Pada saat ini Kabupaten TTU terdiri dari 9 kecamatan yang tersebar ke dalam 163 desakelurahan yang menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Fungsi
pelayanan ini juga dilakukan oleh LSM-LSM baik lokal, nasional maupun internasional. Adapun pada setiap desakelurahan umumnya terdapat kelompok tani yang dibentuk oleh
pemerintah danatau LSM dengan maksud masyarakat yang umumnya adalah petani dilatih untuk lebih produktif dalam kelompok dan memiliki posisi tawar yang baik dalam
memasarkan produknya. Adapun jumlah LSM di Kabupaten TTU sebanyak 57 LSM. Lembaga lainnya yang berperan dalam mengatur kehidupan bermasyarakat di
Kabupaten TTU adalah lembaga agama. Umumnya 93,22 masyarakat Kabupaten TTU memeluk agama Katholik. Sedangkan selebihnya 5,88 Protestan, 0,90 Islam.
Lembaga pemerintah, agama dan adat selama ini saling melengkapi dalam menata kehidupan bermasyarakat di Kabupaten TTU melalui berbagai peraturan dan kebijakan.
Meskipun lembaga adat di Kabupaten TTU tidak tertulis namun umumnya masyarakat masih menjunjung tinggi adat-istiadat dengan berbagai aturan-aturannya. Sebelum
diberlakukannya UU No. 4 tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah yang memberlakukan desa gaya baru. Temukung wakil fetor yang memiliki jabatan setingkat
desa mengatur wilayah desanya dengan menetapkan lokasi pemukiman, pertanian, peternakan dan konservasi untuk menjaga sumberdaya air. Hal ini menunjukkan bahwa
lembaga adat sesungguhnya telah memiliki tata ruang wilayah pada masa itu. Namun kini, masyarakat adat umumnya hanya memiliki lokasi tertentu yang dijadikan sebagai
lokasi konservasi sumberdaya air.
4.6. Sumberdaya Buatan a. Pendidikan
Pengembangan infrastruktur pendidikan berhubungan erat dengan pengembangan sumberdaya manusia sehingga perlu memperoleh perhatian yang serius. Adapun jumlah
sekolah di Kabupaten TTU pada tahun 2006 dapat dirinci menjadi TK 23 unit, SD 223 unit, SLTP 40 unit, SLTA 11 unit, SMK 4 unit, sedangkan Diploma dan Perguruan
Tinggi masing-masing sebanyak 1 unit. Seluruh desakelurahan di Kabupaten TTU telah memiliki SD, sedangkan jumlah SLTP dan SLTA masih terbatas. Namun pemerintah
telah mengambil kebijakan untuk mengantisipasinya, sekaligus berupaya menyukseskan program wajib belajar 9 tahun dengan mendirikan SLTP satu atap dengan SD.
Selain data sekolah-sekolah tersebut, juga terdapat 1 kampus diploma D3 dan 1 kampus perguruan tinggi PT di kabupaten yang berbatasan district enclave Oekusi.
Meskipun telah memiliki kampus, namun sarana dan prasarana pendidikan yang dapat memperlancar proses pendidikan dan menjamin mutu lulusan belum memadai. Hal ini
nampak dari belum adanya laboratorium yang memadai sehingga mahasiswa yang melakukan penelitian harus menyewa laboratorium di tempat lain, misalnya di
Universitas Nusa Cendana UNDANA Kupang. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan pada lembaga tersebut.
b. Kesehatan Status kesehatan yang baik bagi masyarakat di suatu wilayah harus ditunjang oleh
ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang baik dan memadai. Namun demikian, RSU di Kabupaten TTU hanya 1 unit dan sarana kesehatan pada umumnya masih lebih sedikit
dibandingkan rata-rata Provinsi NTT sehingga belum dapat melayani kebutuhan akan kesehatan dari seluruh masyarakat di Kabupaten TTU. Data sarana pelayanan kesehatan
dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini. Tabel 25. Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten TTU dan rata-rata Provinsi NTT
tahun 2006
No Jenis sarana
Jumlah di Kab.TTU
Rata-rata Prov. NTT
1 Rumah sakit umum
1 2
2 Puskesmas 15
16 3 Puskesmas
pembantu 51 56
4 Balai pengobatan
12 7
5 Posyandu 401
480 6 Klinik
KB 16
23 7 Puskesmas
keliling 16
14
Sumber : NTT Dalam Angka 2007 2008 Masyarakat dapat dilayani kesehatannya dengan baik tidak hanya dengan
menyediakan prasarana kesehatan yang memadai namun harus ditunjang dengan ketersediaan tenaga medis yang profesional. Jumlah tenaga medis tersebut seharusnya
dapat didistribusikan agar dapat menjangkau seluruh wilayah dan masyarakat Kabupaten TTU. Data tenaga medis dapat dilihat pada Tabel 26. berikut ini.
