3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Selama penelitian digunakan beberapa alat dan bahan seperti yang ada pada Tabel 1. Salah satu alat penting yang digunakan selama penelitian adalah
Mini Microclimate Station HeavyWeather, yang merupakan alat pengukur iklim mikro digital.
Tabel 1 Alat dan bahan penelitian AlatBahan
Kegunaan Tiga perangkat Mini
Microclimate Station HeavyWeather Tipe WS2355
Mengukur iklim mikro Tripod kamera
Meletakkan alat pengukur iklim mikro Kamera Digital
Merekam kondisi lokasi pengambilan data Peta Kawasan KRB
Data map awal dalam menuntun turun lapang
AutoCad 2007 Menentukan titik pengambilan data
Software HeavyWeather Menampilkan data iklim mikro dari alat
Alat pengukur iklim mikro digital yang digunakan terdiri dari beberapa bagian seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Seperangkat Mini Microclimate Station HeavyWeather
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan analisis deskriptif. Kegiatan survei bertujuan mengamati kondisi lokasi penelitian seperti
kondisi fisik dan karakteristik RTH. Survei juga bertujuan menentukan titik pengambilan data, mengidentifikasi struktur RTH, dan mengambil data primer
iklim mikro. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat pengaruh struktur RTH terhadap iklim mikro serta mengetahui kenyamanan iklim mikro pada RTH
Layar untuk menampilkan iklim mikro
Alat pengukur suhu dan kelembaban
Alat pengukur curah hujan
Alat pengukur arah dan kecepatan angin
menggunakan THI Temperature Humidity Index dan skala Beaufort. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu persiapan penelitian, pengumpulan data,
serta pengolahan data dan analisis Gambar 5.
Gambar 5 Bagan proses penelitian
3.3.1 Persiapan Penelitian
Pada tahap ini, dilakukan persiapan sebelum turun lapang dan pengambilan data seperti persiapan administrasi dan persiapan survei. Pada persiapan
administrasi dilakukan pembuatan surat izin yang ditujukan untuk Kantor Pusat Konservasi Tumbuhan-LIPI Kebun Raya Bogor, yang merupakan pihak pengelola
Kebun Raya Bogor, untuk mendapatkan izin penelitian dan data sekunder. Persiapan survei meliputi kegiatan persiapan alat dan penyusunan jadwal
pengambilan data.
Persiapan Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan Data dan Analisis
Perumusan Rekomendasi
Persiapan Administrasi dan Survei
Penentuan Titik Pengambilan Data
Studi Literatur dan Pengumpulan Data
Sekunder Pengukuran Iklim
Mikro
Analisis Deskriptif Analisis Kenyamanan
Rekomendasi RTH
3.3.2 Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder. Berbagai jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan No
Jenis Data Parameter
Sumber Data 1
Letak Batas wilayah
Pengelola Luas wilayah
Pengelola 2
Fisik Topografi
Pengelola 3
Iklim Suhu udara
Survei, BMKG Kelembaban udara
Survei, BMKG Kecepatan angin
Survei, BMKG 4
RTH Sebaran Struktur
Survei 5
Tanaman Nama spesies
Survei Bentuk tajuk
Survei Penanaman
Survei Ukuran
Survei Kepadatan tajuk
Survei Sebelum dilakukan pengambilan data primer, pembagian tempat
pengambilan data iklim mikro ditentukan. Tempat pengambilan data iklim mikro dapat dilihat pada Gambar 6. Dari Gambar 6, terlihat bahwa pengambilan data
iklim mikro akan dilakukan pada struktur RTH pohon, semak, dan rumput yang tersebar pada sembilan titik yang terdapat dalam tiga area.
Gambar 6 Bagan lokasi pengambilan data iklim mikro
Untuk menentukan lokasi tersebut pada KRB, dilakukan beberapa tahap penentuan lokasi pengambilan data iklim mikro Gambar 7. Dari Gambar 7,
terlihat bahwa lokasi penelitian terbagi menjadi tiga area. Pembagian area tersebut dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh letak area terhadap iklim
mikro. Pada setiap area, dilakukan pengukuran di tiga titik. Ketiga titik berfungsi sebagai ulangan pada pengukuran di setiap area. Pada masing-masing titik
dilakukan pengukuran iklim mikro pada struktur RTH rumput, semak, dan pohon. Struktur RTH tersebut dipilih karena sangat sering digunakan pada RTH dan
memiliki ukuran yang berbeda-beda sehingga perlu diketahui pengaruhnya terhadap iklim mikro.
