Konsentrasi pigmen Karakteristik Ekstrak dan Filtrat Rumput Laut

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 Ekstrak Filter 350 mesh Filter 1 mikron Filter 0,3 mikron abs or bans i Fikosianin Fikoeritin setelah mendapat perlakuan penyaringan. Semakin kecil ukuran pori filter penyaringan, nilai absorbansi filtrat pigmen akan semakin kecil Gambar 20. Penggunaan filter ukuran 350 mesh dapat menurunkan nilai absorbansi pigmen fikoeritin dan fikosianin masing-masing sebesar 55,50 dan 65,60 , sedangkan dengan filter ukuran 1 mikron pigmen yang berhasil direduksi 55,80 dan 66,00. Filter ukuran 0,3 mikron dapat menurunkan konsentrasi pigmen fikoeritin dan fikosianin masing-masing 79,60 dan 84,00 . Gambar 20 Pengaruh ukuran pori filter terhadap nilai absorbansi pigmen fikoeritin ג = 530 nm dan fikosianin ג = 620 nm pada ekstrak dan filtrat ekstrak rumput laut Hasil analisis ragam pada α = 0,05 menunjukkan bahwa proses filtrasi pada ekstrak rumput laut dengan menggunakan berbagai ukuran pori filter berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi pigmen fikosianin dan fikoeritin Lampiran 5b dan Lampiran 6b. Hasil analisis perbandingan berganda dengan uji Tukey Lampiran 5c dan Lampiran 6c menunjukkan bahwa penggunaan ukuran pori filter 350 mesh dan 1 mikron menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam menurunkan konsentrasi pigmen fikosianin dan pigmen fikoeritin jika dibandingkan dengan ekstraknya, tetapi tidak signifikan jika dibandingkan diantara keduanya. Filter ukuran 0,3 mikron menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk pigmen fikoeritin dan pigmen fikosianin jika dibandingkan dengan penggunaan filter 350 mesh dan 1 mikron. Pigmen rumput laut yang berada dalam ekstrak dapat lolos melewati filter ukuran 350 mesh atau 1 mikron diduga karena ukuran pori kedua filter tersebut jauh lebih besar dari berat molekul BM kedua pigmen tersebut. Pigmen fikosianin memiliki BM 100 – 220 kDa sedangkan BM fikoeritin 240 kDa Yanti et al. 2001; Anonim 2004. Sebagian pigmen tidak dapat lolos pada saat proses filtrasi diduga karena pigmen tersebut terhambat oleh molekul sejenis atau molekul lain yang lebih besar sehingga belum bisa mencapai permukaan filter dan akhirnya tidak berhasil lolos melewati pori.

4.2.4 Viskositas

Pada Gambar 21 terlihat bahwa viskositas paling tinggi terdapat pada filtrat yang diperoleh dengan penyaringan 350 mesh diikuti dengan perlakuan penyaringan 0,3 mikron dan 1 mikron dengan nilai masing-masing 39,92, 23,89 dan 17,77 cP. Hasil analisis ragam pada α = 0,05 Lampiran 7b menunjukkan bahwa ukuran pori yang digunakan sebagai prefiltrasi berpengaruh signifikan terhadap nilai viskositas filtrat. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa penggunaan ukuran pori filter 350 mesh, 1 mikron dan 0,3 mikron menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan terhadap perubahan nilai viskositas filtrat rumput laut Lampiran 7c. Viskositas filtrat rumput laut menurun seiring dengan semakin kecilnya ukuran filter yang digunakan, hal tersebut terjadi diduga karena adanya perbedaan kandungan total padatan terlarut dan besarnya ukuran berat molekul antara larutan yang disaring dengan filtratnya. Kondisi demikian menyebabkan viskositas suatu larutan sebelum disaring akan lebih tinggi dibandingkan dengan filtratnya, karena proses filtrasi dengan ukuran filter tertentu dapat memisahkan dan menahan ukuran molekul yang lebih besar. Namun demikian viskositas hasil penyaringan 0,3 mikron lebih tinggi dibanding dengan hasil penyaringan 1 mikron, sedangkan total padatan terlarutnya lebih rendah 2 dari filtrat yang dihasilkan dengan filter 1 mikron. Hal tersebut diduga terjadi karena nilai konsentrasi karaginan telah melewati konsentrasi kritisnya dan berada pada daerah dua fase two phase area dan daerah anisotropic. Menurut Lapasin dan Pricl 1995, daerah dua fase 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Filter 350 mesh Filter 1 μ Filter 0,3 μ V isk o si tas c P merupakan berada diantara isotropic dan anisotropic yang merupakan daerah peralihan suatu fluida dimana peningkatan konsentrasi polimer tidak dapat menigkatkan nilai viskositasnya. Pada kondisi pengukuran dengan laju shear rate yang rendah perubahan nilai viskositas dengan meningkatnya konsentrasi sangat jelas terlihat, dimana konsentrasi akan meningkat dan mencapai maksimum pada daerah dua fase kemudian menurun dan naik lagi pada daerah atara dua fase dan dareah anisotropic. Hubungan antara konsentrasi dengan viskositasnya dengan hasil yang sama pada penelitian ini sebelumnya telah dilaporkan oleh Oertel dan Kulicke 1991 didalam Lapasin dan Pricl 1995 pada xantan dengan penambahan NaCl 0,1 M. Gambar 21 Pengaruh perlakuan ukuran pori filter terhadap nilai viskositas filtrat

4.2.4.1 Hubungan antara konsentrasi karaginan dengan viskositas larutan karaginan

Konsentrasi merupakan salah satu parameter yang penting untuk diketahui pada bahan yang akan diolah dengan proses membran. Namun terkadang pengukuran konsentrasi pada suatu larutan relatif mahal atau membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk tujuan tersebut maka dicari pendekatan pengukuran konsentrasi. Pada penelitian ini pengukuran konsentrasi karaginan dalam ekstrak rumput laut didekati dengan nilai viskositasnya. Hal tersebut dilakukan dengan