Tabel 26. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten TTU dan rata-rata Provinsi NTT tahun 2006
No Jenis tenaga kesehatan
Jumlah di Kab. TTU
Rata-rata Prov. NTT
1 Dokter 73
62 2 Perawat
5 30
3 Bidan 163
138 4
Paramedis non perawat 5
30 5 Paramedis
lainnya 563
495
Sumber : NTT Dalam Angka 2007 2008 c. Perhubungan
Pembangunan infrastruktur perhubungan dikategorikan menjadi perhubungan darat, perairan laut, sungai, danau dan udara. Prasarana jalan merupakan media yang
dapat membuka keterisolasian suatu daerah dan memudahkan aksesibilitas masyarakat di suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Prasarana jalan yang baik akan memudahkan
masyarakat untuk memasarkan hasil pertaniannya dan sebaliknya masyarakat memperoleh produk-produk lain yang tidak dihasilkan di wilayah tersebut dengan lebih
mudah dan harga yang lebih terjangkau. Adapun panjang jalan di Kabupaten TTU pada tahun 2006 adalah 1.092,36 km
dengan klasifikasi sebagai berikut: jalan nasional sepanjang 130,45 km 11,94 dengan perincian Batas TTU – Noemuti 15,5 km; Noemuti – Kefamenanu 15,3 km; Kefamenanu
– Maubesi 17,4 km; Maubesi – Junition 29,6 km dan Kelitin – Sakato 53 km, semuanya dalam kondisi baik karena jalan tersebut adalah jalan Trans Timor Kupang-Atapupu
dan sebagian merupakan jalan yang menghubungkan Wini – Atapupu . Sedangkan jalan provinsi sepanjang 142,97 km 13,09 dan jalan kabupaten sepanjang 819,01 km
74,97. Perincian status dan kualitas jalan provinsi dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Klasifikasi jalan provinsi menurut jenis permukaan di Kabupaten TTU
tahun 2006
Panjang tiap jenis permukaan Ket.
No Nama ruas Panjang
ruas km Hotmix Lapen Kerikil Tanah
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Noemuti – Haekto Kefa – Eban
Kefa-Oelfaub Maubesi-Wini
Kiupukan-Oelolok Oelolok-Haekto
21,62 30,9
22,7 43,78
2,97 21
v v
v v
V V
Rusak berat Baik
Rusak ringan Baik
Baik Rusak berat
Jumlah 142,97
Sumber : Data Base Bappeda Kab.TTU 2007
Sesuai data tersebut di atas diketahui panjang jalan provinsi 142,97 km dengan perincian hotmix sepanjang 78,19 km 54,68 dalam kondisi baik, aspallapen
sepanjang 34 km 30,62 dalam kondisi rusak yang merupakan akumulasi dari kerusakan segmen-segmen pada 6 ruas jalan provinsi tersebut. Sedangkan tipe jalan tanah
dalam kondisi rusak sepanjang 21 km 14,68. Pembangunan jalan selain melalui APBN dan APBD propinsi juga didanai
melalui APBD kabupaten sehingga statusnya disebut sebagai jalan kabupaten. Perincian jalan kabupaten berdasarkan tipe dan kondisi permukaan jalan di Kabupaten TTU tahun
2006 dapat dilihat pada Tabel 28 berikut ini. Tabel 28. Klasifikasi jalan berdasarkan jenis permukaan di Kabupaten TTU tahun 2006
Panjang tiap jenis permukaan No
Kondisi jalan Panjang tiap
kondisi jalan km Aspal km
Batu km Kerikil
km Tanah km
1. 2.
3. 4.