Gambar 7 Tahap penentuan lokasi pengambilan data iklim mikro
Penentuan lokasi pengambilan data iklim mikro pada Gambar 7 dilakukan dengan beberapa tahap berikut.
1. Membagi lokasi penelitian menjadi tiga area yaitu pusat, tengah, dan tepi pada
peta Pembagian area dilakukan dengan cara membagi area KRB menjadi tiga
lingkaran dari pusat hingga ke tepi. 2.
Menentukan lokasi pengukuran iklim mikro dengan metode sampling vegetasi garis
Metode ini dilakukan dengan cara membuat garis-garis imajiner pada peta. Setelah itu, dilakukan survei untuk mengetahui sebaran struktur RTH.
3. Memilih tiga buah garis yang melewati RTH yang memiliki keragaman
struktur Garis yang dipilih adalah garis yang melewati RTH dengan keanekaragaman
struktur seperti pohon, semak, dan rumput. 4.
Memilih tiga buah titik pada setiap garis yang mewakili setiap area Titik yang dipilih harus memiliki struktur RTH pohon, semak, dan rumput di
dalamnya. Titik pengambilan data yang terletak di area pusat adalah Titik 1, 2, dan 3. Titik pengambilan data yang terletak di area tengah adalah Titik 4, 5,
dan 6. Titik pengambilan data yang terletak di area tepi adalah Titik 7, 8, dan 9. Setelah titik ditentukan, pada setiap titik, ditentukan struktur RTH pohon,
semak, dan rumput yang digunakan untuk pengukuran. Struktur RTH pohon, semak, dan rumput yang dipilih pada setiap titik untuk pengambilan data
adalah struktur RTH yang dilewati oleh garis imajiner. Jarak antar struktur RTH yang berbeda pada satu titik adalah sekitar 5 meter.
Setelah struktur RTH yang digunakan pengambilan data ditentukan, dilakukan identifikasi struktur RTH dan pengukuran iklim mikro. Identifikasi
struktur dilakukan dengan cara mencatat identitas dan mengamati karakteristik strukturalnya beserta kondisi lingkungan di sekitar struktur RTH. Karakteristik
struktural yang diamati meliputi bentuk tajuk, penanaman, ukuran tanaman, dan kepadatan tajuk. Pengukuran iklim mikro dilaksanakan dengan jadwal sesuai pada
Tabel 3.
Tabel 3 Waktu pengambilan data iklim mikro Hari ke-
Tanggal Area
Titik Struktur RTH
1 1 Mei 2011
Pusat 1, 2, 3
Pohon 2
4 Mei 2011 Pusat
1, 2, 3 Semak
3 6 Mei 2011
Pusat 1, 2, 3
Rumput 4
10 Mei 2011 Tengah
4, 5, 6 Pohon
5 11 Mei 2011
Tengah 4, 5, 6
Semak 6
12 Mei 2011 Tengah
4, 5, 6 Rumput
7 13 Mei 2011
Tepi 7, 8, 9
Pohon 8
14 Mei 2011 Tepi
7, 8, 9 Semak
9 15 Mei 2011
Tepi 7, 8, 9
Rumput
Titik pengambilan data yang terletak di dalam satu area berfungsi sebagai ulangan. Oleh karena itu, struktur RTH yang sama dan terletak pada area yang
sama diukur secara bersamaan menggunakan tiga buah alat yang berbeda. Pada saat pengambilan data, alat pengukur suhu dan kelembaban udara diletakkan pada
ketinggian 20 cm di atas permukaan tanah sehingga suhu yang diukur merupakan suhu tanah ground temperature. Sementara itu, alat pengukur kecepatan angin
dipasang pada tripod dan diletakkan pada ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah. Alat pengukur iklim mikro diletakkan di bawah naungan semak dan pohon
tempat pengambilan data sebelah selatan tanaman serta di atas hamparan rumput.
