y = -99.964x + 267.2 R
2
= 0.9979
80 90
100 110
120 130
140 150
1.25 1.35
1.45 1.55
1.65 1.75
Faktor Volume Konsentrasi VFVR F
lu ks
l m
-2
h
-1
Gambar 32 Perubahan nilai fluks yang disebabkan oleh faktor konsentrasi Nilai fluks berkisar antara 138,5 - 101,5 l m
-2
h
-1
masing-masing terjadi pada faktor volume konsentrasi 1,29 dan 1,67. Fluks menurun secara linier
seiring dengan semakin meningkatnya nilai faktor volume konsentrasi. Fluks mengalami penurunan sebesar 99,66 l m
-2
h
-1
untuk setiap kenaikan satu faktor volume konsentrasi dan diperkirakan mencapai nilai nol pada faktor volume
konsentrasi 2,67. Penurunan nilai fluks permeat pada penelitian ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan proses pengkonsentrasian pektin. Cho et al. 2003
melakukan pengkonsentrasian pektin dengan menggunakan membran mikrofiltrasi 0,2 mikron. Dari hasil penelitian tersebut dilaporkan bahwa pada
faktor volume konsentrasi 4 dan 6, nilai fluks permeat masih berada pada kisaran 31,5 dan 25,9 l m
-2
h
-1
. Menurunnya nilai fluks seiring dengan meningkatnya nilai faktor volume
konsentrasi disebabkan oleh semakin tingginya konsentrasi karaginan dalam larutan. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan nilai viskositas larutan
karaginan. Sebelum proses pengkonsentrasian nilai viskositas karaginan 23,5 ± 1,4 cP dan setelah pengkonsentrasian mencapai 68,4 ± 0,1 cP
Gambar 33, dengan demikian telah terjadi peningkatan viskositas sebesar 2,9 kali lipat dengan total volume air yang dapat dipisahkan 342 cm
-3
.
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0
Sebelum Pengkons entras ian
Ses udah Pengkons entras ian
Vi s
k o
s it
a s
c P
Gambar 33 Viskositas larutan karaginan pada kondisi sebelum dan sesudah pengkonsentrasian dengan membran mikrofiltrasi 0,1 mikron
4.10 Analisis Karakteristik Karaginan
Secara keseluruhan karakteristik karaginan yang dihasilkan melaui proses mikrofiltrasi dan konvensional sebagai kontrol memenuhi standar parameter
yang ditetapkan oleh FAO. Pada Tabel 15 disajikan perbandingan karakteristik karaginan yang dihasilkan melalui proses konvensional, membran mikrofiltrasi
dan standar parameter yang ditetapkan oleh FAO, sedangkan karakteristik produk yang dihasilkan oleh kedua proses disajikan pada Gambar 34.
Tabel 15 Karakteristik karaginan yang dihasilkan melaui proses konvensional, mikrofiltrasi dan standar parameter yang ditetapkan oleh FAO
Parameter Proses
Konvesional Proses
Mikrofiltrasi Standar
FAO
Kadar Air bb 18,43 ± 0,11
a
18,49 ± 1,17
a
- Kadar Abu bb
20,26 ± 0,36
a
21,21 ± 0,11
a
15 – 40 Kadar Sulfat bb
16,60 ± 0,59
a
15,19 ± 0,09
a
15 – 40 Kadar Selulosa bb
1,86 ± 0,14
a
0,58 ± 0,15
b
≤ 2 Viskositas cP
28,28 ± 0,01
a
13,44 ± 0,30
b
≥ 5 Kekuatan gel g cm
-2
103,60 ± 27,72
a
106,60 ± 9,33
a
- Kecerahan
72,89 ± 1,68
a
77,69 ± 1,10
b
- Rendemen bb
28,44 ± 0,34
a
22,20 ± 0,57
b
-
Keterangan: = Pengukuran dilakukan pada konsentrasi 1,5 suhu 75
o
C = Konsentrasi karaginan 1,6 dan KCl 0,16
− = Tidak ada standar Tidak signifikan jika diikuti huruf yang sama dalam baris yang sama
Gambar 34 Karakteristik karaginan yang dihasilkan melalui proses mikrofiltrasi dan konvensional
Secara kualitatif terlihat bahwa pola nilai perbandingan karakteristik mutu antara karaginan yang dihasilkan melalui proses mikrofiltrasi dan konvensional
pada penelitian ini memiliki pola yang mirip dengan karaginan yang diproses melalui membran ultrafiltrasi MWCO 100 kDa Yanti et al. 2001. Berdasarkan
hasil uji statistik t berpasangan pada α = 0,05 terlihat bahwa hanya parameter
rendemen, kadar selulosa, viskositas dan tingkat kecerahan yang mempunyai perbedaan siginifikan. Kadar air, kadar abu, kadar sulfat dan kekuatan gel secara
statistitik tidak menujukkan nilai perbedaan yang signifikan Lampiran 15.
4.10.1 Kadar selulosa
Adanya selulosa dalam refined carrageenan dalam jumlah tinggi tidak diharapkan, karena dapat meyebabkan warna karaginan atau gel yang dibentuknya
menjadi keruh Bixler 1996; Bixler et al. 2000. Nilai toleransi kadar selulosa dalam karaginan jenis semi refined yang diperbolehkan berkisar antara
8 – 15 bb, sedangkan dalam karaginan refined tidak boleh lebih dari 2 bb Jhondro 2000; FAO 2005. Pada penelitian ini kadar selulosa yang dihasilkan
melalui proses konvensional adalah 1,86 dan yang dihasilkan melalui proses mikrofiltrasi adalah 0,58. Karaginan yang dihasilkan melalui proses
mikrofiltrasi memiliki kadar selulosa jauh lebih rendah dibandingkan dengan proses konvensional dan nilai standar yang ditetapkan FAO.