Baik Sedang
Rusak Rusak berat
44,86 256,3
326,06 191,79
44,86 77,21
76,88 0,96
- -
21,14 7,33
- 179,09
206,78 31,4
- -
21,26 152,1
Total 819,01
190,60 28,7 417,27 173,36
Sumber : Data Base Bappeda Kab.TTU 2007 Berdasarkan data tersebut, total jalan kabupaten adalah sepanjang 819,01 km
dimana panjang jalan yang kondisinya baik dan sedang adalah 301,16 km 36,77, sedangkan total jalan rusak 697,17 km 63,23 dengan perincian jalan aspal 77,84
km, sedangkan jalan batukerikiltanah 619,33 km. Hal ini mengindikasikan bahwa perhatian pemerintah kabupaten terhadap pembangunan prasarana jalan masih terbatas.
Pemerintah juga mengusahakan pembangunan terminal di Kota Kefamenanu yang selama ini telah berfungsi cukup baik akan tetapi sub-sub terminal yang dibangun di
ibukota kecamatan belum berfungsi dengan baik. Demikian pula halnya dengan terminal yang dibangun di lokasi yang berbatasan langsung dengan ditrict enclave Oekusi.
Selain prasarana perhubungan darat tersebut, pemerintah juga membangun prasarana perhubungan laut berupa Pelabuhan Laut Wini. Namun hingga kini arus
kunjunganbongkar muat orang dan barang belum menunjukkan hasil yang diharapkan karena fasilitas pendukung pelabuhan yang masih terbatas dan pola pelayanan yang
umumnya bersifat satu arah dimana hanya mengangkut ternak dari Kabupaten TTU ke
Pulau Jawa, pada tahun 2006 terdapat 1.337 ekor ternak yang diantarpulaukan. Sedangkan komoditi pertanian lainnya diantarpulaukan melalui pelabuhan Atapupu
Kabupaten Belu. Kapal-kapal yang masuk ke Pelabuhan Wini untuk mengantar barang sangat sedikit dengan barang yang dibongkar sebanyak 6 ton. Adapun kunjungan kapal
pada tahun 2006 sejumlah 50 unit dengan perincian nusantara 1, khusus 14 dan pelayaran rakyat 35 kali BPS TTU, 2006.
d. Pengairan dan PDAM Seperti kita ketahui bahwa musim kemarau di Kabupaten TTU berlangsung
selama 8 bulan dan musim hujan hanya berlangsung selama 4 bulan sehingga diperlukan pengelolaan air yang tepat. Untuk memenuhi kebutuhan pengairan pada daerah pertanian
maupun untuk kepentingan konsumsi rumahtangga. Pengairan pada areal pertanian dilakukan pada lahan sawah melalui irigasi semi teknis dan sederhana ditampilkan
sebagaiman pada Tabel 29. berikut. Tabel 29. Klasifikasi daerah irigasi berdasarkan luas lahan sawah di Kabupaten TTU
tahun 2006
Luas ha No Jenis
irigasi Jumlah Potensial Berfungsi Belum
berfungsi
1 Semi teknis
27 6.344
3.996 2.348
2 Sederhana 51
6.480 2.012
4.467
Jumlah 78 12.824
6.009 6.815
Sumber : TTU Dalam Angka 2008 2008 Mengingat kondisi geografis dan topografi Kabupaten TTU yang umumnya
berbukit-bukit dengan iklim kering, maka salah satu alternatif penyediaan air untuk pengairan adalah melalui penyediaan embung-embung. Selain itu, pemenuhan kebutuhan
pengairan bagi masyarakat diusahakan melalui pengadaan sumur bor sebanyak 120 unit dengan perincian 65 unit oleh Dinas kimpraswil, yang berfungsi sebanyak 44 unit
67,69 namun debit airnya kecil. Sedangkan Dinas Kehutanan juga membangun 50 unit sumur bor sebagai sumur resapan. Selanjutnya Dinas Pertanian membangun 5 sumur
bor yang digunakan untuk pertanian. Sedangkan pembangunan embung-embung dilakukan oleh Dinas Pertanian,
Kehutanan, dan Kimpraswil. Pembangunan embung-embung tersebut belum mampu menjangkau semua konsentrasi pemukiman dan sentra produksi namun cukup membantu
masyarakat di beberapa wilayah di Kabupaten TTU. Perinciannya dapat dilihat pada Tabel 30. berikut ini.