Data yang diambil adalah elemen-elemen iklim mikro meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Pengambilan data dilakukan pada
struktur RTH pohon, semak, dan rumput pada titik pengambilan data yang telah ditentukan. Pengambilan data dilakukan saat hari kerja, tepatnya, di siang hari saat
cuaca cerah pada pukul 12.30-13.30 WIB. Waktu tersebut dipilih karena merupakan waktu ketika radiasi sinar matahari paling terik dan suhu udara paling
tinggi. Data iklim mikro pada setiap struktur RTH diambil setiap menit sehingga dihasilkan 60 buah data pada setiap pengukuran. Setelah data terkumpul, alat
pengukur iklim mikro digital dihubungkan pada komputer. Semua data iklim akan ditampilkan pada software HeavyWeather. Tampilan software HeavyWeather
dapat dilihat pada Gambar 8. Data iklim mikro yang telah diambil selama
pengukuran juga dapat ditampilkan pada software HeavyWeather Gambar 9 kemudian diolah pada Microsoft Excel.
Gambar 8 Tampilan software HeavyWeather
Gambar 9 Tampilan data iklim yang terekam pada software HeavyWeather
3.3.3 Pengolahan Data dan Analisis
Pengolahan dan analisis data dikerjakan pada Microsoft Excel 2007. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, didapatkan data karakteristik struktur RTH
dan iklim mikro pada berbagai struktur RTH yang tersebar di berbagai titik. Data
iklim mikro pada struktur RTH yang sama dikelompokkan sesuai areanya. Untuk
mencari hubungan antara struktur RTH dan iklim mikro yang dihasilkan, dilakukan analisis deskriptif dengan cara membandingkan hasil pengukuran iklim
mikro dengan karakteristik struktur RTH yang menjadi lokasi pengambilan data iklim.
Untuk mengetahui pengaruh struktur RTH terhadap elemen iklim mikro dilakukan analisis dengan parameter penilaian. Parameter analisis pengaruh
struktur RTH terhadap suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin secara berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 4, 5, dan 6.
Tabel 4 Parameter analisis pengaruh struktur RTH terhadap suhu udara
Mereduksi Suhu Udara
Meningkatkan Suhu Udara
K ar
ak ter
is ti
k St
rukt ur
al Bentuk Tajuk
Kolumnar ●
Piramidal ●
Horisontal ●
Bulat ●
Penanaman Berjejer
● Tunggal
● Berkelompok
● Ukuran
Tinggi ●
Sedang ●
● Rendah
Sangat Rendah Kepadatan
Tajuk Tinggi
● Sedang
● Rendah
●
Sumber: Scudo 2002 Tabel 5 Parameter analisis pengaruh struktur RTH terhadap kelembaban udara
Meningkatkan Kelembaban
Udara Menurunkan
Kelembaban Udara
K ar
ak ter
is ti
k St
rukt ur
al Bentuk Tajuk
Kolumnar ●
Piramidal ●
Horisontal ●
Bulat ●
Penanaman Berjejer
● Tunggal
● Berkelompok
● Ukuran
Tinggi ●
Sedang ●
● Rendah
Sangat Rendah Kepadatan
Tajuk Tinggi
● Sedang
● Rendah
●
Sumber: Scudo 2002
Tabel 6 Parameter analisis pengaruh struktur RTH terhadap kecepatan angin
1 2
3 4
K ar
ak ter
is ti
k St
rukt ur
al Bentuk Tajuk
Kolumnar ●
● ●
● Piramidal
● ●
● ●
Horisontal ●
Bulat ●
● ●
● Penanaman
Berjejer ●
● ●
● Tunggal
● Berkelompok
● ●
● ●
Ukuran Tinggi
● ●
● ●
Sedang ●
● ●
● Rendah
● ●
● ●
Sangat Rendah ●
Kepadatan Tajuk Tinggi
● Sedang
● ●
● Rendah
● ●
●
Keterangan: 1 Menghalangi angin, 2 Menyimpangkan angin, 3 Menyaring angin, dan 4 Mengarahkan angin.
Sumber: Scudo 2002
Oleh karena struktur RTH rumput berasal dari spesies yang sama, analisis pengaruh struktur RTH rumput terhadap iklim mikro tidak dilihat dari
karakteristik strukturalnya, tetapi dari kondisi lingkungannya. Parameter analisis kondisi lingkungan terhadap suhu dan kelembaban udara yang diamati adalah ada
atau tidaknya struktur naungan di sekitar struktur RTH rumput. Sementara itu, parameter analisis kondisi lingkungan terhadap kecepatan angin yang diamati
adalah ada atau tidaknya struktur pengarah atau penghalang angin di sekitar struktur RTH rumput.
