2.1.2 Struktur dan Bentuk Ruang Terbuka Hijau
Struktur RTH adalah komunitas tumbuh-tumbuhan yang menyusun RTH, sedangkan bentuk RTH adalah pola bentukan lahan yang digunakan untuk RTH
Irwan, 2005. Kombinasi antara struktur dan bentuk RTH dinamakan jenis RTH. Struktur RTH kota dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strata dua dan strata
banyak. RTH kota yang berstrata dua memiliki komunitas tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari pepohonan dan rumput. RTH kota berstrata banyak memiliki
komunitas tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari pepohonan, rumput, liana, semak, terna, epifit, ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam tidak
beraturan, serta meniru komunitas tumbuhan alam. Menurut Irwan 2005, bentuk RTH terbagi menjadi tiga jenis:
a. bergerombol atau menumpuk, yaitu RTH yang komunitas vegetasinya
terkonsentrasi pada suatu areal dengan jumlah vegetasinya minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat dan tidak beraturan;
b. menyebar, yaitu RTH yang tidak mempunyai pola tertentu, dengan
komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau menggerombol kecil-kecil;
c. berbentuk jalur, yaitu RTH yang komunitas vegetasinya tumbuh pada
lahan yang berbentuk lurus atau melengkung mengikuti bentukan sungai, pantai, jalan, saluran, dan sebagainya.
2.2 Iklim Mikro
Menurut Brown dan Gillespie 1995, iklim mikro merupakan kondisi dari radiasi matahari, radiasi bumi, angin, suhu udara, kelembaban, dan presipitasi
pada ruang luar berskala kecil. Iklim mikro sangat mempengaruhi kenyamanan manusia. Vegetasi merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi iklim
mikro. Vegetasi dapat mempengaruhi iklim mikro dengan cara mempengaruhi aliran angin, menghasilkan kelembaban, dan mempengaruhi suhu udara di
sekitarnya. Iklim mikro sangat mempengaruhi kenyamanan manusia dan dapat dimodifikasi untuk memberikan kenyamanan bagi manusia Brown dan Gillespie
1995. Modifikasi iklim mikro dapat dilakukan dengan memodifikasi elemen iklim mikro menggunakan elemen lanskap.
2.3 Pengaruh Ruang Terbuka Hijau terhadap Iklim Mikro
RTH memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap iklim mikro yang ada di sekitarnya. Menurut Carpenter, Walker, dan Lanphear 1975, tanaman, sebagai
elemen utama pada RTH, memiliki fungsi mengendalikan iklim, yaitu sebagai kontrol radiasi matahari dan suhu, kontrol dan pengendali angin, kontrol
presipitasi dan kelembaban, pengendali suara, dan penyaring udara. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui fungsi tanaman dalam memodifikasi setiap
elemen iklim mikro.
2.3.1 Pengaruh RTH terhadap Suhu Udara
Pada RTH, setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam memodifikasi suhu udara. Menurut Scudo 2002, secara struktural, vegetasi dapat
mempengaruhi iklim mikro dengan karakteristik tertentu. Vegetasi mampu mempengaruhi suhu udara dengan cara mereduksi atau meningkatkan suhu udara.
Karakteristik struktural vegetasi yang dapat mempengaruhi suhu udara adalah bentuk tajuk, penanaman, ukuran vegetasi, dan kepadatan tajuk. Selain
dipengaruhi oleh karakteristik struktural tanaman, suhu udara juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada RTH. Menurut Robinette 1977, struktur naungan
yang ada pada RTH mampu mempengaruhi suhu udara pada RTH. Struktur naungan dapat berupa struktur bangunan atau struktur vegetasi yang memiliki
kemampuan menaungi cukup baik. Struktur naungan ini sangat membantu dalam mengurangi suhu di sekitar RTH, khususnya pada RTH yang tidak memiliki
struktur RTH pohon di dalamnya.