Tabel 30. Inventaris embung-embung di Kabupaten TTU tahun 2005 dan 2006
Target pelayanan No Tahun Jumlah Daya
tampung m3
Manusia orang
Hewan ekor
Kebun ha
Ket.
1 2005 60 1.384.798
4.858 14.379 242,59
Kimpraswil 20
12.000 2.000
1.000 100,00 Kehutanan
2 2006 12 Pertanian
15 9.000
1.500 1.500
37,50 Kehutanan
Sumber : Data Base Bappeda 20072007 Keterangan : = data belum tersedia
Pembangunan infrastruktur pengairan berupa irigasi, penyediaan embung-embung dan sumur bor diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat untuk
kepentingan produksi pertanian sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan kebutuhan air bersih untuk kepentingan konsumsi
bagi masyarakat, pemerintah menyediakan program perpipaan yakni mendatangkan air dari sumber-sumber mata air yang ada. Adapun perincian sumber-sumber mata air
tersebut dapat dilihat pada Tabel 31. berikut ini. Tabel 31. Inventaris sumber mata air di Kabupaten TTU tahun 2006
No Lokasi KecKelDesa
Nama Mata Air
Jarak km
Debit literdetik
Keterangan
1 Kefamenanu Taekas
5 3
Sudah dipakai
2 Kefamenanu BaenLeten
8 3
Sudah dipakai
3 Kefamenanu
Sungai Koko 12
10 Sudah dipakai
4 Kefamenanu Aspol
7 6
Sudah dipakai
5 Wini
Oe jak 2
3 Sudah dipakai
6 Wini Leolboko
2 5
Sudah dipakai
7 Oeteas Oelasu
11 5
Sudah dipakai
8 Biloe Oelasu
8 5
Sudah dipakai
9 Tunbaen
Oe siot 5
6 Sudah dipakai
10 Tunbaen Unab
5 5
Sudah dipakai
11 Lokomea Oe Muit I
4,5 6,5
Sudah dipakai 12 Lokomea
Oe Muit II 8
7 Sudah dipakai
13 Boronubaen Oe Muit III
7 7
Sudah dipakai Sumber : Data Base Bappeda 2007 2007
Sumber-sumber mata air tersebut tersebar di beberapa kecamatan dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat di beberapa kecamatan dengan jarak tempuh dan debit air
yang bervariasi. Akan tetapi pada umumnya debit air tersebut berkurang pada musim kemarau sehingga pada musim tersebut umumnya masyarakat harus menggunakan air
secara bergiliran, misalnya 3 hari sekali. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya mencari sumber mata air baru yang dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat di
Kabupaten TTU, diantaranya dengan mengusahakan sumber mata air Mutis untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat Kota Kefamenanu dan masyarakat yang wilayahya
dilintasi oleh perpipaan tersebut.
e. Listrik Listrik sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam melakukan aktivitasnya dan
juga menggerakkan perekonomian masyarakat. Hingga tahun 2006 telah terpasang 3.430 KW dengan jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan sebesar 9.490.929 KWH dan yang
telah disalurkan 9.256.736 KWH 97,5 dimana tingkat pemakaian kepada konsumen sebesar 7.063.736 KWH 74,4 yang digunakan oleh jumlah pelanggan listrik
Kabupaten TTU sebanyak 8.633 unit, dengan perincian jumlah pelanggan rumahtangga 7.870 unit 91,2 sedangkan sisanya pelanggan bisnis dan perhotelan 4,5; kantor
pemerintah dan penerangan jalan 1,6 serta pelanggan industri 0,1. PLN belum mampu melayani kebutuhan listrik seluruh masyarakat karena
berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, pemerintah memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat melalui pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS, dan pemerintah
melakukan pengadaan genset pada beberapa keldesa melalui program pengembangan kecamatan. Adapun jumlah dan lokasi PLTS di Kabupaten TTU dapat dilihat pada Tabel
32. berikut ini
Tabel 32. Inventaris desa penerima program Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS di Kabupaten TTU
No Tahun Anggaran
KelDesa Jumlah unit
1 2005 Tasinifu Inbate
Noetoko Banain
238 34
9 9
2 2006 Noetoko Banain
Napan Ponu
25 43
25 3
3 2007 Noelelo Naikake A
Naikake B 25
25 25
Jumlah 461
Sumber : Data Base Bappeda 2007 2007 4.6. Gambaran Umum Perekonomian Wilayah
Struktur ekonomi suatu wilayah menggambarkan peranan masing-masing sektor ekonomi dalam memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto
PDRB. PDRB juga merupakan gambaran kemampuan suatu wilayah dalam mengelola sumberdaya potensi yang dimiliki di wilayah tersebut dalam rangka memberikan nilai
tambah ekonomi. Struktur perekonomian Kabupaten TTU didominasi oleh sektor pertanian
41,22 sedangkan sektor lainnya kontribusinya masih sedikit. Walau demikian, pertumbuhan sektor pertanian paling kecil 0,6 sedangkan sektor pengangkutan dan
komunikasi serta perdagangan memiliki pertumbuhan yang tinggi 10. Hal ini terjadi karena kelompok masyarakat yang berusia muda khususnya laki-laki memilih untuk
bekerja sebagai tukang ojek. Selain itu, permintaan yang semakin tinggi terhadap handphone
karena semakin mudah mengakses informasi melalui handphone menjadikan usaha-usaha di sektor komunikasi semakin berkembang.