Selain dilakukan analisis pengaruh struktur RTH terhadap iklim mikro, pada setiap struktur RTH, dilakukan analisis kenyamanan dari data iklim mikro yang
diperoleh. Analisis kenyamanan dilakukan dengan menghitung THI Temperature Humidity Index:
T = Suhu udara °C RH = Kelembaban udara Suatu area dikatakan nyaman jika memiliki nilai THI 21-27 Laurie, 1986. Untuk
mengukur standar kenyamanan kecepatan angin, digunakan skala Beaufort Tabel
7. Skala Beaufort merupakan suatu ukuran yang dapat menghubungkan kecepatan angin dengan kondisi yang terjadi di darat atau laut. Menurut skala
Beaufort, kecepatan angin di darat berada pada kondisi nyaman ketika terpaan angin terasa di kulit atau pada kecepatan 2-3 ms.
Tabel 7 Skala Beaufort dan kecepatan angin Skala
Beaufort Tingkatan
Kecepatan ms
Tanda-tanda di darat Tenang
0,3 Tenang, asap mengepul vertikal
1 Teduh
0,3-2 Asap mengepul miring
2 Sepoi lemah
2-3 Terpaan angin terasa di kulit
3 Sepoi lembut
3-5 Daun-daun kecil di pohon bergerak,
bendera dapat berkibar
4 Sepoi sedang
6-8 Debu dan kertas dapat terbang,
ranting pohon bergerak
5 Sepoi segar
8,1-10,6 Pohon-pohon kecil terlihat condong,
genangan air di tanah terlihat berombak kecil
6 Sepoi kuat
10,8-13,6 Batang pohon terlihat bergerak,
suara berdesing lewat kawat telepon dapat terdengar
7 Angin ribut
lemah 13,9-16,9
Pohon-pohon bergerak, berjalan terasa berat
8 Angin ribut
17,2-20,6 Batang pohon dapat patah, sampai
pohon tumbang
9 Angin ribut
kuat 20,8-24,4
Dapat menyebabkan kerusakan cerobong, pot-pot beterbangan
10 Badai
24,7-28,3 Kerusakan lebih besar, tetapi di
darat jarang terjadi
11 Badai Amuk
28,6-32,5 Kerusakan berat, tetapi di darat
jarang terjadi 12
Topan 32,8
Hampir tidak pernah terjadi Sumber: Anonim 2011
a
Setelah dilakukan analisis deskriptif dan kenyamanan, akan diketahui karakteristik struktur RTH yang mempengaruhi iklim mikro dan tingkat
kenyamanan pada RTH di KRB. Berdasarkan hal tersebut, disusunlah rekomendasi untuk meningkatkan kualitas iklim mikro pada KRB sehingga dapat
memberikan kenyamanan bagi para penggunanya. Rekomendasi disusun secara deskriptif.
BAB IV KONDISI UMUM KEBUN RAYA BOGOR
4.1 Sejarah Kebun Raya Bogor
Pada mulanya, Kebun Raya Bogor merupakan bagian dari samida hutan buatan atau taman buatan yang telah ada pada pemerintahan Sri Baduga
Maharaja Prabu Siliwangi 1474-1513 dari Kerajaan Sunda. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat
memelihara benih-benih kayu yang langka. Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk oleh Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der
Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18 PKT Kebun Raya Bogor-LIPI, 2010.
Pada awal tahun 1800-an, Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik
mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman
bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dengan bentuknya sekarang.
Pada 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama sLands
Plantentuinte Buitenzorg. Sekitar 47 hektar tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Pada mulanya kebun
ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Indonesia. Akan tetapi, pada perkembangannya,
kebun juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu. Saat ini, Kebun Raya Bogor dikelola oleh Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor LIPI yang berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Kebun Raya Bogor merupakan salah satu kebun raya yang
dikelola oleh LIPI selain Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Kebun Raya Bogor juga berisi kelompok tumbuhan
yang membentuk komunitas dan mempunyai daya tarik tersendiri dan merupakan
sumber yang sangat berharga untuk kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, dan rekreasi Ruhiyat, 2008.
4.2 Letak, Luas, dan Batas Lokasi