapat dikemas dengan bahasa sederhana justru dibutuhkan masyarakat tani sebagai pelaksana riil di lapangan. Petani tidak membutuhkan uraian bahasa ilmiah. Yang dibutuhkan mereka adalah hasil penelitian yang telah dikemas menjadi panduan praktis, mudah dilakukan di lapangan dan pasarnya dijamin dengan harga yang baik.

3. Diversifikasi Usaha Petani ke arah Industri Hilir