Sedangkan sektor perdagangan mengalami peningkatan karena masyarakat semakin sadar untuk memperoleh nilai tambah melalui pemasaran hasil pertanian dan
sebagai pengecer. Data peranan setiap sektor ekonomi dan laju pertumbuhan setiap sektor ekonomi di Kabupaten TTU dapat ditampilkan pada Gambar 7. berikut ini.
Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB kab.TTU tahun 2006
47
2
2 1
7 7
8 3
23 Pertanian
Penggalian Industri
Listrik,gasair Bangunan
Perdagangan, restoran hotel
Pengangkutan komunikasi
Keuangan Jasa-jasa
Gambar 7. Kontribusi setiap sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten TTU tahun 2006
Data yang ditampilkan pada Gambar 7. dapat dielaborasi ke dalam sub-sub sektor ekonomi sehingga lebih mendetail dalam menjelaskan peran setiap sub sektor ekonomi
terhadap perekonomian di Kabupaten TTU. Sub sektor tanaman pangan 24,15, peternakan 17,48 dan jasa pemerintahan 18,77 masih memegang peranan penting.
Oleh karena itu, pengembangan sektor-sektor tersebut dan sektor lainnya yang berkaitan perlu ditingkatkan. Peran setiap subsektor ekonomi selengkapnya dapat ditampilkan pada
Tabel 33. Kegiatan perekonomian dari setiap sektor ekonomi tersebut dilakukan oleh
stakeholder di Kabupaten TTU yang didukung oleh infrastruktur ekonomi seperti pasar
sejumlah 24 buah, perdagangan besar 20 unit usaha, perdagangan menengah 243 unit usaha dan 825 unit usaha perdagangan kecil.
Selain sektor perdagangan tersebut, terdapat 116 industri kecil pangan yang menyerap 706 tenaga kerja, 554 industri kecil sandang dengan 1.541 tenaga kerja, 110
industri kecil kimia dan bangunan yang mempekerjakan 645 tenaga kerja, 46 industri kecil logam dan elektronik dengan jumlah tenaga kerja 180 orang. Sedangkan 145 orang
bekerja pada 13 industri kerajinan di Kabupaten TTU.
