terlihat bahwa pigmen fikosianin relatif lebih mudah lolos melalui membran dibandingkan dengan fikoeritin, hal tersebut disebabkan berat molekul fikosianin
100-220 kDa relatif lebih rendah dibanding dengan pigmen fikoeritin 240 kDa. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa variabel tekanan transmembran
dan laju alir umpan tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai rejeksi pigmen. Fenomena tidak signifikannya pengaruh tekanan transmembran dan laju
alir umpan terhadap rejeksi juga terjadi pada proses skim susu dengan membran ultrafiltrasi Lampiran 11b dan Lampiran 11c. Menurut Chiang dan Cheryan
1986, nilai koefisien rejeksi ultrafiltrasi dikendalikan terutama oleh ukuran pori dan distribusinya dan hanya sedikit dipengaruhi oleh parameter operasi tekanan
transmembran, laju alir umpan, dan suhu.
4.5 Permukaan Respon Fluks
Analisis permukaan respon dilakukan dengan menggunakan Respons Surface Method
RSM. RSM merupakan gabungan teknik statistik dan matematik yang sangat berguna dalam pemodelan dan analisis masalah yang
dipengaruhi oleh beberapa variabel Montgomery, 2001. Analisis permukaan respon bertujuan untuk memperoleh respon fluks dari pengaruh tekanan
transmembran dan laju alir umpan. Evaluasi permukaan respon dilakukan dengan meninjau pengaruh pentingnya variabel tekanan transmembran
ΔP dan laju alir v
terhadap respon fluks dan rejeksi. Evaluasi model permukaan respon dilakukan dengan analisis ragam model
linier, kuadratik dan model secara menyeluruh Lampiran 12. Pada lampiran tersebut terlihat bahwa komponen model linier, kuadratik, dan model keseluruhan
menunjukkan nilai yang signifikan. Tingkat kesignifikanan model dapat dilihat dari besarnya nilai F
statistik
dibandingkan dengan F
tabel v1,v2
. Jika F
statistik
lebih tinggi dari F
tabel
F
statistik
F
tabel
menunjukkan model signifikan, sedangkan besarnya nilai toleransi model ditunjukkan model oleh nilai P. Semakin kecil
nilai P menunjukkan tingkat toleransi rendah atau selang kepercayaan yang lebih tinggi. Nilai F
statistik
model sebesar 7,42 dan lebih tinggi jika dibadingkan F
5,4
yang besarnya hanya 1,89. Hal tersebut menunjukkan bahwa model mampu menjelaskan hubungan antara tekanan variabel
ΔP dan laju alir umpan v
dengan respon fluks permeat J secara signifikan. Besarnya nilai ΔP model linier,
kuadratik, dan model keseluruhan masing masing 0,021, 0,058 dan 0,037 sedangkan interaksinya tidak signifikan pada selang kepercayaan 95.
Besarnya perubahan nilai respon fluks J yang disebabkan oleh perubahan variabel tekanan transmembran
ΔP dan laju alir umpan v pada berbagai selang nilai yang dicobakan, disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11
Nilai parameter operasi, data hasil percobaan dan nilai dugaan dengan metode RSM
Pengkodean Nilai Sebenarnya Percobaan Prediksi
Model No.
P v P
kPa v ms
-1
J l
m
2
h
-1
1 -1 -1 68,97 2,97 113
111 2 1 -1
137,93 2,97
122 126
3 -1 1 68,97 3,97 106
108 4 1 1
137,93 3,97
129 137
5 0 0 103,45
3,47 136 137
6 0 0 103,45
3,47 138 137
7 -1,414 0 54,68 3,47 99
100 8 1,414 0 152,21 3,47
139 131
9 0 -1,414
103,45 2,77
122 122
10 0 1,414 103,45
4,71 134 128
Pada Tabel 12 terlihat bahwa koefisien variabel tekanan transmembran ΔP
mempunyai nilai signifikan P 0,05 baik pada bentuk linier maupun kuadratnya. Koefisien linier tekanan transmembran bernilai positif, hal tersebut menunjukkan
bahwa fluks permeat akan meningkat seiring dengan semakin tingginya tekanan transmembran, namun kondisi tersebut hanya terjadi pada tekanan transmembran
128,5 kPa, setelah tekanan tersebut fluks akan menurun dengan semakin ditingkatkannya tekanan transmembran. Tekanan transmembran yang lebih tinggi
dapat menyebabkan kecepatan partikel melewati pori membran menjadi semakin tinggi Mohammadi et al. 2004. Menurut Cheryan 1998 dan Balakrishnan
et al . 2000, kenaikan tekanan transmembran akan linier dengan kenaikan laju
permeat fluks terjadi jika hanya pada kondisi laju alir umpan tinggi dan tekanan transmembran serta konsentrasi umpan yang rendah.