2.3.2 Pengaruh RTH terhadap Kelembaban Udara
Menurut Handoko 1995, kelembaban relatif dipengaruhi oleh suhu udara dan tidak berlaku sebaliknya. Semakin tinggi suhu udara, kelembaban udara
semakin rendah. Semakin rendah suhu udara, kelembaban udara semakin tinggi. Oleh karena itu, faktor yang dapat mempengaruhi suhu udara juga dapat
mempengaruhi kelembaban udara. Suhu udara pada RTH sangat dipengaruhi oleh karakteristik struktural tanaman Scudo, 2002. Oleh karena itu, kelembaban
udara pada RTH juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik struktural tanaman dan
memiliki keterkaitan dengan suhu udara. Selain karakteristik struktural tanaman, kelembaban udara dapat saja dipengaruhi oleh faktor lain seperti kedekatan RTH
dengan badan air Saputro, Fatimah, dan Sulistyantara, 2010. Standar kenyamanan iklim mikro dapat diketahui dengan menggunakan rumus
Temperature Humidity Index THI yang menggunakan faktor suhu dan kelembaban udara.
T = Suhu udara °C RH = Kelembaban udara Suatu RTH dapat memberikan kenyamanan jika memiliki nilai THI antara 21 dan
27 Laurie, 1986.
2.3.3 Pengaruh RTH terhadap Kecepatan Angin
Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam mempengaruhi arah dan kecepatan angin. Menurut Scudo 2002, vegetasi memiliki karakteristik
struktural yang dapat menghalangi, menyimpangkan, menyaring, dan mengarahkan Gambar 2.
Gambar 2 Kemampuan pohon dalam memodifikasi angin Sumber: Boutet dalam Wardoyo 2011
Karakteristik struktural vegetasi yang dapat mempengaruhi kecepatan angin adalah bentuk tajuk, penanaman, ukuran tanaman, dan kepadatan tajuk. Kecepatan
angin pada struktur RTH tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik struktural RTH, tetapi juga oleh lingkungan pada RTH. Menurut Robinette 1977, struktur
penghalang angin pada RTH dapat memperkecil kecepatan angin. Struktur penghalang tersebut dapat berupa bangunan atau tanaman yang diletakkan pada
RTH dengan orientasi yang dapat menghalangi aliran angin. Selain dipengaruhi
oleh struktur penghalang, kecepatan angin juga dapat dipengaruhi oleh struktur pengarah yang diletakkan pada RTH. Angin dapat mempengaruhi kenyamanan
manusia berdasarkan kecepatannya. Standar kecepatan angin dapat diukur menggunakan skala Beaufort. Skala ini menggambarkan pengaruh kecepatan
angin pada kondisi di alam sekitar Anonim, 2011
a
.
2.4 Kebun Raya
Menurut Anonim 2011
b
, kebun raya adalah suatu lahan yang ditanami berbagai jenis tumbuhan yang ditujukan untuk keperluan koleksi, penelitian, dan
konservasi ex-situ di luar habitat. Selain untuk penelitian, kebun raya dapat berfungsi sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Tanaman yang
dikoleksi pada kebun raya dipelihara dan diberi keterangan nama serta informasi lainnya yang berguna bagi pengunjung. Di dalam kebun raya, biasanya terdapat
perpustakaan dan herbarium yang berfungsi untuk kegiatan penelitian dan dokumentasi. Di Indonesia, terdapat empat buah kebun raya yang dikelola oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya Eka Karya Bali.
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kebun raya. Kebun raya dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu jenis RTH yang terdapat di area
perkotaan. Kebun raya yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Kebun Raya Bogor, Kota Bogor Gambar 3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
sampai November 2011. Waktu pengumpulan data di lapang selama tiga bulan, yaitu pada bulan Maret sampai Juni 2011 dan pengolahan data dan penyusunan
dilakukan selama lima bulan berikutnya.
Gambar 3 Peta Kebun Raya Bogor berdasarkan citra Google Earth 2011
3.2 Alat dan Bahan Penelitian