Tabel 33. Peranan sektor ekonomi di Kabupaten TTU tahun 2006
No Lapangan Usaha
PDRB Sektor Kontribusi
1 Pertanian 187.852.766
46,21
Pangan 98.178.418 24,15
Perkebunan 8.818.937 2,17
Peternakan 71.078.526 17,48
Kehutanan 7.341.486 1,81
Perikanan 2.435.399 0,60
2 Penggalian 6.745.419
1,66
3 Industri Pengolahan
6.421.803 1,58
4 Listrik, Gas Air
2.730.563 0,67
Listrik 2.382.028 0,59
Air bersih
348.535 0,09 5
Konstruksi 26.810.581 6,59
6 Perdagangan 30.947.417
7,61
Pedagang besar eceran 26.146.360
6,43 Hotel
315.696 0,08 Restoran
4.485.361 1,10 7
Angkutan dan Komunikasi 31.287.287
7,70
Jalan raya
27.743.080 6,82 Jasa penunjang angkutan
521.168 0,13
Telkom pos 3.023.039
0,74 8
Keuangan 13.722.016 3,38
Bank 5.003.549 1,23
Nirbank 3.189.989 0,78
Sewa bangunan
4.904.083 1,21 Jasa
perusahaan 624.395 0,15
9 Jasa-Jasa 100.025.560
24,60
Pemerintah 76.302.079 18,77
Swasta 23.723.481 5,84
Sosial kemasyarakatan 15.276.761 3,76
Rekreasi hiburan 704.605
0,17 Perorangan rumah tangga
7.742.115 1,90
JUMLAH 406.543.412
Sumber : TTU dalam Angka 2006 Kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut ditunjang oleh lembaga keuangan berupa 8
bank di Kabupaten TTU, dimana terdapat 1 cabang bank BRI dan 1 cabang bank NTT, sedangkan 6 bank yang lain merupakan BRI unit. Dengan demikian, masih diperlukan
adanya bank lain yang seharusnya beroperasi di Kabupaten TTU sehingga tidak terjadi duopoli bank di Kabupaten TTU. Selain itu, melalui pendirian bank baru diharapkan
masyarakat memiliki pilihan yang lebih banyak dalam memanfaatkan lembaga keuangan.
Lembaga keuangan lainnya yang berkembang di Kabupaten TTU adalah berupa koperasi sebanyak 20 unit, dimana terdapat 14 KUD dan 6 non KUD. Lembaga keuangan
lainnya yang berperan seperti bank adalah credit union CU yang dikelola oleh yayasan yang bekerjasama dengan lembaga gereja.
Lembaga keuangan bank maupun bukan bank berfungsi untuk menyimpan tabungan masyarakat dan sekaligus menyalurkan kredit bagi masyarakat. Data pada BRI
cabang Kefamenanu menunjukkan bahwa jumlah tabungan di Kabupaten TTU sejumlah Rp 105.149.000.000,- sedangkan jumlah kredit di Kabupaten TTU sejumlah Rp
57.026.000.000,- yang berarti jumlah tabungan netto di Kabupaten TTU sebesar Rp 48.123.000.000,-. Dengan demikian, jumlah tabungan melebihi jumlah kredit di
kabupaten TTU atau dengan kata lain terjadi kebocoran wilayah di Kabupaten TTU. Meskipun demikian, bila ditelusuri per kecamatan maka ada 2 kecamatan
Miomafo Timur dan Noemuti yang memiliki tabungan netto negatif yang berarti jumlah tabungan lebih kecil dari kredit sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kecamatan
tersebut dapat memanfaatkan fasilitas kredit yang disediakan oleh BRI cabang Kefamenanu untuk menciptakan spread effect di wilayahnya. Sedangkan kehadiran BRI
Cabang Kefamenanu bagi kecamatan lainnya memberi dampak backwash effect. Data posisi tabungan dan kredit pada bank BRI di Kabupaten TTU per kecamatan pada tahun
2006 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 34. berikut ini. Tabel 34.Posisi tabungan dan kredit BRI Cabang Kefamenanu pada tahun 2006
Jumlah Rp NO Kecamatan
Tabungan Kredit Netto
1 Miomafo Barat
8.004.000.000,- 4.039.000.000,-
3.965.000.000,- 2 Miomafo
Timur 6.886.000.000,- 11.487.000.000,-
-4.601.000.000,- 3 Noemuti
6.485.000.000,- 7.467.000.000,-
-982.000.000,- 4 Kota
Kefamenanu 58.298.000.000,- 20.293.000.000,-
38.005.000.000,- 5 Insana
7.938.000.000,- 6.221.000.000,-
1.717.000.000,- 6 Insana
Utara 5.937.000.000,-
3.407.000.000,- 2.530.000.000,-
7 Biboki Selatan
5.161.000.000,- -
5.161.000.000,- 8 Biboki
Utara 4.521.000.000,-
4.112.000.000,- 409.000.000,-
9 Biboki Anleu
1.919.000.000,- -
1.919.000.000,-
Jumlah 105.149.000.000,- 57.026.000.000,-
48.123.000.000,-
Sumber : TTU dalam Angka 2006
V PERSEPSI
STAKEHOLDER
5.1. Persepsi Stakeholder Mengenai Pengaruh Pisahnya Timor Leste terhadap