Unggas Identifikasi sektor unggulan dan arahan penerapannya untuk peningkatan kinerja pembangunan wilayah di Jawa Barat

2. Unggas

Keunggulan utama sektor unggas adalah dampak pengganda PAD yang sangat tinggi yang dapat diberikannya. Sektor unggas memiliki angka pengganda PAD tertinggi diantara 86 sektor ekonomi di Jawa Barat. Dalam kelompok pertanian primer, angka pengganda pendapatan dan pengganda PDRB-nya adalah yang tertinggi, walaupun berada di bawah rata-rata seluruh sektor ekonomi. Sektor pertanian primer memang telah teridentifikasi memiliki angka pengganda pendapatan dan pengganda PDRB yang rendah atau di bawah rata-rata seluruh sektor. Dengan demikian, bagi pembangunan sektor pertanian, sektor ini merupakan sektor prioritas yang berpotensi untuk peningkatan pendapatan rumah tangga, selain peningkatan PAD dan PDRB. Sementara ditinjau dari keterkaitan sektoralnya, keterkaitan ke belakangnya cukup tinggi di atas rata-rata. Keterkaitan langsung ke belakang dari sektor unggas diantaranya dengan sektor industri makanan lainnya 80 , perdagangan 13 , industri barang dari bahan kimia lainnya 3 , jasa angkutan jalan 1 , ketela pohon 0.2 , ubi jalar 0.2 , kacang tanah 0.2 , industri beras 0.1 . Dengan demikian, sektor unggas memberikan sumbangan besar terhadap penerimaan daerah, terutama pajak tak langsung, dan berpotensi menggandakan pendapatan rumah tangga. Sektor ini juga memiliki peran kuat untuk menarik pertumbuhan sektor di belakangnya, terutama sektor industri makanan lainnya. Unggas pada analisis ini mencakup ayam ras, ayam buras, ayam petelur dan itik. Lokasi pemusatan unggas dapat dilihat pada Peta Pemusatan Unggas, Industri Kaitannya dan Tingkat Kesejahteraan di Jawa Barat Gambar 30 dan Tabel 54. Dari peta tersebut diketahui bahwa hampir seluruh kabupatenkota di Jawa Barat merupakan pemusatan ayam ras atau buras. Hanya Kota Depok dan Kota Sukabumi yang bukan merupakan lokasi pemusatan ayam ras atau ayam buras. Hal tersebut disebabkan selain peroleh keuntungan yang cukup besar, juga faktor kesesuaian unggas yang tidak membutuhkan persyaratan ketat. Unggas merupakan salah satu kegiatan pertanian yang tidak terlalu bergantung pada kualitas lahan. Faktor lingkungan ataupun lahan yang tidak memenuhi kriteria optimal untuk kegiatan peternakan unggas, dapat direkayasa dengan teknologi atau perlakuan tertentu, tanpa harus berpindah ke tempat lainnya. 173 Gambar 30 Peta pemusatan unggas, industri kaitannya dan tingkat kesejahteraan di Jawa Barat. 174 Tabel 54 Pemusatan unggas dan industri utama kaitannya di Jawa Barat Kabupatenkota Pusat Ayam Buras Ayam Ras 1, Ayam Ptelur 2, Itik 3 Pusat Ind. Hulu 15331 1, 15332 2 Pusat Ind.Primer 15111 1, 15112 2 Pusat Ind.Olah Lanjutan 15410 1, 15497 2, 15440 3, 15498 4 Tingkat Kesejahteraan Tingkat Pengangguran BANDUNG 1, 3 3 mie MR T BEKASI 1, 2, 3 2 1, 2 T BOGOR 1, 2 1 1 MR T CIAMIS 1 4 MR CIANJUR 1, 2 R CIREBON 1, 3 2 R GARUT 1, 3 4 R INDRAMAYU 1, 3 R KARAWANG 1, 3 3 mie MR T KOTA BANDUNG 1, 3 1 T T KOTA BANJAR 1 MR T KOTA BEKASI 1, 2 1 T T KOTA BOGOR 1 T T KOTA CIMAHI 1 MR T KOTA CIREBON 1, 3 T KOTA DEPOK 2 2 T T KOTA SUKABUMI 2 T T KOTA TASIKMALAYA 1 MR T KUNINGAN 1, 2 MR MAJALENGKA 1 MR PURWAKARTA 1 2 MR SUBANG 1, 3 1 MR SUKABUMI 1, 2 MR SUMEDANG 1 MR TASIKMALAYA 1 MR Keterangan: 15111 = Ind pemotongan hewan, 15112 = Pengolahan daging, 15410 = Roti, 15498 =Kue basah, 15440 = mie, 15497=Bumbu msk 15331=Ransum pakan ternak, 15332=Konsentrat pakan R = Rendah, MR = Menengah Rendah, T= Tinggi Industri yang terkait dekat dengan sektor unggas atau industri primer terdiri dari industri pemotongan hewan 15111 dan industri pengolahan daging 15112. Industri pengolahan daging termasuk ke dalam kelompok industri makanan lainnya pada tabel input-output. Kelompok industri ini unggul dalam keterkaitan sektoral, dampak penggandanya pendapatan dan PDRB, aspek penggunaan input lokal dan aspek kepemilikan industri pengusaha lokal. Dengan demikian, industri ini dapat melengkapi kekurangan sektor unggas yang memiliki dampak pengganda yang rendah. Dari informasi database statistik industri juga diketahui bahwa kebanyakan industri pengolahan daging menggunakan input lokal dan dimiliki pengusaha domestik. Dengan demikian, perluasan usaha ke arah industri pengolahan daging akan meningkatkan pendapatan kelompok peternak kecil, memperkuat keterkaitan antarsektor, mencegah kebocoran kapital serta memiliki basis sumberdaya input yang mapan. Pada industri pemotongan hewan, satu dari dua unit industri ini, yaitu di Kabupaten Bekasi, kepemilikannya didominasi oleh investor asing 74 dan menggunakan input impor sebesar 14 persen. Namun pada lokasi pemusatannya, yaitu di Kabupaten Subang, tidak terdapat indikasi penggunaan input impor atau kepemilikan asing. Sehingga industri ini sebenarnya lebih cenderung untuk tidak menggunakan input impor dan dimiliki oleh pengusaha lokal. Tetapi serapan tenaga kerja untuk industri pengolahan daging termasuk rendah, yaitu 14 pekerja per 1 juta rupiah nilai output atau dapat dikatakan bahwa industri ini tidak bersifat padat karya. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa pemusatan industri pemotongan hewan terletak di Kabupaten Subang, sedangkan industri pengolahan daging terpusat di Kabupaten Bekasi dan Kota Depok. Industri terkait lainnya, yang menggunakan telur sebagai bahan bakunya, diantaranya adalah: 1 industri mie kelompok industri 15440 terpusat di kabupaten Bandung dan Karawang; 2 industri roti dan sejenisnya 15410 terpusat di Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, Kota Bandung dan Kabupaten Bekasi; 3 serta industri kue-kue basah 15498 yang menggunakan bahan baku telur memusat di Ciamis dan Garut. Ketiga industri ini memenuhi kriteria keunggulan yang ditetapkan dalam analisis ini. Hanya industri roti yang terdapat sedikit kandungan input impor dan terdapat kepemilikan asingnya. Tetapi dengan merunut database statistik industri, diketahui bahwa dari 124 industri roti dan sejenisnya di Jawa Barat, hanya 6 industri yang memiliki muatan impor dan terdapat kepemilikan asingnya. Sebaliknya pada industri hilirnya, yaitu industri Ransum pakan ternakikan, industri konsentrat pakan ternakikan, memiliki kandungan impor yang tinggi 30 dan terdapat kepemilikan investor asing. Industri-industri ini tidak direkomendasikan sebagai industri unggulan karena apabila pertumbuhannya dipercepat akan menyebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap pasar luar negeri. Dari uraian di atas, maka industri yang terkait dengan sektor unggas, yang termasuk industri unggulan di Jawa Barat, adalah industri pemotongan hewan 15111, industri pengolahan daging 15112, industri makaroni, mie, spagheti, bihun, soun dan sejenisnya 15440 serta industri kue-kue basah 15498 dan industri roti dan sejenisnya 15410. Jika dilihat pada Peta Pemusatan Unggas, Industri Kaitannya dan Tingkat Kesejahteraan di Jawa Barat, maka industri olahan unggas tidak akan kesulitan dengan kebutuhan bahan bakunya, terutama kebutuhan akan ayam ras. Melihat sebaran pemusatan unggas yang hampir berada di seluruh kabupatenkota di Jawa Barat, diduga terdapat banyak industri kecil pengolahan daging yang tersebar di kabupatenkota di Jawa Barat. Sedangkan industri pengolahan daging skala menengah-besar hanya terdapat di dua kabupatenkota, yaitu Bekasi dan Kota Depok, sebagai lokasi pemusatannya, dan Kota Bandung dengan nilai output yang relatif lebih rendah. Pada industri pengolahan daging yang cukup besar di Kabupaten Bekasi, kebutuhan bahan baku unggas potong dipenuhi dari kabupatenkota tetangganya, seperti Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor atau Kota Bogor. Ketiga kabupaten ini memiliki ternak unggas yang relatif lebih banyak diantara kabupaten lainnya di Jawa Barat. Kabupaten Bogor memiliki jumlah ayam ras terbanyak kedua setelah Kabupaten Ciamis. Sedangkan Karawang memiliki jumlah ayam buras terbanyak dibandingkan kabupatenkota lain di Jawa Barat. Kota Bogor merupakan kota dengan jumlah ternak itik terbanyak di Jawa Barat. Pada kabupaten dengan tingkat kesejahteraan rendah, seperti Cianjur, Cirebon, Garut dan Indramayu, memusat peternakan unggas, namun tidak terdapat pemusatan industri olahan yang terkait dengannya, kecuali industri kue basah di Kabupaten Garut. Dengan konsep pemikiran yang sama dengan pembahasan sebelumnya, bahwa tidak adanya industri pengolahan primer skala menengah-besar merupakan peluang bagi peternak kabupaten dengan tingkat kesejahteraan rendah tersebut, untuk mengembangkan usahanya ke arah industri hilir ini. Peluang ini terutama bagi peternak di bagian selatan dan timur Jawa Barat yang masih belum ada industri tersebut. Adanya industri tersebut di kabupaten Cianjur dan Garut akan dapat memanfaatkan produk unggas di wilayah selatan dan timur Jawa Barat menjadi produk olahan yang bernilai tambah lebih, seperti nugget, sosis ayam, baso dan produk olahan lainnya.

3. Karet dan Industri Kaitannya