BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari data penelitian tahun 2008, diperoleh informasi bahwa 50 penduduk Indonesia tinggal di kota dan tahun 2025 diperkirakan jumlahnya akan meningkat
menjadi 65 atau sekitar 180 juta penduduk Deni, 2009. Populasi manusia yang semakin meningkat berdampak pada tingginya aktivitas manusia di
perkotaan. Untuk mendukung kebutuhan dan aktivitas manusia, dibutuhkan banyak ruang terutama ruang terbangun. Hal inilah yang menyebabkan jumlah
ruang terbangun di kawasan perkotaan selalu meningkat seiring dengan meningkatnya populasi manusia Aprianto, 2011. Meningkatnya kawasan
terbangun di perkotaan akhirnya menyebabkan penurunan luas ruang terbuka hijau RTH di kawasan perkotaan.
RTH merupakan elemen kota yang memiliki fungsi estetis dan ekologis Dahlan, 2004. Fungsi estetis yang dimiliki RTH, antara lain, dapat menghasilkan
keindahan dan melembutkan arsitektur bangunan. Fungsi ekologis yang dimiliki RTH bermacam-macam, salah satunya, mengameliorasi iklim. RTH dapat
mengameliorasi iklim dengan cara memberikan perlindungan dari sinar matahari secara langsung, hujan deras, dan angin Irwan, 2005. Semakin banyak jumlah
dan jenis tanaman yang terdapat di suatu RTH, semakin tinggi kemampuan RTH dalam menanggulangi permasalahan lingkungan yang terkait dengan elemen-
elemen iklim mikro seperti suhu, kelembaban, curah hujan, radiasi matahari, dan angin. RTH perlu dipertahankan keberadaannya agar dapat memberikan
kenyamanan bagi manusia. Salah satu bentuk RTH adalah kebun raya. Kebun raya merupakan tempat yang memiliki berbagai macam varietas
tumbuhan yang ditanam untuk tujuan kegiatan penelitian, pendidikan, dan tujuan ornamental Mamiri, 2008. Salah satu kebun raya yang ada di Indonesia adalah
Kebun Raya Bogor KRB. KRB memiliki struktur RTH yang beraneka ragam, seperti pohon, semak, dan rumput Dahlan, 2004. Setiap struktur RTH memiliki
kemampuan yang berbeda dalam mempengaruhi iklim mikro. Perbedaan setiap struktur RTH dalam mempengaruhi iklim mikro sangat terkait dengan
karakteristik strukturalnya maupun ukurannya. Pengaruh struktur RTH yang berbeda di KRB terhadap iklim mikro dan kenyamanan sampai saat ini belum
diketahui secara kuantitatif. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran iklim mikro dan analisis kenyamanan untuk mengetahuinya. Penelitian ini merupakan
bagian dari rangkaian penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh RTH terhadap iklim mikro pada beberapa RTH kota dengan ketinggian lokasi yang
berbeda.
1.2 Perumusan Masalah